Mengenal Perbedaan Reaksi & Respons Agar Hubungan Langgeng Tanpa Salah Paham

27 Desember 2021 19:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengenal Perbedaan Reaksi & Respons Agar Hubungan Langgeng Tanpa Salah Paham. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Mengenal Perbedaan Reaksi & Respons Agar Hubungan Langgeng Tanpa Salah Paham. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Ladies, pernahkah kamu menyesal telah mengatakan sesuatu pada pasangan? Pernahkah kamu merasa seharusnya tadi yang diucapkan adalah A, bukan B? Kalau pernah, itu artinya kamu memberikan reaksi pada sebuah peristiwa, bukan merespons. Biasanya, reaksi bisa memicu konflik dan menimbulkan salah paham. Hal ini terjadi karena reaksi adalah sesuatu yang spontan diucapkan atau dilakukan tanpa dipikirkan secara matang.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan dari Psychology Today, reaction atau reaksi adalah sesuatu yang instan. Reaksi didorong oleh keyakinan, bias, dan prasangka dari alam bawah sadar. Saat kita mengatakan atau melakukan sesuatu tanpa berpikir, itu artinya alam bawah sadar kita yang bertindak.
Ilustrasi pasangan saling bereaksi. Foto: Shutter Stock
Sedangkan respons biasanya datang lebih lambat dan bekerja berdasarkan informasi dari pikiran sadar dan alam bawah sadar kita. Respons dinilai lebih terkalkulasi karena tak cuma mempertimbangkan kenyamanan kita, tapi juga orang lain. Seseorang yang merespons biasanya telah memikirkan dampak jangka panjang dan nilai-nilai yang diyakini sebelum mengatakan atau melakukan sesuatu.
"Merespons artinya kamu mengatur sendiri pikiran dan emosi kamu saat itu," ungkap ahli saraf kognitif asal Amerika Serikat Caroline Leaf, PhD, seperti dikutip dari Well + Good.
ADVERTISEMENT
Sesuai yang sudah dijelaskan, respons sangat berbeda dengan reaksi. Jaqueline Méndez, LMFT, terapis pernikahan dan keluarga asal California, mengatakan bahwa reaksi adalah respons fight-or-flight alias berjuang atau menghindar begitu saja yang dimiliki oleh manusia.
Ilustrasi pasangan saling merespons. Foto: Shutter Stock
Jadi dalam menjalin hubungan, sebaiknya pasangan lebih banyak merespons daripada bereaksi. Sebab ini bisa membantu mengurangi salah paham dalam berbagai situasi, terutama saat sedang mendiskusikan sebuah permasalahan dalam hubungan. Caroline Leaf juga menjelaskan kalau merespons dapat mengurangi penyesalan atas apa yang sudah kita katakan karena sudah semua sudah dipikirkan dengan matang. Sedangkan bereaksi bisa berdampak menyakiti hati pasangan karena kita akan cenderung bereaksi dengan memberikan komentar negatif saat pasangan melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak kita suka.
ADVERTISEMENT

Berlatih merespons dalam berbagai situasi

Ilustrasi pasangan. Foto: Shutterstock
Untuk bisa mengubah kebiasaan dari bereaksi jadi merespons bukanlah hal yang mudah dilakukan. Dibutuhkan latihan dan pendewasaan diri. Menurut laporan Well + Good, ada beberapa hal yang bisa diperhatikan.
Supaya bisa mengatasi situasi dengan merespons, kita harus berlatih menarik napas dalam sebelum mengatakan sesuatu. Biasakan diri untuk tenang dan rileks saat menghadapi situasi yang buruk, terutama dalam menjalani hubungan. Hindari langsung melakukan sesuatu saat pasangan berbuat salah. Tarik napas panjang, tenangkan diri, dan pikirkan respons yang akan diberikan.
Ambil waktu untuk menenangkan diri. Foto: Dok. Shutterstock
Selanjutnya, kita bisa belajar dengan membiasakan diri tidak memendam perasaan. Kita bisa melatihnya dengan melakukan journaling, terapi, dan meditasi. Kalau ingin cara yang lebih mudah, biasakan diri untuk terbuka dengan pasangan. Katakan semua perasaan yang dirasakan saat pasangan melakukan sesuatu. Dengan begitu kita tidak akan terbiasa memendam perasaan, jadi saat terjadi hal buruk, emosi yang ada pada diri tidak menumpuk.
ADVERTISEMENT
Ladies juga bisa mencari tahu batasan emosi yang dimiliki. Misalnya kalau pasangan membahas topik yang sensitif, katakan pada mereka kalau saat ini kondisi kamu sedang tidak bisa membahasnya dan minta untuk membahas topik tersebut di lain waktu. Tapi kalau kondisinya sangat mendesak, biarkan pasangan mengutarakan semua, manfaatkan momen tersebut untuk mendengarkan dan mengatur napas agar lebih tenang. Setelah itu, baru berikan respons yang sesuai.