Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Mengenal Egg Freezing, Prosedur yang Beri Perempuan Kesempatan Hamil Kapan Saja
15 Februari 2022 18:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, aktris Luna Maya menjadi sorotan karena telah melakukan prosedur kesehatan bernama egg freezing. Dalam video yang diunggah di kanal YouTube Venna Melinda, Luna sempat mengungkapkan alasan di balik keputusannya tersebut.
ADVERTISEMENT
Luna mengatakan bahwa ia sebenarnya sudah mengetahui egg freezing sejak sekitar empat atau lima tahun lalu. Ia kemudian melakukan prosedur tersebut pada pertengahan 2021 di Indonesia.
"Aku enggak pernah berpikir umur itu suatu masalah untuk menikah. Mungkin sebagai perempuan, ada biological ticking secara kalau mau jadi seorang ibu. Tapi aku sudah freeze egg," ungkap Luna Maya dalam video yang diunggah pada 14 Januari 2022 itu.
Dalam dunia medis, egg freezing atau pembekuan sel telur juga dikenal dengan istilah mature oocyte cryopreservation. Mengutip Mayo Clinic, dalam proses egg freezing, sel telur (oosit) perempuan diambil, dibekukan, dan disimpan untuk digunakan di masa mendatang. Metode ini dilakukan guna menyelamatkan kemampuan perempuan untuk hamil di masa depan.
ADVERTISEMENT
Mengutip Medical News Today, egg freezing memungkinkan seorang perempuan untuk menunda kehamilan sampai tahap tertentu. Pembekuan sel telur dapat menghentikan penuaan sel telur. Dengan kata lain, sel telur yang dibekukan biasanya memiliki peluang lebih besar untuk pembuahan daripada sel telur segar dari perempuan yang berusia lanjut.
Perbedaan egg freezing dengan bayi tabung
Egg freezing kerap dikaitkan dengan bayi tabung. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Brawijaya Hospital Antasari, Jakarta Selatan, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, FFAG atau yang akrab disapa Dinda juga menjelaskan bahwa memang proses awal dari bayi tabung mirip dengan egg freezing.
“Mungkin untuk orang yang sudah familier dengan proses pembekuan embrio atau bayi tabung, sebenarnya prosesnya seperti itu awalnya sama dengan egg freezing. Tetapi kalau bayi tabung ketika sudah diambil sel telurnya, lalu disatukan dengan sperma. Kemudian menjadi embrio baru yang disimpan atau dimasukkan ke dalam rahim,” ungkap Dinda dalam wawancara khusus dengan kumparanWOMAN secara virtual, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, egg freezing tidak membutuhkan sel sperma untuk melengkapi prosesnya. Jadi, sel telur langsung dibekukan setelah proses ovum pick up.
ADVERTISEMENT
Menurut Dinda, proses egg freezing dimulai dari melakukan stimulasi atau pembesaran sel telur pada perempuan. Hal ini biasanya dilakukan dengan penyuntikan.
“Kemudian, jika sel telur sudah matang dan siap dipanen, dilakukan pengambilan sel telur atau ovum pick up. Biasanya pasien menjalani proses pembiusan, jadi dibius dan pasiennya tidak sadar. Diambil sel telurnya dapat berapa, biasanya kurang lebih sepuluh sel telur. Kurang lebih sama dengan pada proses bayi tabung. Setelah keluar, sel telurnya akan dibekukan,” ujar Dinda.
Tren egg freezing di dunia dan Indonesia
Dalam dunia medis, prosedur egg freezing sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Mengutip UCLA Health, kelahiran manusia pertama dari egg freezing dilaporkan pada 1986 di Australia. Kemudian, egg freezing telah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir, dengan meningkatnya peluang keberhasilan dilihat dari keseluruhan prosesnya.
ADVERTISEMENT
American Society for Reproductive Medicine kemudian tidak lagi menganggap egg freezing sebagai prosedur eksperimental seperti pada 1986.
Masih menurut UCLA Health, egg freezing yang mengarah pada peningkatan kelangsungan hidup, pembuahan, dan tingkat kelahiran memungkinkan perempuan di negara lain memiliki hak yang jauh lebih besar untuk melakukan egg freezing dalam lima tahun terakhir.
Lantas, bagaimana dengan tren egg freezing di Indonesia? Dinda mengatakan bahwa tren egg freezing sudah dilakukan sejak lima tahun terakhir dengan pendekatan terhadap indikasi medis.
“Sudah dilakukan lima tahun terakhir. Saya ingat dulu saya di RS Kanker Dharmais. Jadi 2016 atau lima tahun lalu, pendekatannya untuk indikasi medis,” ujar Dinda.
Dengan kata lain, egg freezing diperuntukkan bagi perempuan dengan penyakit tertentu, terutama pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi. Menurut Dinda, hal ini lantaran kemoterapi berpotensi merusak jaringan yang tumbuh, termasuk indung telur.
ADVERTISEMENT
“Jadi sebelum melakukan terapi kemoterapi beberapa tahap, disimpan dahulu sel telurnya pada pasien-pasien kanker, lalu kepada pasien-pasien penyakit genetik yang akan menjalani terapi, terus pasien endometriosis. Itu indikasi medis,” ujar Dinda.
Seiring berjalannya waktu, prosedur egg freezing sudah dilakukan berdasarkan indikasi sosial. Lebih lanjut, ia menjelaskan, “Misalnya, seorang perempuan belum menikah di usia di atas 35 tahun, jadi mereka mulai menyimpan sel telurnya. Nanti kalau ketemu pasangan, dia akan tetap memiliki sel telur yang muda.”
Prosedur egg freezing juga menjadi pilihan bagi beberapa perempuan, mengingat bahwa kualitas sel telur akan menurun saat perempuan menginjak usia 37 tahun. Meningkatnya tren egg freezing juga tidak terlepas dari figur publik yang menceritakan pengalamannya soal prosedur ini secara terbuka.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya sudah banyak artis yang melakukan egg freezing secara diam-diam. Tapi yang terbuka ke publik baru sedikit kali, ya,” ungkap Dinda.
Penulis: Adonia Bernike Anaya