Mengenal Sosok Kardinah dan Roekmini, Adik RA Kartini yang Hampir Terlupakan

25 April 2022 8:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi R.A. Kartini. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi R.A. Kartini. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Banyak dari kita yang pasti sudah akrab dengan nama RA Kartini, sosok yang menjadi pionir gerakan kesetaraan bagi perempuan Indonesia. Namun saat ia berjuang di masa lalu, Kartini tidak sendiri. Ia memiliki dukungan yang sangat berarti dari dua orang saudaranya, yaitu RA Kardinah dan RA Roekmini.
ADVERTISEMENT
Kartini, Kardinah, dan Roekmini selalu kompak dalam misi mereka membawa perubahan bagi masyarakat dan perempuan di sekeliling mereka saat itu. Namun memang Kartini yang menjadi motor penggeraknya waktu itu lebih banyak dikenal luas. Sementara kedua saudaranya tidak terlalu dikenal. Padahal peran mereka terhadap perjuangan di masa itu juga tidak kalah hebat.
RA Kardinah
Berbeda dengan kakaknya, Kartini, Kardinah lebih memusatkan perjuangannya di kota Tegal daripada Jepara. Hal ini terjadi karena, setelah menikah dengan Bupati Tegal, Ario Reksonegoro X, Kardinah pun harus mengikuti suaminya pindah ke kota Tegal.
Walaupun Kardinah harus terpisah dengan para saudaranya, namun tidak menyurutkan niatnya untuk terus maju demi keadilan para perempuan. Di kota Tegal ia mendirikan sebuah sekolah untuk masyarakat pribumi. Hal ini karena Kardinah merasa tidak puas dengan pemerintahan Belanda yang membatasi pendidikan kaum pribumi.
ADVERTISEMENT
Pada masa itu pun, yang diperbolehkan sekolah dan menempuh pendidikan hanya kalangan atas, terutama laki-laki. Adanya hal tersebut membuat Kardinah merasa geram dan akhirnya membuat sekolah sendiri untuk para perempuan Indonesia.
Sekolah yang didirikan Kardinah tepat pada ulang tahunnya yang ke-35 (1 Maret 1916) ini bernama Sekolah Kepandaian Putri Wisma Pranowo. Sistem pengajaran yang dianut oleh sekolah tersebut kurang lebih sama dengan sistem Sekolah RA. Kartini, yaitu sekolah keterampilan perempuan untuk menjadi istri atau ibu yang mapan.
Selanjutnya, Kardinah bersama kakak laki-lakinya, Sosrokartono, mendirikan sebuah perpustakaan dari dana swadaya bernama Panti Sastra. Sama seperti ketika membangun sekolah, tujuan mulia Kardinah ini dimaksudkan agar siapa saja bisa mencicipi pendidikan, terutama bagi masyarakat kelas bawah. Dan hebatnya lagi Ladies, perpustakaan ini tidak dibangun dengan pembiayaan Pemerintah Belanda sedikit pun.
ADVERTISEMENT
Berkat perannya yang besar bagi pembangunan di Tegal, nama Kardinah pun dijadikan sebagai nama RSUD di Tegal. Jadi, awal mulanya, pada tahun 1927, Kardinah mendirikan sebuah rumah sakit yang dinamakan Kardinah Ziekenhuis atau Rumah Sakit Kardinah. Latar belakang pendirian rumah sakit itu karena rasa simpatinya pada kesehatan masyarakat miskin di Tegal.
Dana pembangunan rumah sakit ini berasal dari royalti penjualan buku-bukunya dan ditambah dari hasil penjualan kerajinan tangan murid-murid Wisma Pranowo. Kardinah memang dikenal dan dikenang sebagai perempuan yang sangat mulia, ia senang membantu orang-orang yang kesusahan pada masa penjajahan Belanda.
RA Roekmini
Tidak hanya Kardinah, namun Roekmini juga sangat berjasa dan membantu dalam memperjuangkan hak dan emansipasi para perempuan Indonesia. Mungkin cerita perjuangan Roekmini agak berbeda dari kedua saudaranya. Dibanding dengan Kartini dan Kardinah, perempuan yang lahir pada 4 Juli 1880 ini memiliki pribadi yang lebih maskulin atau bisa dibilang lebih gagah. Dan karenanya, Roekmini adalah satu-satunya di antara ketiga bersaudara itu yang menikah tanpa lewat perjodohan, padahal mereka bertiga sama-sama menentang sistem feudal dan konservatif masyarakat Jawa.
ADVERTISEMENT
Karena hobinya adalah membuat kerajinan kayu dan melukis, akhirnya Roekmini membuka sebuah sekolah vokasional atau kejuruan. Hal ini juga yang membuatnya beda dari dua saudaranya, pola pengajaran Roekmini lebih ke arah praktikal daripada ideal.
Kalau Kardinah membantu masyarakat dengan fasilitas-fasilitas, Roekmini lebih memilih di jalur organisasi. Roekmini atau adik tiri Kartini ini memang terkenal sangat aktif di organisasi dan komunitas yang memperjuangkan hak para perempuan. Ia pernah bergabung dengan organisasi pejuang hak pilih perempuan Europa bernama Vereeniging voor Vrouwenkiesrecht (VVV). Namun jangan salah Ladies, Roekmini tidak cuma sebagai anggota biasa, bahkan ia masuk sebagai badan eksekutif sejak Juli 1927 - pertengahan 1931.
Roekmini turut berkontribusi dalam beberapa misi, di antaranya adalah pengajuan proposal pendirian cabang VVV di Kudus pada tahun 1928. Dengan menggunakan nama dari bahasa Jawa “Mardi Kamoeljan” untuk cabang di Kudus, Roekmini berharap perempuan lokal bisa semaju perempuan Eropa. Cabang ini berada di bawah bimbingan dokter lokal, bidan, dan perkumpulan istri pejabat, jadi diharapkan nantinya penduduk lokal bisa lebih siap dalam kesehatan, pertolongan pertama, dan perawatan anak.
ADVERTISEMENT
Di tahun yang sama pula, Roekmini bergabung dalam Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta pada bulan Desember. Bahkan di Kongres Perempuan Indonesia II, ia dipilih menjadi perwakilan Indonesia untuk Kongres Perempuan se-Asia di Lahore, Pakistan bersama Sunaryati Sukemi pada Januari 1931.
Tentunya semua prestasi Kardinah dan Roekmini tidak diraih dengan mudah. Mereka melaluinya dengan berbagai macam rintangan-rintangan. Salah satunya adalah saat ayah mereka meninggal di tahun 1905 dan membuat keluarga Adipati Ario Sosroningrat harus kehilangan pengakuan publik. Tapi kedua saudara ini tetap gigih dalam berjuang dalam membuat perubahan bagi orang lain.
Penulis: Nadya Zahira