Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
My Mom My Inspiration 2020: Noni Purnomo sebagai Sosok Panutan Bagi 3 Putrinya
23 Desember 2020 12:16 WIB
Siapa yang tak mengenal sosok Noni Purnomo ? Sebagai CEO dari Bluebird , salah satu perusahaan transportasi raksasa di Indonesia, namanya tentu sudah tak asing di telinga. Tak hanya itu, Noni juga terkenal sebagai perempuan yang memiliki segudang prestasi. Pada 2016, ia menjadi salah satu perempuan yang masuk dalam daftar Asia’s Women to Watch versi Majalah Forbes.
Sejak 2019 lalu, Noni Purnomo resmi menjabat sebagai CEO Bluebird menggantikan ayahnya, Purnomo Prawiro. Ia dianggap sebagai figur yang tepat untuk melanjutkan pengembangan Bluebird sejalan dengan program transformasi dan tantangan bisnis ke depan.
Namun di balik kesuksesannya sebagai perempuan karier, Noni Purnomo juga merupakan seorang ibu yang menginspirasi. Dari pernikahannya dengan Klass Redmer Schukken, Noni dikaruniai tiga anak perempuan, yaitu Amanda, Sasha, dan Kaira.
Dalam program My Mom My Inspiration 2020 , kumparanWOMAN melakukan wawancara eksklusif secara virtual bersama Noni Purnomo dengan ketiga putrinya tersebut. Di Minggu pagi yang cukup santai, Noni ditemani Sasha dan Kaira di rumah. Sedangkan anak pertamanya, Amanda, harus melakukan wawancara jarak jauh karena sedang menempuh pendidikan di Amerika Serikat.
“Kangen sekali dengan Mama dan keluarga. Untungnya di Hari Ibu ini saya sudah pulang jadi nanti bisa kumpul lagi dengan keluarga,” ungkap Amanda kepada kumparanWOMAN saat melakukan wawancara virtual untuk program spesial Hari Ibu , My Mom My Inspiration 2020 beberapa waktu lalu.
Selain bicara soal kedekatan, ketiga putri Noni Purnomo juga mengungkap bagaimana mereka belajar tentang kehidupan dari sang ibu. Mereka juga mengatakan bahwa sang ibu merupakan sosok panutan.
Untuk mengetahui cerita lengkap tentang hubungan Noni Purnomo dengan ketiga putrinya, simak obrolan selengkapnya berikut ini.
Saat ini Bu Noni dan anak-anak sedang sibuk apa?
Noni Purnomo (NP): Kalau dengan anak-anak, saat ini kami masih berusaha untuk mengatur pola sekolah di rumah. Jadi kami mencoba lebih kreatif untuk mencari berbagai kegiatan di rumah supaya tidak bosan. Tapi kalau saya pribadi, saat ini sedang fokus mengatasi krisis selama pandemi di perusahaan. Karena seperti yang sudah diketahui, industri transportasi menjadi salah satu yang terdampak selama pandemi ini.
Jadi sebagian besar kesibukannya fokus kesana.
Lalu bagaimana dengan Amanda yang saat ini sedang di luar negeri, sering kangen rumah dan Mama?
Amanda (AM): Sekarang saya sudah lama tidak pulang jadi tentu kangen sekali. Untungnya nanti waktu momen Hari Ibu saya sudah bisa pulang. Jadi tidak lama lagi saya ketemu keluarga.
Kalau sedang jauh, siapa yang biasa menghubungi dulu?
AM: Kebetulan saya sama adik-adik suka saling telepon. Karena ada perbedaan waktu, mereka pasti akan telepon waktu sedang pagi disini dan di Jakarta malam, jadi pasti Mama ada di rumah. Biasanya kalau kami sedang mengobrol, Mama suka ikut join.
NP: Iya, kita sebenarnya hampir setiap hari mengobrol. Untungnya sudah ada teknologi karena kalau dulu zaman saya itu semua masih terbatas. Sekarang tengah malam pun juga masih bisa saling menghubungi. Kami punya grup WhatsApp sendiri namanya Dora Milaje. Mereka itu kelompok bodyguard perempuan di film Black Panther. Di grup tersebut kami sering sekali membicarakan banyak hal, kapanpun dimanapun. Bahkan kadang kami menonton film bersama dengan Amanda. Jadi kami menonton film yang sama di tempat masing-masing sembari video call.
