Mewarnai Benang Tenun lewat Pewarnaan Alami yang Menarik di Jabu Borna Tobatenun

21 Juli 2022 12:01 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Benang-benang tenun Tobatenun yang diwarnai lewat proses pewarnaan alami di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Benang-benang tenun Tobatenun yang diwarnai lewat proses pewarnaan alami di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap perusahaan biasanya memiliki keunikan tersendiri dalam operasionalnya. Bagi Tobatenun, selain lewat pemberdayaan perempuan dan masyarakat Sumatera Utara, mereka juga mengedepankan konsep ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam menjalankan bisnisnya.
ADVERTISEMENT
Tobatenun merupakan social enterprise yang berfokus pada pelestarian kain tenun Batak. Usaha yang resmi beroperasional sejak 2020 ini tidak hanya berkutat pada tenun menenun, tetapi memulai seluruh prosesnya dari hulu, yakni pengadaan material untuk kain tenun.
Daya tarik Tobatenun dalam proses di hulu ini adalah penggunaan benang dengan bahan organik, yaitu kapas, yang dipastikan tidak mengandung polyester di dalamnya. Selain itu, benang-benang Tobatenun juga melewati proses pewarnaan alam yang sangat menarik untuk dipelajari.
Nah, sebagai lokasi terciptanya warna-warna menarik benang Tobatenun, perusahaan yang didirikan oleh Kerri Na Basaria Pandjaitan ini memiliki sebuah rumah pewarnaan yang berlokasi di Tanjung Tinggi, Pematangsiantar, Sumatera Utara. Rumah ini bernama “Jabu Borna”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “Rumah Warna.”
Melihat proses pewarnaan alam pada benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Jabu Borna sendiri baru beroperasi dengan efektif sejak April 2022. Sebelumnya, seluruh proses pewarnaan alam nan kompleks khas Tobatenun dilakukan di rumah komunitas tenun mereka, Jabu Bonang, yang berlokasi di perbatasan Pematangsiantar dan Simalungun. Namun, kini operasional pewarnaan alam benang-benang Tobatenun sudah dialihkan ke Jabu Borna, lokasi yang memiliki luas 500 m2 tersebut.
ADVERTISEMENT
COO Tobatenun, Melvi Tampubolon, mengungkapkan bahwa pemindahan operasional pewarnaan alami ke Jabu Borna dilakukan berkat semakin tingginya produksi tenun Batak Tobatenun.
“Karena produksi kita semakin banyak, akhirnya kita bikin Jabu Borna. Ditambah, banyak pelaku usaha lokal kesulitan, karena benang katun sekarang sudah langka. Biasanya, bagi mitra tenun, bertenun sendiri itu sudah melelahkan fisik, karena tenun itu prosesnya lama. Untuk mewarnai lagi mereka butuh bantuan dan kita mencoba men-support di situ. Ada beberapa permintaan, ‘Bantulah kami benang warna,’” cerita Melvi ketika ditemui di rumah komunitas tenun Jabu Bonang pada 14 Juli lalu.

Apa itu proses pewarnaan alam?

Melihat proses pewarnaan alam pada benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Tim kumparanWOMAN berkesempatan untuk menyambangi langsung Jabu Borna pada 14 Juli lalu. Dalam kunjungan tersebut, tim kumparanWOMAN menyaksikan bagaimana berlangsungnya proses pewarnaan yang sungguh mengesankan.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, mungkin Ladies penasaran, apa itu proses pewarnaan alam? Pada dasarnya, ini adalah proses mewarnai benang-benang yang akan digunakan untuk kain tenun Batak, dengan menggunakan bahan-bahan pewarna alami. Tobatenun melakukan berbagai riset dan memanfaatkan bahan-bahan yang mungkin sebelumnya hanya dicap sebagai limbah.

