Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Sejarah Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan
26 November 2021 12:54 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ladies, kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan kampanye 16 Days of Activism Against Gender Violence atau 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan . Tahun ini menandai peringatan 30 tahun dari kampanye.
ADVERTISEMENT
Mengutip situs resmi UN Women, PBB memilih tema global untuk kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2021 adalah Orange the world: End violence against women now!
Kampanye global yang diperingati setiap tahun ini berlangsung dari 25 November hingga 10 Desember. Kedua tanggal tersebut bertepatan dengan dua hari penting, yakni Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan Internasional pada 25 November dan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional pada 10 Desember.
Rentang waktu tersebut dipilih untuk menghubungkan secara simbolik antara kekerasan terhadap perempuan dan HAM, serta menekankan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM.
Sejarah 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Lantas, seperti apa sejarah 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan? Kampanye ini berkaitan erat dengan insiden yang terjadi pada Mirabal bersaudara (Patria, Minerva dan Maria Teresa Mirabal).
ADVERTISEMENT
Mirabal bersaudara merupakan aktivis politik yang tidak henti memperjuangkan demokrasi dan keadilan, serta menjadi simbol perlawanan terhadap kediktatoran penguasa Rafael Trujilo di Republik Dominika.
Mengutip International Women's Development Agency (IWDA), pada 25 November 1960, Ketiga aktivis politik yang aktif menentang kekejaman dan kekerasan sistematis dari kediktatoran penguasa waktu itu dibunuh secara keji oleh kaki tangan Rafael Trujilo.
Tanggal 25 November dipilih sebagai penghormatan terhadap meninggalnya Mirabal bersaudara. Tanggal ini dideklarasikan pertama kalinya sebagai Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan pada tahun 1981 dalam Kongres Perempuan Amerika Latin yang pertama. Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan juga secara resmi diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1999.
Pada tahun 1991, Center for Women’s Global Leadership (CWGL) di Inggris, mensponsori gerakan Women’s Global Institute on Women, Violence and Human Rights yang pertama dan menyerukan kampanye global 16 Days of Activism Against Gender-Based Violence.
ADVERTISEMENT
Mengapa 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan Perlu Dikampanyekan?
Kekerasan terhadap perempuan terus terjadi pada skala yang mengkhawatirkan. Lebih parahnya, perilaku ini sering kali dinormalisasi oleh beberapa kalangan di masyarakat. Selain itu, adanya budaya diskriminasi terhadap perempuan memungkinkan kekerasan terjadi dan membuat pelaku menjadi kebal hukum.
Gerakan terbaru seperti #MeToo dan #TimesUp telah mendorong masalah ini mendapat perhatian global. Untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan, organisasi perempuan, termasuk Komnas Perempuan, sudah melakukan berbagai upaya.
Berbagai upaya tersebut mulai dari melobi pemerintah untuk menyediakan undang-undang perlindungan perempuan, menghadirkan layanan konsultasi kepada korban, dan membuat program yang mengedukasi masyarakat agar mengubah perilaku diskriminatif.
Organisasi perempuan tidak bisa bekerja sendiri. Partisipasi masyarakat dibutuhkan untuk meningkatkan kerja sama dan mencegah kekerasan terhadap perempuan. Seruan aksi seperti 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan sangat penting untuk menyoroti isu kekerasan terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT
Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan adalah momentum untuk menciptakan kesadaran publik tentang apa yang perlu dilakukan untuk mencegah dan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual di tingkat nasional dan internasional.
Penulis: Adonia Bernike Anaya