Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Geliat bisnis yang dipimpin dan dikelola perempuan terus menunjukkan tren positif. Bila giat dikembangkan, kesadaran dalam melibatkan peran perempuan di ranah profesional juga kian meningkat.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberdayakan perempuan dalam ranah bisnis, salah satunya lewat Gender Lens Investing (GLI). GLI merujuk pada tindakan dan proses yang dilakukan investor dengan memerhatikan manfaat investasi bagi perempuan. Ya, secara singkat, GLI dapat menciptakan perubahan dalam ranah bisnis yang memajukan kesetaraan gender.
Dalam laporan bertajuk Gender Lens Investing in Southeast Asia disebutkan bahwa GLI memberikan banyak manfaat bila diterapkan. Secara global, GLI dapat mengidentifikasi kumpulan wirausaha sukses yang lebih besar, memajukan peluang dan inovasi yang lebih banyak, serta mendukung perusahaan dalam meningkatkan pangsa pasar dengan memperluas akses perempuan untuk mengelola produk maupun layanan.
Tak hanya itu, GLI juga dapat berdampak pada kehidupan perempuan itu sendiri. Selain membantu meningkatkan kesetaraan gender dalam ranah profesional, GLI dapat memperluas kesempatan pendanaan dari investor bagi usaha yang dikelola oleh perempuan.
Itu artinya, bila para pengusaha, khususnya perempuan, menyadari pentingnya GLI, praktik ramah gender di ranah internal akan semakin meningkat. Satu hal yang bisa dilakukan adalah menempatkan perempuan dalam posisi manajerial. Sehingga, perusahaan itu dianggap sejalan dengan prinsip GLI. Hal ini akan mengantarkan para investor memberikan pendanaan kepada perusahaan tersebut.
Penerapan Gender Lens Investing
Sejatinya, tidak ada "cara kerja pasti" dalam menerapkan GLI. Pihak-pihak yang terlibat —para investor maupun perusahaan— perlu menilik kebutuhan internal dalam pengambilan keputusan investasi mereka. Itu artinya, investor memiliki kesempatan untuk membentuk cara kerja yang unik untuk menerapkan GLI.
Selanjutnya, para investor maupun perusahaan dapat menjalankan beberapa cara yang merujuk pada bagian-bagian tersebut. Misalnya memasukkan konteks kesetaraan gender saat menyaring peluang investasi, menyediakan tools atau perangkat pelacakan untuk mengukur praktik kesetaraan gender di lingkungan perusahaan, memberikan pembinaan serta pelatihan manajemen kepada usaha milik perempuan, hingga berinvestasi di perusahaan yang menyediakan produk maupun layanan yang bisa memberdayakan perempuan.
Di Indonesia, GLI telah diterapkan oleh beberapa investor maupun perusahaan. Dari investasi yang dicatat Intellecap Indonesia, sebanyak 95 persen investor GLI berfokus pada bisnis yang dipimpin perempuan.
Namun, itu bukan satu-satunya lensa gender yang diterapkan. Selain menempatkan investasi pada bisnis yang dimiliki atau dikelola perempuan , sebanyak 58 persen investor juga berfokus pada peningkatan modal untuk perkembangan tempat kerja di dalam perusahaan. Sehingga, kompetisi para pekerja perempuan bisa meningkat karena mengikuti pelatihan maupun pengembangan yang telah disediakan perusahaan.
Nantinya, investasi tersebut akan disalurkan kepada perusahaan yang menawarkan produk maupun layanan yang bisa meningkatkan kesejahteraan hidup perempuan maupun anak perempuan.
EverHaus dan Secondate Beauty menjadi contoh perusahaan yang menerapkan GLI. Dalam menjalankan strategi investasinya, Gitta Amelia, founder dari dua brand tersebut, akan memberikan pendanaan kepada bisnis yang bisa memenuhi kebutuhan perempuan tanpa memandang ukuran perusahaan. Selain dapat memajukan UMKM yang dikelola perempuan, strategi ini juga dapat memajukan penerapan GLI di Indonesia.
Di sisi lain, Alexandra Lavinia, juga menjadi investor yang telah mendanai layanan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan. Ia telah menanamkan modalnya dalam Worknest, sebuah komunitas untuk ibu yang ingin bekerja di rumah sambil mengurus anak dan keluarga. Sehingga, ia bisa menjadi perempuan yang produktif sekaligus berdaya.
Penerapan GLI juga datang dari Grace Tahir, Co-Founder dan CEO dua startup di bidang kesehatan, Dokter.id dan Medico. Pendekatan GLI yang diusung Grace berfokus pada investasi bisnis yang didirikan oleh perempuan. Ia telah menanam modal untuk pengembangan startup milik perempuan yang ingin mendorong pertumbuhan UMKM. Harapannya, Grace turut mendukung kemajuan UMKM di Indonesia lewat GLI.
Tak hanya itu, Grace juga giat menggelar kegiatan untuk membimbing wirausahawan muda di sebuah program pelatihan. Bagi Grace, penerapan GLI perlu dilakukan dengan cara praktis, sehingga perusahaan maupun investor dapat dengan mudah mengaplikasikannya.
Selain Gitta, Alexandra, dan Grace, ada pula nama-nama perempuan lainnya yang telah menerapkan GLI dalam bidang usahanya. Seperti Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, CEO Sintesa Group, Shinta Kamdani, Founder of Yayasan Cinta Anak Bangsa Foundation (YCAB), Veronica Colondam, Diversity and Inclusion Leader di P&G Indonesia, Angela Hertiningtyas, dan lain-lain.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan UN Women