Menilik Perjalanan Kebaya di Indonesia yang Kini Jadi Hari Nasional

24 Juli 2024 18:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menilik perjalanan kebaya di Indonesia yang kini jadi hari nasional. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Menilik perjalanan kebaya di Indonesia yang kini jadi hari nasional. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari ini, 24 Juli 2024 untuk pertama kalinya Indonesia merayakan Hari Kebaya Nasional. Padahal, kebaya sudah menjadi identitas perempuan Indonesia sejak masa penjajahan.
ADVERTISEMENT
Saat ini Indonesia juga telah mengajukan kebaya sebagai warisan budaya tak benda alias Intangible Cultural Heritage kepada Organisasi Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan PBB, yakni UNESCO. Namun inisiatif ini dilakukan secara multi nomination bersama negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.
Begitu rumitnya membuat kebaya diakui sebagai salah satu warisan budaya, namun busana perempuan itu kini telah dirayakan secara khusus di Indonesia. Lantas, bagaimana sebenarnya perjalanan kebaya di Tanah Air kita, Ladies?

Masuknya kebaya ke Indonesia

Kebaya muncul pertama kali pada abad ke-16 saat perempuan Tionghoa migrasi ke Asia Tenggara yang salah satunya adalah Nusantara. Hal ini disampaikan oleh doktor bidang sejarah dan editor pelaksana Jurnal Sejarah yang diterbitkan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia, Andi Achdian.
ADVERTISEMENT
“Pergerakan migrasi dari perempuan Tionghoa itu menyebar di berbagai wilayah di Asia Tenggara dan Nusantara. Abad 15 16 Asia Tenggara adalah wilayah yang saling terhubung. Ada perdagangan maritim sehingga kontak budaya di antara masyarakat yang sekarang disebut negara bangsa, itu kerap terjadi pertukaran budaya,” tutur Andi kepada kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
Bukan hanya masyarakat asli Nusantara alias pribumi, tapi ternyata orang Eropa yang di masa itu menetap di Indonesia juga kerap memakai kebaya sebagai busana mereka. Padahal, mereka mengklaim memiliki kasta dan kelas lebih tinggi dari masyarakat Nusantara.

Kebaya dulunya busana kaum ningrat

Kebaya Ncim Foto: Shutterstock
Kebaya memang dikenal luas di kawasan Asia Tenggara sejak zaman dahulu, tapi awalnya kebaya justru merupakan pakaian khusus kaum ningrat atau bangsawan. Keberagaman bahan dan corak juga sangat menentukan kelas sosial seseorang yang memakainya.
ADVERTISEMENT
Ada kebaya yang terbuat dari bahan beludru, berbagai jenis sutra, renda, hingga katun yang dikenakan para bangsawan. R.A Kartini dan Dewi Sartika menjadi sosok perempuan keturunan bangsawan yang ikut mengenalkan kebaya di Indonesia.

Kebaya menjadi simbol emansipasi

Ladies, ada banyak jenis kebaya yang dikenal di Indonesia. Menurut Andi, perkembangan kebaya di Indonesia sangat spesifik karena setiap wilayah memiliki jenis kebaya yang berbeda-beda. Sebut saja kebaya kutubaru, kebaya encim, kebaya labuh, hingga kebaya Kartini.
Nah, kebaya Kartini yang merupakan busana khas pahlawan perempuan R.A Kartini juga menjadi simbol emansipasi di awal abad ke-20. Pasalnya, di masa itu Kartini sedang gencar memperjuangkan perempuan agar terbebas dari belenggu patriarki agar memiliki hak untuk berkiprah di berbagai bidang. Kebaya Kartini yang sebenarnya juga merupakan kebaya khas Jawa itu selalu dikenakan sang pahlawan saat beraktivitas sehari-hari.
ADVERTISEMENT

Kebaya hanya dianggap sebagai pakaian tradisional

Maudy Ayunda mengenakan kebaya. Foto: Instagram/@maudyayunda
Popularitas kebaya yang amat tinggi di Indonesia tak membuatnya menjadi busana yang sering dikenakan. Pakaian perempuan ini justru sempat dianggap sebagai pakaian tradisional di zaman modern ini. Tidak sedikit perempuan yang mengenakan kebaya hanya di momentum tertentu saja.
Ada perempuan yang pakai kebaya saat prosesi lamaran, menikah, atau pun wisuda. Kebanyakan dari mereka memakai kebaya untuk sekadar mengikuti tradisi, bukan karena kebutuhan apalagi ketertarikan personal.

Kebaya kembali menjadi tren

Meski dianggap sebagai busana tradisional, kebaya kembali berjaya selama beberapa tahun terakhir dan menjadi busana yang dipakai sehari-hari. Perempuan Indonesia dari berbagai usia mulai percaya diri pakai kebaya tradisional atau pun modern yang dipadukan dengan gaya fesyen masa kini.
ADVERTISEMENT
Kemunculan serial Gadis Kretek yang dibintangi aktris Dian Sastrowardoyo juga membawa fenomena baru soal kebaya. Serial ini mengenalkan kebaya jenis janggan tampilannya mirip dengan beskap, yang biasanya lebih sering dikenakan kaum pria.
Generasi muda akhir-akhir ini berlomba untuk mengenakan kebaya model janggan dengan tambahan fesyen item lainnya. Bahkan, tampilan fashion dengan kebaya janggan juga menjadi tren di media sosial, lho.

Kebaya jadi hari nasional

Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo didampingi Ketua Umum Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia Giwo Rubianto Wiyogo berfoto bersama dalam peringatan Hari Kebaya Naional di Istora Senayan, Jakarta (24/7/2024). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Dikutip dari situs Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kebaya sempat dinyatakan sebagai busana nasional pada masa pemerintahan Presiden Sukarno, yakni selama tahun 1945–1965. Karenanya, busana ini juga menjadi identik dengan acara formal dan sering dikenakan oleh Ibu Negara saat bertugas.
Ada pula peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan kebaya, tepatnya saat Kongres Wanita Indonesia X diselenggarakan pada 24 Juli 1964 silam di Istora Senayan, Jakarta Pusat. Saat itu, Presiden Sukarno hadir bersama 7 ribu perempuan yang seluruhnya mengenakan kebaya.
ADVERTISEMENT
Hal itu lah yang kemudian melatarbelakangi adanya perayaan nasional untuk kebaya mulai tahun ini, Ladies. Keputusan Presiden No.19 Tahun 2023 menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional yang diperingati oleh seluruh perempuan Indonesia.