- Bahan-bahan untuk pewarnaan alam ala Tobatenun

Tingi, salah satu bahan untuk pewarnaan alami benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Saat ini, Tobatenun telah memanfaatkan bahan-bahan seperti kayu secang, tingi alias kulit pohon mangrove, jolawe, kayu mahoni, kayu merr, daun ketapang, hingga tumbuhan salaun. Bahan-bahan ini ada yang didapatkan dari Jawa, ada juga yang diperoleh dari hasil kerja sama Tobatenun dengan mitra-mitra tenun mereka di wilayah Samosir, Sumatera Utara.
Tobatenun hingga saat ini masih melakukan berbagai riset untuk mencari sumber warna lainnya. Contohnya, mereka tengah mencoba penggunaan kopi dan kulit bawang merah yang banyak tersedia di Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
Selain bahan-bahan pewarna, para pewarna—mitra Tobatenun yang melakukan proses pewarnaan di Jabu Borna—juga menggunakan tiga bahan lainnya untuk mengunci warna-warna hasil pewarnaan alami tersebut. Ketiga bahan tersebut adalah tawas, kapur, dan getah pisang. Namun, getah pisang khusus digunakan ketika para pewarna tengah bekerja dengan warna merah merlot, alias true red.
Bahan pengunci untuk proses pewarnaan alam benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan

- Warna-warna yang dihasilkan

Sejauh ini, Tobatenun lewat Jabu Borna telah memiliki 32 warna yang tercipta dari 10 bahan alam. Puluhan warna tersebut tercipta dari perpaduan berbagai bahan, berkat tangan-tangan terampil empat pewarna yang saat ini bertugas di Jabu Borna.
Setiap material alam akan menghasilkan warna-warna unik tersendiri. Menurut seorang pewarna di Jabu Borna bernama Juan Hutambolon, warna kuning akan dihasilkan dari rebusan daun ketapang. Namun, jika ingin mendapatkan warna kuning dengan sentuhan keemasan, maka bahan yang digunakan adalah kayu merr.
Kayu merr, bahan pewarnaan alami benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Tak hanya bisa menghasilkan warna kuning, daun ketapang ternyata juga bisa menghasilkan warna silver. Nah, menurut Project Officer Natural Material Jabu Borna, Agus Handoyo, perbedaan warna ini bisa terjadi jika bahan pengunci yang digunakan berbeda.
ADVERTISEMENT
“Kita pakai pengunci bahannya tawas dan juga kapur sirih. Tetap menggunakan bahan alami. Hanya beda fiksasinya saja, jadi dia bisa mengeluarkan tone color yang berbeda-beda. Beda bahan pengunci, maka warna yang keluar juga akan beda,” ucap Agus ketika menjelaskan soal bahan pewarna dan warna benang hasil riset Tobatenun.
Kemudian, untuk menciptakan warna krem muda, digunakan bahan baku kayu jior atau johar. Nah, dalam memperoleh bahan ini, Tobatenun berkolaborasi dengan kelompok partonun atau perajin tenun yang berada di wilayah Samosir, Sumatera Utara.
Kayu jior atau johar untuk pewarnaan alami benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Lalu, bagaimana cara untuk menghasilkan warna cokelat? Para mitra Tobatenun di Jabu Borna menggunakan tingi atau kulit pohon mangrove. Warna cokelat yang dihasilkan oleh tingi ini bisa menjadi cokelat gelap.
ADVERTISEMENT
Kemudian, untuk warna biru, digunakan pasta pewarna yang dihasilkan dari tumbuhan salaun. Namun, proses ekstraksi salaun ini cukup rumit, Ladies. Menurut Agus, “Prosesnya, daun salaun dalam umur 3-5 bulan, karena ekstraknya itu yang matang. Lalu, dia dicelup, direndam dengan air, dikebur-kebur (diaduk) sampai dia mengeluarkan zat birunya. Baru setelah itu dicampur dengan kapur dan diendapkan, sampai mengeluarkan pasta. Butuh proses yang agak lumayan.”
Sementara untuk menghasilkan warna hijau, diperlukan perpaduan warna biru dari salaun dan kuning dari kayu merr. Untuk menghasilkan warna merah marlot atau merah gelap, diperlukan kayu mahoni dan dikunci dengan kapur, kemudian dicelup dengan rebusan secang. Warna merah inilah yang menjadi salah satu warna paling sulit untuk dihasilkan.
Kayu secang untuk pewarnaan alami benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Sedangkan warna hitam, salah satu warna kain tenun Batak dengan permintaan paling tinggi, dihasilkan lewat bahan daun salaun dan tingi. Biasanya, dibutuhkan waktu 2-4 hari untuk bisa menghasilkan satu kilo benang warna hitam ini. Sungguh menarik, ya, Ladies.
ADVERTISEMENT

Tahapan mewarnai benang dengan proses pewarnaan alam

ADVERTISEMENT
Nah, setelah mengetahui bahan apa saja yang digunakan serta warna-warna yang dihasilkan, tim kumparanWOMAN membawa Ladies untuk menilik tahapan mewarnai benang tenun Tobatenun ini. Satu hal yang paling penting adalah memastikan bahwa benang berbahan sutra, katun, atau serat alam yang digunakan tidak mengandung polyester sama sekali. Sebab, polyester tidak akan bisa menyerap warna dari bahan pewarna alam ini.