Punya hubungan yang kompak, apakah Bu Noni dan anak-anak punya rutinitas khusus saat merayakan Hari Ibu?
NP: Dalam setiap kesempatan, kami punya prinsip tersendiri. Hadiah yang paling spesial itu bukan hadiah yang dibeli karena kalau beli kan gampang. Jadi kami memang punya tradisi kalau ingin kasih hadiah untuk ulang tahun atau Hari Ibu, ya harus bikin sendiri. Kadang mereka memberi saya ucapan, membuatkan saya kue, atau membuat gambar. Kebetulan anak saya ada yang suka menulis puisi, ada juga yang suka menggambar. Jadi hadiah itu keluarnya dalam bentuk visual. Misalnya foto saya dan mereka disatukan lalu dihias. Jadi hadiahnya bisa apa saja yang penting dibuat sendiri.
Bicara soal Hari Ibu, bisa ceritakan sosok Ibunda dari Bu Noni?
NP: Dari kecil, saya dibesarkan dalam lingkungan bisnis yang didominasi oleh laki-laki. Jadi saya dulu itu tomboy sekali dan lebih terbiasa bergaul dengan anak laki-laki daripada perempuan. Nah, akhirnya ibu yang membuat saya belajar mengenal lebih banyak mengenai faktor-faktor feminin. Kebetulan ibu saya orang Jawa, jadi Ibu mengajarkan saya menari supaya bisa mengenal dan menghargai budaya Indonesia.
Dari belajar menari itu juga saya yang dulunya tidak percaya diri jadi lebih berani. Karena saat belajar menari, kita sesekali melakukan pentas dan dari situ mulai timbul kepercayaan diri yang lebih baik.
Adakah nilai-nilai atau pelajaran hidup dari Ibunda yang masih diingat dan diterapkan hingga sekarang?
NP: Saya cukup dekat dengan ibu dan almarhumah nenek saya. Kalau nenek itu sering mengajarkan saya tentang filosofi-filosofi hidup. Salah satunya adalah bahwa dalam menjalani hidup, kita harus bisa melihat ke atas dan ke bawah. Supaya kita bisa bersyukur atas apa yang kita punya dan menyadari bahwa di sekeliling kita masih banyak orang yang lebih kesulitan daripada kita. Tapi tak lupa, kita juga harus melihat ke atas supaya punya keinginan untuk mau belajar menjadi lebih baik lagi.
Sedangkan ibu mengajarkan saya bahwa hidup itu tidak boleh hitam dan putih. Tapi harus seperti air yang mengalir. Keduanya, ibu dan nenek memang suka memberikan pelajaran hidup lewat filosofi seperti itu.
Bagaimana pelajaran-pelajaran tersebut membantu menguatkan Bu Noni dalam menghadapi tantangan?
NP: Banyak pelajaran yang saya dapat dari sosok ibu. Dan pelajaran itu bukan hanya dari ibu saya saja, tapi juga dari ibu-ibu lain di luar sana. Kebetulan saya suka membaca dan mencari informasi. Dari situ saya belajar bahwa selama ini banyak sekali anak yang seakan-akan memiliki beban untuk menjadi seseorang yang sempurna, terutama anak perempuan.
Jadi dulu saya pernah berada di posisi itu dan merasa bahwa semuanya harus sempurna. Namun seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa tidak ada satu orang pun yang sempurna. Nah, dari situ saya mulai mencoba membuka diri. Kalau dalam satu hari ada momen yang tidak menyenangkan, bukan berarti semuanya menjadi tidak mungkin. Ketika mengalami hal itu, saya ingat pesan ibu dan nenek kalau kita harus bisa melihat ke atas dan ke bawah. Jadi saat sedang mengalami kegagalan, saya bisa melihat ke bawah dan ke atas, supaya bisa bersyukur dan belajar menjadi lebih baik. Pelajaran itu yang membantu saya menghadapi masa-masa sulit.
Ini juga saya ajarkan pada anak-anak dari kecil. Tiap hari saya ajak mereka untuk bercerita apa saja yang terjadi di hari itu, apa kabar baik dan kabar buruknya. Karena saya mau anak-anak menyadari bahwa mendapatkan kabar buruk itu sesuatu yang normal. Setelah itu, mereka bisa lanjut mempelajari apa yang harus kita perbaiki.
