Mengenal filosofi LifeWear dari UNIQLO

14 November 2019 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pameran tahunan UNIQLO The Art and Science of LifeWear: New Forms Follows Function, berlangsung di Sommerset House, London dari 16/9 hingga 22/9 2019. Foto: Dok. UNIQLO
zoom-in-whitePerbesar
Pameran tahunan UNIQLO The Art and Science of LifeWear: New Forms Follows Function, berlangsung di Sommerset House, London dari 16/9 hingga 22/9 2019. Foto: Dok. UNIQLO
ADVERTISEMENT
“Uniqlo bukan fast fashion. Kami membuat pakaian yang tahan lama dan melalui filosofi LifeWear, kami ingin pakaian yang kami buat dapat membuat hidup lebih mudah.”
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh Tadashi Yanai, CEO & Chairman Fast Retailing yang membawahi merek global Uniqlo, saat membuka pameran tahunan Uniqlo di Sommerset House, London, pertengahan September 2019 lalu. kumparanWOMAN turut hadir di London untuk mengikuti acara pembukaan ini.
Diselenggarakan di tengah pekan London Fashion Week Spring/Summer 2020, pameran Lifewear merupakan pameran besar yang diadakan Uniqlo setiap tahun untuk memamerkan koleksi-koleksi yang dibuat dengan filosofi LifeWear. Ini merupakan pameran LifeWear yang ketiga. Sebelumnya LifeWear telah diselenggarakan di New York pada 2017, dan di Paris pada 2018.
Tahun ini pameran LifeWear dari Uniqlo mengambil tema The Art & Science: New Form Follows Function. “Tema ini diambil dari tema koleksi Fall Winter 2019 Uniqlo,” jelas Rebekka Bay, Head of Designer Uniqlo yang juga hadir pada pembukaan tersebut. “Kami benar-benar terinspirasi dari gerakan di abad pertengahan di mana saat itu semua orang harus mengikuti fungsi (dalam konteks desain). Fungsi menentukan model, dan materi serta proporsi,” ujarnya.
Rebekka Bay, Head of Designer Uniqlo. Foto: Dok. Uniqlo
Pakaian yang fungsional telah lama menjadi satu kekuatan Uniqlo. Perusahaan retail asal Jepang ini berprinsip bahwa setiap pakaian yang dikenakan harus memiliki fungsi yang dapat memudahkan hidup sang pemakai. Ini juga kemudian yang menjadi dasar dari filosofi LifeWear.
ADVERTISEMENT
Filosofi Lifewear: Ingin Buat Hidup Lebih Mudah
Keseriusan dalam mengutamakan fungsi memang menjadi hal yang membuat Uniqlo berbeda dari perusahaan-perusahaan retail fashion lainnya. Untuk mencapai ini, Uniqlo sangat berkomitmen dalam pemanfaatan teknologi terdepan.
Hal ini terlihat dengan komitmen jangka panjang mereka bersama perusahaan TORAY, perusahaan Jepang dengan bisnis utamanya di bidang produksi fiber, tekstil, serta plastik dan kimia.
“Meskipun orang telah membuat baju sejak dahulu kala, namun sepanjang sejarah hampir tidak ada yang memfokuskan pada kekuatan sains yang menggunakan informasi serta teknologi terbaru dalam membuat pakaian dengan kualitas terbaik, sangat fungsional, serta juga nyaman dipakai,” ujar Tadashi Yanai dalam pidatonya, menyinggung mengenai bagaimana seriusnya mereka menggunakan teknologi dalam koleksi mereka.
Pameran tahunan UNIQLO The Art and Science of LifeWear: New Forms Follows Function, berlangsung di Sommerset House, London dari 16/9 hingga 22/9 2019. Foto: Dok. UNIQLO
Bersama TORAY, Uniqlo telah menghasilkan berbagai produk-pakaian yang berbeda dengan lainnya. Misalnya konsep AIRISM yang diluncurkan Uniqlo pertama kali pada 2013. AIRISM adalah koleksi pakaian yang sangat mengutamakan kenyamanan melalui pemilihan material yang cepat kering, terasa halus dan ringan. AIRISM menggunakan serat curpo, yaitu serat selulosa dari katun yang diperbaharui. Airism secara aktif menghilangkan kelembapan dan panas dengan cepat sehingga sangat cocok untuk dipakai di daerah tropis dan lembap seperti Indonesia.
com-Uniqlo Airism. Foto: Dok. Uniqlo Indonesia
Ada pula koleksi Heattech yang bisa dikatakan memiliki fungsi yang berlawanan dengan Airism. Heattech adalah jenis pakaian yang mengubah kelembapan menjadi kehangatan. Yang spesial dari koleksi Heattech dari Uniqlo ini adalah bahannya yang tipis namun tetap menghangatkan tubuh ketika dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Berbeda dari koleksi pakaian musim dingin yang biasanya tebal, Heattech membuat terobosan dengan pakaian berbahan tipis yang bisa dikenakan pada cuaca dingin. Hal ini dimungkinkan dengan penggunaan material microfiber benang tenun khusus.
