Mengenal Skin Neutrality, Gerakan yang Berbeda dengan Skin Positivity

5 Agustus 2022 8:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kulit perempuan tipe 3 dan 4 menurut skala Fitzpatrick. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kulit perempuan tipe 3 dan 4 menurut skala Fitzpatrick. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ada cukup banyak gerakan atau kampanye yang digaungkan untuk mendobrak standar kecantikan. Salah satunya, yakni skin positivity. Ini merupakan gerakan untuk mencintai kulit dan merasa cantik, bahkan dengan kekurangan yang ada pada kulit.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, dunia kecantikan juga mengenal gerakan bernama skin neutrality. Sekilas terdengar sama, skin positivity dan skin neutrality sebenarnya berbeda.
Gerakan skin positivity sebenarnya telah lama hadir di dunia kecantikan. Hal ini tidak terlepas dari peran media sosial. Mengutip The Independent, skin positivity bukan sekadar mengunggah foto selfie tanpa make up.
Menurut Dr Anjali Mahto, konsultan dermatologis di London, Inggris, ada stigma besar seputar masalah kulit yang muncul dari minimnya pemahaman tentang berbagai kondisi kulit.
"Skin positivity adalah tentang kepercayaan diri, cinta diri, serta mengurangi stigma dan rasa malu yang dapat dikaitkan dengan kondisi kulit yang terlihat seperti jerawat, jaringan parut pada kulit, atau tanda lahir," kata Anjali kepada The Independent.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, skin positivity merupakan gerakan yang tidak hanya menerima ketidaksempurnaan kondisi kulit, tetapi juga merayakannya.

Mengenal skin neutrality dan cara mempraktikkannya

Ilustrasi kulit perempuan Asia. Foto: Shutter Stock
Lantas, apa perbedaan antara skin positivity dan skin neutrality? Mengutip Vogue, skin positivity campaigner asal London, Lex Gillies, menjelaskan skin neutrality merupakan keyakinan bahwa kulit hanyalah salah satu bagian tubuh dan memandangnya sebagai apa adanya.
Skincare influencer dan acne awareness advocate asal Swedia, Sofia Grahn, juga mengatakan bahwa bila skin positivity memberikan pesan untuk mencintai dan tetap merasa cantik dengan kekurangan kulit, skin neutrality memberikan pesan bahwa kulit adalah kulit.
Skin neutrality memandang kulit sebagai kulit. Skin neutrality mengambil pendekatan netral terhadap kulit dengan tidak terlalu fokus pada pentingnya untuk merasa cantik,” ujar Sofia.
ADVERTISEMENT
Bila ingin mempraktikkan skin neutrality dalam kehidupan sehari-hari, Lex yang memiliki kondisi kulit rosacea pun membagikan beberapa kiat. Langkah pertama adalah mengenali pikiran negatif yang kamu miliki dan mengatasinya.
“Saya mungkin berpikir 'kulit saya terlihat menjijikkan', tetapi saya juga dapat memilih untuk mengingatkan diri sendiri, 'apa yang akan saya katakan kepada seorang teman yang berbicara tentang dirinya seperti itu? Apakah saya akan berbicara dengan teman seperti itu? Apakah yang saya pikirkan adalah fakta atau hanya opini kasar saya?’ Mencerahkan pikiran negatif ini membantu saya untuk melihat kulit apa adanya,” ujar Lex.
Cara lainnya untuk menerapkan skin neutrality, yakni aktif mengarahkan pikiran ke hal positif. Lex mengatakan bahwa alih-alih memikirkan soal betapa buruk kondisi kulitnya, ia fokus pada penampilannya yang ia suka, atau memikirkan hal-hal yang berhasil ia capai di hari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Dibutuhkan latihan, seperti kebiasaan baru lainnya, tetapi itu membantu mendefinisikan kembali diri kamu sebagai manusia yang layak, di luar kondisi kulit, ”jelasnya.