Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Di berbagai belahan dunia, sistem matriarki atau dominasi kepemimpinan perempuan menjadi hal yang sangat langka di era modern ini. Salah satu kelompok masyarakat yang masih menjalankan sistem tersebut sebagai budaya turun temurun adalah masyarakat di Pulau Kihnu, sebuah pulau yang terletak di Estonia, Eropa Utara.
ADVERTISEMENT
Selain tertarik dengan pemandangan alam yang didominasi oleh pantai dan hutan-hutan indah, para pengunjung juga tertarik dengan kebudayaan yang dijalankan oleh masyarakat Pulau Kihnu. Sebab pulau ini dikenal karena banyaknya perempuan yang tinggal di sana.
Perempuan di Pulau Kihnu memiliki kekuasaan penuh atas warganya sejak berabad-abad silam, saat ini ada sekitar 600 orang yang hidup di pulau ini. Hal ini terjadi lantaran mayoritas profesi laki-laki di Pulau Kihnu adalah nelayan yang mengharuskan mereka pergi berbulan-bulan meninggalkan anak dan istri. Sebab dalam kehidupan rumah tangga, bagi perempuan Kihnu peran penting untuk suami mereka adalah mendapatkan penghasilan.
Itulah sebabnya para perempuan akan menjalankan segala macam pekerjaan yang biasanya didominasi oleh laki-laki. Mulai dari memperbaiki traktor yang rusak, memimpin ibadah saat para pastor tidak ada, beternak, mengajar sekolah, bermusik, hingga berbagai kegiatan lain untuk memastikan komunitas mereka bisa bertahan hidup selama ditinggal oleh para laki-laki.
Kabarnya, menurut The New York Times, hanya ada satu pekerjaan yang mungkin tidak dilakukan oleh perempuan Kihnu, yaitu menggali kubur. Namun Maia Aav, direktur museum di Pulau Kihnu mengatakan bahwa fakta tersebut diragukan sebab tidak ada yang bisa mengklaim apakah perempuan Kihnu benar-benar tidak menggali kubur jika ada yang meninggal saat mereka ditinggal suaminya.
ADVERTISEMENT
Perempuan Kihnu menjadi pelindung kebudayaan
Peran para laki-laki di Pulau Kihnu mulai memudar sejak abad ke-19. Sebab memancing dan berburu anjing laut membutuhkan waktu yang lama hingga berbulan-bulan. Sebagai gantinya, perempuan mengambil kendali dan menjalankan peran penting dalam komunitas mereka.
Sistem ini kemudian menjadi kebudayaan dan tradisi dalam sejarah warisan masyarakat Kihnu. Hal ini membuat Pulau Kihnu tercatat sebagai UNESCO Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Warisan Kemanusiaan secara Lisan dan Takbenda dari UNESCO pada 2003. Dan pada 2008, UNESCO memasukkan Kihnu ke dalam Daftar Perwakilan dari Warisan Budaya Takbenda dan Kemanusiaan.
Dalam kesehariannya, perempuan Kihnu masih mengenakan busana adat tradisional mereka. Busana tersebut berupa sebuah rok garis-garis dengan warna vibrant yang disebut kort. Biasanya kort akan dipadukan dengan atasan kaos atau blouse tergantung kebutuhannya. Perempuan yang sudah menikah akan mengenakan kort yang dipadukan dengan apron celemek. Hal ini dilakukan supaya masyarakat bisa membedakan mana perempuan yang masih muda dan sudah menikah.
ADVERTISEMENT
Bagi perempuan Kihnu, merajut menjadi salah satu tradisi penting yang diwariskan secara turun temurun. Selain itu, mereka juga suka bernyanyi dan menari diiringi dengan genre musik folk yang khas. Hingga saat ini, perempuan di pulau tersebut menjadi pelindung bagi kebudayaan-kebudayan yang ada di Pulau Kihnu.
Di era modern seperti sekarang ini, mereka mulai khawatir budaya mereka akan luntur. Perubahan dalam industri perikanan juga membawa tekanan baru, yaitu para laki-laki jadi tinggal di rumah dalam jangka waktu yang lebih lama. Bahkan sebagian dari mereka memilih untuk menetap, yang artinya mereka tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan. Karena faktor itu, kabarnya sudah banyak warga pulau yang pergi ke tempat lain untuk mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, perempuan Kihnu tak pernah patah semangat. Mereka tetap melakukan berbagai cara untuk bisa tetap bertahan hidup dan menjaga tradisi. Salah satunya adalah dengan membentuk Yayasan Ruang Budaya Kihnu, yang didedikasikan untuk mempromosikan dan melindungi sejarah serta tradisi pulau melalui acara, festival, dan inisiatif pendidikan.
“Kami memiliki mental yang berbeda dengan orang-orang di daratan. Perempuan Kihnu selalu ingin melakukan yang terbaik untuk keluarga, terutama anak-anak,” ungkap Maia Aav seperti dikutip dari The New York Times.
Oleh karena itu, Maia paham bahwa Pulau Kihnu tidak cocok dijadikan sebagai tujuan wisata yang masiv. Tetapi jika ada pengunjung yang datang untuk mengapresiasi budaya dan gaya hidup mereka dan tertarik untuk tahu, para pengunjung akan sangat diterima, tetapi ia ingin pengunjung bisa menerima kultur dan budaya mereka dengan apa adanya tanpa mengubah apapun.
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Saksikan video menarik di bawah ini: