Mengenal NPD, Istilah Gangguan Mental Narsistik yang Viral di Media Sosial

3 Mei 2025 11:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan narsistik. Foto: Roman Samborskyi/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan narsistik. Foto: Roman Samborskyi/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, jika kamu aktif berselancar di media sosial belakangan ini, kamu mungkin cukup familier dengan istilah ‘NPD’. Istilah viral ini kerap digunakan oleh para netizen, baik di platform media sosial X (dulu Twitter), Instagram, hingga TikTok.
ADVERTISEMENT
Sering kali, istilah ‘NPD’ digunakan untuk mendeskripsikan seseorang yang dianggap berperilaku narsistik dan hanya mempedulikan diri sendiri. Ucapan “dasar NPD” atau “NPD banget” banyak disematkan dalam cuitan-cuitan kemarahan atau sindiran terhadap orang lain.
Namun, sebenarnya, apa makna dari istilah NPD? NPD merupakan singkatan dari Narcissistic Personality Disorder atau Gangguan Kepribadian Narsistik. Ini adalah kondisi gangguan mental di mana seseorang merasa lebih penting daripada orang lain. Mereka sering kali membutuhkan perhatian dari orang lain dan ingin selalu dikagumi.
Ilustrasi narsis/narsisme. Foto: Prazis Images/Shutterstock
Dilansir Mayo Clinic, orang dengan gangguan mental ini mungkin tidak memiliki kemampuan untuk memahami atau mempedulikan perasaan orang lain. Kendati demikian, di balik “topeng kepercayaan diri” itu, tersimpan keraguan akan nilai diri mereka. Orang dengan NPD juga cenderung mudah merasa kesal ketika mendengar kritik.
ADVERTISEMENT
Gejala NPD hadir dalam berbagai bentuk dan tingkat keparahan yang berbeda. Salah satunya adalah perasaan berlebih bahwa dirinya sangat penting dan harus selalu dipuja.
Mereka juga merasa perlu diistimewakan, berhak mendapatkan perlakuan spesial, merasa superior dibandingkan orang lain, melebih-lebihkan pencapaian dan talenta, pikirannya dipenuhi dengan fantasi-fantasi seperti kesuksesan atau kuasa, memandang orang lain yang dianggap tidak seistimewa dirinya, hingga cenderung akan memanfaatkan kesempatan dan orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Ilustrasi perempuan narsistik. Foto: Asier Romero/Shutterstock
Dilansir Cleveland Clinic, orang dengan NPD juga memiliki masalah dengan citra diri sampai kesulitan menerima kritik atau penolakan. Ini berpotensi membahayakan diri mereka.
Data menunjukkan, antara 0,5 persen sampai 5 persen orang di Amerika Serikat mengidap kondisi ini. 50 persen sampai 70 persen dari penderita NPD adalah laki-laki.
ADVERTISEMENT
Kondisi NPD tergolong sebagai gangguan mental yang terdaftar dalam buku panduan psikiatri Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh Asosiasi Psikiatri Amerika Serikat (American Psychiatric Association). Oleh sebab itu, kondisi NPD tidak bisa didiagnosis sendiri, tetapi oleh ahli profesional seperti psikiater atau psikolog lewat sesi wawancara.

NPD berbeda dengan sifat narsistik

Ilustrasi perempuan narsistik. Foto: Roman Samborskyi/Shutterstock
Meskipun sekilas NPD serupa dengan sifat narsisme, keduanya tidak bisa disamakan. Hal ini disampaikan oleh Psikolog dan Presiden Australian Psychological Society, Catriona Davis-McCabe. Ia mengatakan, ia menyaksikan peningkatan pelabelan “narsis” di media sosial dan masyarakat saat ini.
“Istilah narsistik atau narsisme sekarang dinormalisasi. Kita sering melihatnya di TV, di reality show di mana orang-orang menyebut pasangan mereka sebagai sosok narsistik, tetapi mereka tidak merujuk ke istilah NPD,” kata Catriona, sebagaimana dilansir ABC.
ADVERTISEMENT
NPD adalah gangguan mental yang kompleks, berbeda dengan sifat atau perilaku tertentu yang dianggap narsistik. NPD bukan sekadar sifat menyebalkan, tetapi kondisi yang dapat mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan emosional. Bahkan, seseorang dengan NPD bisa mengganggu kehidupan dan melukai orang-orang di sekitarnya.
Sementara itu, sifat yang dianggap narsistik seperti memamerkan pencapaian, merasa bangga dengan pencapaian diri sendiri, dan mencari kesuksesan, adalah sifat normal yang dialami banyak orang. Jadi, belum tentu sifat-sifat narsistik itu merupakan gejala dari NPD.
Ilustrasi perempuan marah-marah. Foto: wavebreakmedia/Shutterstock
“‘Narsistik’ menjadi istilah populer dan orang-orang menggunakannya untuk mendeskripsikan seseorang yang mereka anggap menyebalkan. Penggunaan istilah narsistik tidak benar justru mengecilkan dan tidak memvalidasi pengalaman korban yang disakiti oleh orang dengan kekerasan narsistik,” jelas Catriona.
ADVERTISEMENT
“Ketika istilah ini digunakan secara berlebihan, ini menghilangkan kesempatan korban untuk buka suara dan membicarakan trauma yang dialaminya,” imbuh Catriona.
Oleh sebab itu, ia menyarankan agar orang-orang mempelajari lebih dalam seputar NPD, termasuk soal kekerasan yang bisa dirasakan oleh orang-orang di sekitar pengidap NPD.
“Meningkatkan kesadaran bahwa NPD itu nyata dan apa itu NPD, merupakan hal positif. Kita hanya perlu memastikan bahwa istilah narsistik digunakan dengan benar,” tegasnya.