Instalasi di pameran tahunan UNIQLO The Art and Science of LifeWear: New Forms Follows Function, yang memamerkan kelembutan bahan Airism.
Selain kedua koleksi ini, ada begitu banyak koleksi Uniqlo yang dibuat dengan pertimbangan fungsi yang detail seperti Ultra Light Down, Seamless Down, dan lain-lain.
“Kami membuat produk dengan kualitas sebaik mungkin. Sehingga bisa membuat pemakai kami dapat menjalani hidup mereka dengan lebih mudah. Jadi lifewear adalah pakaian yang membuat hidup pemakainya lebih mudah. Ini kami lakukan dengan membuat pakaian yang sangat nyaman, mudah dipakai namun dikenakan dalam berbagai kesempatan. Jadi ketika mendesain, yang selalu kami tanyakan adalah bagaimana menciptakan produk yang membuat pemakainya merasa nyaman,” ujar Rebekka Bay.
ADVERTISEMENT
Antara Gaya dan Fungsi
Pameran tahunan UNIQLO The Art and Science of LifeWear: New Forms Follows Function, berlangsung di Sommerset House, London dari 16/9 hingga 22/9 2019. Foto: Dok. UNIQLO
Dalam dunia mode, perdebatan antara fashion dan function (fungsi) atau istilah ‘form follows function’ adalah perdebatan yang selalu menyeruak ke permukaan.
Banyak koleksi-koleksi, terutama koleksi high end atau haute couture begitu memaksimalkan esensi model atau gaya dalam satu koleksi, sehingga membuat orang bertanya-tanya; bagaimana cara memakai baju tersebut? Apakah koleksi tersebut memiliki fungsi sebagai penutup badan?
Hal tersebut membuat desainer juga harus memilih di antara kedua elemen tersebut. Memilih model yang sangat menarik atau fungsi yang wearable atau dapat dipakai?
Tetapi tampaknya Uniqlo tidak ingin berkompromi terhadap kedua elemen ini. Mereka percaya bahwa kita dapat menemukan kedua elemen ini dalam satu koleksi.
Pameran tahunan UNIQLO The Art and Science of LifeWear: New Forms Follows Function, berlangsung di Sommerset House, London dari 16/9 hingga 22/9 2019. Foto: Dok. UNIQLO
Inilah yang menjadi dasar mereka mengangkat tema New Form Follows Function di koleksi Fall 2019 ini. Sebagai pimpinan desain brand global asal Jepang ini, Rebekka Bay, percaya bahwa function and form, atau fungsi dan bentuk bisa disatukan dengan apik.
ADVERTISEMENT
“Kami sangat sering ditanya; apa yang lebih penting, model atau fungsi? Tapi buat kami, prinsipnya adalah perkawinan yang sempurna antara ketiga elemen, yaitu fungsi, kualitas dan model. Model atau fashion memiliki arti bagi kami dalam hal potongan yang sempurna dan material yang bagus. Kami juga tidak ingin memaksakan pendapat kami tentang fashion ke dalam produk-produk yang kami buat, sehingga setiap orang atau induvidu dapat mengklaim gaya original mereka melalui pakaian Uniqlo,” ujarnya.
Koleksi UNIQLO Musim Gugur/Musim Dingin 2019. Foto: UNIQLO Indonesia
Ini bukanlah hal yang mengherankan. Jika kita melihat koleksi-koleksi Uniqlo yang tidak terlalu selalu mengikuti tren yang berlaku namun tetap menjadi favorit bagi banyak kalangan, mulai dari mahasiswa, pekerja, seniman hingga para fashionista dan hipster.
Menurut Rebekka, inilah yang kemudian jadi esensi utama dari filosofi LifeWear Uniqlo. Bahwa sebuah desain pakaian haruslah simpel, sehingga setiap individu dapat bereksplorasi dengan gaya khas mereka masing-masing.
ADVERTISEMENT