Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Verbal Abuse dalam Hubungan, Kekerasan Emosional lewat Kata-kata
24 Desember 2023 11:20 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Ladies, dalam hubungan asmara, respect atau rasa hormat terhadap satu sama lain menjadi hal paling krusial. Jika tidak ada respect antara satu sama lain, potensi terjadinya kekerasan , baik fisik, emosional, maupun seksual, cukup besar. Salah satu bentuk kekerasan emosional yang banyak terjadi adalah verbal abuse atau kekerasan lewat kata-kata.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari VeryWell Mind, verbal abuse adalah ucapan yang diutarakan seseorang untuk menyakiti, mendominasi, menghina, memanipulasi, atau merendahkan orang lain. Dalam hubungan asmara, hal ini dilakukan oleh seseorang terhadap pasangannya.
Meskipun tidak menyebabkan luka fisik, verbal abuse bisa berdampak buruk pada kesehatan psikis korban. Korban bisa merasa rendah diri, tertekan, bahkan berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental seperti cemas hingga depresi.
Verbal abuse identik dengan melontarkan kata-kata kasar terhadap korban, seperti menghina, merendahkan, atau membentak. Namun, banyak korban yang tidak menyadari bahwa verbal abuse juga bisa berupa kata-kata halus atau ucapan yang terdengar biasa.
Nah, apa saja jenis-jenis verbal abuse yang bisa terjadi dalam hubungan asmara? Simak penjelasan yang telah kumparanWOMAN rangkum berikut ini, Ladies.
ADVERTISEMENT
1. Menyalahkan korban
Menurut VeryWell Mind, pelaku verbal abuse bisa saja menyalahkan korban atas tindakan yang tidak korban lakukan. Fenomena victim-blaming ini bisa membuat korban merasa bersalah dan meminta maaf atas kesalahan yang tidak dia lakukan. Korban juga bisa merasa bahwa ialah penyebab dirinya menjadi korban dan merasa bertanggungjawab atas ucapan kasar yang ia terima.
2. Menghina dengan kata-kata kasar
Menghina dengan kata-kata kasar adalah tindak kekerasan lewat kata-kata. Biasanya, hinaan menargetkan kepercayaan diri korban dan membuatnya merasa rendah. Dikutip dari Brides, nama-nama panggilan merendahkan yang membuatmu merasa sedih atau sakit hati merupakan bentuk verbal abuse.
Selain itu, backhanded compliment atau kritik yang dibalut dengan kata-kata manis juga merupakan kekerasan lewat kata-kata. Contoh dari backhanded compliment adalah ketika pasanganmu mengomentari penampilanmu sembari memberikan perbandingan: “Kamu akan kelihatan lebih cantik kalau kulitmu putih.”
3. Kritik tidak membangun
Jika kritik dilakukan oleh pasangan tanpa alasan jelas dan tidak bersifat membangun, ini adalah salah satu bentuk verbal abuse. Sebab, tujuan di balik kritik tersebut kemungkinan besar adalah membuat korban merasa rendah. Contohnya, pasangan mengomentari berat badanmu atau mengatakan bahwa kamu terlalu gemuk.
ADVERTISEMENT
Tentunya, tidak semua kritik sudah pasti verbal abuse, Ladies. Jika kritik dilakukan dengan cara yang halus dan bersifat membangun, hal tersebut bukanlah kekerasan emosional. Contohnya adalah ketika pasangan mengatakan bahwa pola makanmu kurang terjaga sehingga kurang baik untuk kesehatan. Kritik yang membangun akan membuka diskusi dan mencari solusi untuk memperbaiki masalah pola makan tersebut.
4. Gaslighting dan manipulasi
Dikutip dari VeryWell Mind, gaslighting dan manipulasi dalam hubungan asmara merupakan contoh verbal abuse. Ucapan-ucapan pelaku bisa membuat korban merasa bahwa rasa sakit hati atau kecewa yang dirasakan korban sepenuhnya adalah kesalahan korban. Ini membuat korban mempertanyakan ingatannya sendiri dan berujung pada menyalahkan diri sendiri.
5. Mempermalukan pasangan di publik
Komentar menyakitkan yang dilakukan di publik, seperti hinaan soal kondisi fisik atau kesehatan, adalah jenis verbal abuse. Korban akan merasa dipermalukan oleh pelaku dan kepercayaan dirinya bisa hancur.
ADVERTISEMENT
6. Mengancam
Ancaman yang dilontarkan pelaku merupakan verbal abuse, karena bisa membuat korban merasa ketakutan. Meskipun ancaman diucapkan sebagai bercandaan, itu bukanlah hal yang pantas untuk dilontarkan kepada pasangan. Ancaman ringan seperti mengancam mengakhiri hubungan hingga mengancam mengakhiri hidup adalah bentuk kekerasan emosional lewat kata-kata yang tidak boleh dibiarkan.
7. Silent treatment
Dikutip dari VeryWell Mind, silent treatment atau tindakan menghindari percakapan dengan pasangan adalah bentuk verbal abuse. Silent treatment bisa mencegah pasangan mencari jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan masalah. Silent treatment berbeda dengan menjauh sementara untuk menenangkan diri.
Menjauh sementara untuk menenangkan diri tetap membuka kesempatan untuk pasangan mencari solusi masalah dengan kondisi pikiran yang lebih tenang, sementara silent treatment cenderung menghindari masalah dan berharap masalah akan selesai dengan sendirinya.
Apa yang harus dilakukan jika menjadi korban verbal abuse?
Menurut VeryWell Mind, jika kamu menjadi korban verbal abuse, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memberi batasan atau boundaries dalam hubungan. Beri tahu pasangan bahwa kamu tidak merasa nyaman dengan ucapan-ucapan tertentu sehingga ia tidak melakukannya lagi di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Dilansir Brides, jika pasangan tetap melakukan verbal abuse meskipun kamu sudah mencoba mengomunikasikan ketidaknyamananmu, kamu bisa mencari pertolongan orang yang dipercaya. Jika kondisi tidak memungkinkan lagi untuk kamu mempertahankan hubungan, kamu bisa meninggalkan pasanganmu. Kalau kondisi psikismu sudah terdampak, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
Ketika kamu menjadi korban verbal abuse, sadarilah bahwa ini bukanlah kesalahanmu. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang didasari dengan respect; jika kamu memang melakukan kesalahan, pasangan harus mengomunikasikan hal tersebut dengan baik, alih-alih melakukan verbal abuse.