1. Merebus bahan-bahan alam

Merebus kayu secang, salah satu tahapan pewarnaan alam benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Pertama, para mitra Tobatenun di Jabu Borna akan merebus bahan yang digunakan selama setidaknya 1–2 jam, untuk memperoleh ekstraknya secara maksimal.

2. Menyiapkan dan mencuci benang

Kemudian, setelah menyiapkan benang yang sudah pasti terbebas dari polyester, para pewarna melakukan pencucian atau mordanting benang. Jika benang yang digunakan berbahan katun, rebus benang dengan menggunakan deterjen ramah lingkungan seperti TRO. Jika benang terbuat dari sutra dan serat alam, maka harus direbus dengan tawas atau tanin.
ADVERTISEMENT

3. Proses pewarnaan dengan cara celup-mencelup

Proses mencelup pada pewarnaan alami benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Usai benang tercuci dengan baik, para pewarna bisa mulai melakukan pewarnaan tiap hang (gulungan) benang sesuai warna yang diinginkan. Caranya adalah mencelupkan gulungan benang ke dalam larutan pewarna, larutan fiksasi, dan larutan bilas secara berulang-ulang. Biasanya, untuk satu hang (gulung) benang, diperlukan sekitar 500ml larutan pewarna. Lakukan proses celup-mencelup ini berulang-ulang hingga mendapatkan hasil yang diinginkan.

4. Menjemur benang

Benang yang telah diwarnai dengan daun ketapang dijemur di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Tahapan terakhir adalah menjemur benang. Nah, dalam menjemur benang, pewarna tidak bisa melakukannya secara asal, Ladies. Benang yang sudah diwarnai tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Oleh karenanya, benang-benang harus dijemur di lokasi beratap dan dikeringkan dengan cara diangin-angin.
Nah, mengingat tahapan yang cukup panjang ini, berapa banyak benang yang bisa diwarnai dalam satu harinya? Menurut Agus, ini tergantung dari warna yang diinginkan: warna yang lebih mudah, tentunya akan lebih cepat dan banyak diproduksi. Sementara yang lebih berat, seperti hitam dan merah, akan memakan waktu lebih lama, sehingga jumlah yang dihasilkan dalam satu hari lebih sedikit.
ADVERTISEMENT
“Dengan kapasitas empat orang saat ini, warna mudah itu bisa dihasilkan hingga 20–25 kg, untuk sedang 10–15 kg, untuk warna berat kita hanya achieve 3–5 kg,” ungkap Agus.

Pengolahan limbah, upaya menciptakan bisnis berkelanjutan

Bahan-bahan dan bahan pengunci untuk pewarnaan alami benang-benang tenun Tobatenun di rumah pewarnaan Jabu Borna, Pematangsiantar, Sumut, pada Kamis (14/07/2022). Foto: Judith Aura/kumparan
Upaya Tobatenun dalam menjalani usaha yang berkelanjutan tidak berhenti sampai di proses pewarnaan dengan bahan alami. Mereka juga melakukan pengolahan limbah pewarna, memastikan air yang nantinya dilepaskan ke alam sudah dalam keadaan bersih.
“Dari awal, sistem pengolahan limbah kita ada dua cara: aerasi dan filtrasi. Dalam aerasi, air ditambahkan oksigen, hingga zat kimia terurai. Kemudian pada filtrasi, pakai beberapa bahan seperti ijuk, batu putih, pasir, spons, dakron, dan sebagainya. Lalu kita tampung, sedot lagi, dan dilakukan secara berkala, sampai dipastikan benar-benar bening,” papar Agus.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati sejumlah proses dan memastikan bahwa air sudah terbebas dari zat kimia berbahaya, dilakukan tes dengan melepaskan ikan ke dalam air hasil filtrasi tersebut. Jika ikan tetap dalam kondisi hidup, artinya, air olahan limbah sudah aman untuk dialirkan kembali ke parit-parit.
Nah, menarik sekali, ya, proses pewarnaan alam di Jabu Borna milik Tobatenun ini. Kamu paling suka warna yang mana, Ladies?