Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Model Curvy Shahnaz Indira Bicara soal Body Positivity hingga Tantangan Karier
28 September 2022 11:45 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Shahnaz Indira mengaku, dirinya sama sekali tidak menyangka bisa berkarier sebagai model . Dulu, profesi di industri modeling baginya hanyalah impian belaka. Namun kini, impian tersebut menjadi kenyataan. Pada Selasa (20/9) lalu, ia berhasil melakukan debut runway internasionalnya di London Fashion Week.
ADVERTISEMENT
Perempuan berusia 19 tahun itu adalah seorang model curvy di bawah naungan dua agensi, yakni IVY Models Indonesia dan MiLK Models Management yang berbasis di London. Pencapaian Shahnaz berjalan di fashion show desainer asal Irlandia, Simone Rocha, menjadi bukti bahwa perempuan dengan body type apa pun bisa berkarier dalam industri bergengsi ini.
Dalam wawancara dengan kumparanWOMAN, Shahnaz mengungkapkan bahwa prestasinya ini tidak datang begitu saja. Sebelum bergabung bersama IVY Models pada 2021, Shahnaz sama sekali tidak memiliki latar belakang model. Ia baru mempelajari tetek bengek modeling usai dirinya bergabung dengan agensinya itu.
Berbagai tantangan pun ia hadapi. Mulai dari mencari angle wajah yang bagus untuk foto, melenggang dengan lancar menggunakan sepatu heels tinggi, hingga berkutat dengan ketidakpercayaan diri dan tantangan soal body positivity yang ia rasakan sejak lama.
“Dari kecil, aku selalu jadi cewek paling besar di sekolah. Lalu, mulai dari SMP sampai SMA, aku benar-benar enggak percaya diri, aku penginnya aku kurus. Namun, enggak bisa karena tulang aku gede banget,” ungkap Shahnaz kepada kumparanWOMAN pada Jumat (23/9).
ADVERTISEMENT
“Dulu, aku negatif banget orangnya. Aku dulu selalu berpikir, ‘Aku begini banget’. Jadinya, pembawaanku jelek; contohnya, aku menunduk melulu,” imbuhnya.
Kemudian, dalam wawancara bersama Models.com, Shahnaz mengatakan bahwa ia juga pernah dirundung akibat tubuhnya yang tinggi besar, serta bentuk hidung yang diejek sebagai piggy nose.
Tantangan ini pun membuat Shahnaz sempat mencoba hal-hal ekstrem, seperti diet ketat yang tidak sehat. “Kalau soal struggle, aku dulu struggling sekali. Aku sampai enggak makan seharian, aku sampai diet enggak sehat, itu pernah banget, ada banget masanya. Tapi, itu sudah berlalu,” papar model dengan tinggi badan 180 cm ini.
Dunia modeling bantu dorong kepercayaan diri
Di tengah perasaan tidak percaya diri yang menghantui, Shahnaz bagai diselamatkan oleh dunia modeling dan orang-orang dengan mindset positif di sekitarnya. Shahnaz mengaku, lingkungannya yang positif dan sehat akhirnya mendorong dia untuk menerima diri sendiri dan menerapkan body positivity.
ADVERTISEMENT
Bagi Shahnaz, seluruh bentuk itu cantik dan ia tidak perlu bersusah payah untuk menyesuaikan dengan “standar kecantikan” yang toksik di masyarakat.
“Akhirnya, yang benar-benar mengubah perspektif aku, ya, modeling. Karena lingkupnya jadi luas banget, dan aku juga mencoba menerima diri aku sendiri. Karena, ya, sudah, mau kayak bagaimana juga aku akan tetap kayak begini. Mau bagaimana juga, yang bisa baik ke diri aku sendiri adalah aku,” tegas perempuan kelahiran 27 Mei 2003 ini.
Kemudian, kapankah Shahnaz mulai bisa menerima dirinya sendiri, setelah bertahun-tahun melawan ketidakpercayaan dirinya? Shahnaz mengatakan, “kemenangan” tersebut baru-baru ini berhasil dia raih.
“Kayaknya baru-baru ini banget sih, karena tahun pun lalu aku masih berpikir, ‘Gue kurang apa lagi, ya?’ Memang prosesnya lama banget, ya, untuk bisa nyaman dengan diri sendiri. Susah banget, apalagi kalau kita kayak, beda banget dan enggak fit dengan beauty standards,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Body positivity dan labeling di dunia modeling
Kendati baru terjun ke dunia modeling tahun 2021, Shahnaz sudah memahami bahwa standar kecantikan dan labeling di industri modeling sudah berevolusi. Sebelumnya, modeling memang identik dengan bentuk tubuh yang langsing dan tinggi semampai. Namun, Shahnaz mengungkapkan, industri ini semakin sadar bahwa tubuh perempuan itu beragam.
“Bagiku ini adalah sebuah evolusi. [Dunia modeling] jadi lebih baik, lebih bertumbuh, karena seperti yang kita tahu, body types itu kan enggak cuma satu, yaitu kurus dan tinggi. Ada beragam body types, skin colour, tinggi badan,” ucapnya.
“Aku senang sekarang dunia fashion lebih terbuka dengan keberagaman. Sebab, semua orang bisa fashionable, semua orang bisa terjun di dunia fashion,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Evolusi inilah yang mendorong kepercayaan diri Shahnaz muncul ke permukaan. Ia pun menegaskan, saat ini ia tidak lagi ambil pusing dengan standar kecantikan yang ada di dunia modeling sebelumnya. Sebab bagi dia, dia berharga dan cantik.
“Jadi, aku sekarang lebih mencoba menerima ke diri sendiri. Kayak, ‘I deserve all of this, kamu cantik, you don't have to try to fit into the standards.’ Sekarang standar kecantikan itu sudah terkesan bodoh, karena semua orang cantik.”
Shahnaz sudah tidak asing lagi dengan label yang tersemat di nama profesinya: Curvy model. Ketika ditanya soal bagaimana ia mengidentifikasi dirinya sendiri—model seperti apakah dirinya? Shahnaz pun menjawab dengan mantap: Model.
“Oke, aku sekarang adalah model. Cuma, kalau orang mau melabeli aku as a curvy model, that’s okay, karena aku juga bukan yang kurus juga … memang badan aku besar. Terus, sekarang juga labeling enggak sepenting itu. As long as you’re a model, you’re a model,” tegasnya.
ADVERTISEMENT