Lalu bagaimana dengan Amanda, Sasha dan Keira, apakah pelajaran dari Mama diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
AM: Kalau buat saya sih yang paling penting yang tadi melihat ke atas dan ke bawah, tapi sepertinya yang paling penting itu yang lihat ke bawahnya. Karena seringkali kita kan selalu melihat ke atas tapi lupa melihat ke bawah. Kita harus menyadari kalau ada banyak orang di luar sana yang bekerja keras untuk memastikan semua orang bisa hidup lebih mudah. Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur dengan semua privileges yang kita punya.
Sasha (SS): Satu hal yang saya pelajari dari Mama itu, semakin banyak kita memberi, maka semakin banyak juga yang akan kita peroleh dan nantinya akan semakin banyak juga kesempatan buat kita untuk bisa membantu orang lain.
Kaira (KR): Saat ini mungkin saya masih sangat muda tapi saya mencintai Mama saya dan bangga melihat apa yang Mama lakukan. Tapi pelajaran yang bisa saya ambil dari Mama adalah memberi itu lebih baik daripada meminta.
Bicara soal Mama, semua orang sudah mengenal Bu Noni ini sebagai perempuan inspiratif dengan berbagai prestasi. Tapi kalau di rumah Mama itu seperti apa orangnya?
AM: Mama itu bekerja di bidang yang didominasi oleh laki-laki dan kadang itu bisa membuat Mama cukup stres. Mama itu orangnya baik, tapi karena Mama juga memegang posisi penting di kantor, jadi kadang di rumah orangnya jadi kaku. Oleh karena itu kami selalu mencoba membuat suasana jadi lebih rileks dan menyenangkan. Kalau sedang bersama, kami banyak menghabiskan waktu untuk saling cerita sambil santai, dan berusaha sebisa mungkin membantu Mama jadi lebih tenang dan senang.
SS: Sebagai sosok yang memiliki peran besar, Mama itu juga manusia. Mama sangat peduli, baik, dan semua yang anak butuhkan dari Mama itu semua Mama punya. Tapi kadang tidak banyak yang menyadari hal itu, padahal Mama itu sama saja dengan ibu lainnya.
Sebagai anak pertama, apakah Mama sudah mencoba mempersiapkan Amanda untuk terjun juga ke perusahaan keluarga?
AM: Kebetulan jurusan saya seni. Tapi dulu sempat ada perdebatan karena mungkin sebelumnya ada rencana untuk mempersiapkan saya di perusahaan. Namun seiring berjalannya waktu, saya diperbolehkan melakukan apa saja yang saya mau asalkan punya goals, bekerja keras, dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Dan sepertinya sekarang saya sudah sukses menyampaikan bahwa seni adalah passion saya. Maka dari itu, saya bekerja keras menggapai keinginan dan siap menghadapi semua tantangan di bidang yang saya jalani ini. Jadi masa-masa ingin mempersiapkan saya itu sudah saya lalui.
Lalu apa yang menginspirasi dari Mama?
AM: Hal yang menginspirasi dari Mama adalah setiap menjalani sesuatu kita harus punya tujuan. Karena tanpa itu kita bisa jadi mudah menyerah saat menghadapi tantangan atau kesulitan.
SS: Menurut saya, Mama adalah sosok yang menginspirasi, karena Mama bisa melakukan banyak hal dan memastikan semuanya berjalan dengan baik.
Memiliki ibu yang terkenal dan punya banyak prestasi, pernah merasakan tekanan atau beban tersendiri tidak?
AM: Saya pribadi tentu merasakan tekanan karena saya merasa tidak mungkin untuk bisa jadi sebaik Mama. Karena biasanya orang tua selalu ingin anaknya menjadi lebih baik dari orang tuanya. Tapi saya sendiri sudah bisa menerima hal tersebut kalau saya tidak bisa menjadi seperti ibu saya.
NP: Itu tidak benar. Amanda jauh lebih baik dari Mama. Amanda bisa melakukan banyak hal yang Mama tidak bisa. Bahkan dulu saya gagal mau masuk sekolah seni karena tidak bisa menggambar, tapi Amanda jago sekali.
SS: Kalau saya sepertinya tidak ada, karena Mama tidak pernah memaksa saya untuk melakukan berbagai hal yang mungkin tidak saya suka. Justru Mama sangat menginspirasi saya dalam berbagai hal.
Tadi Amanda sempat bilang tidak akan bisa menjadi seperti Mama. Menanggapi hal ini, bagaimana cara Bu Noni meyakinkan anak-anak agar lebih percaya dengan kemampuannya sendiri?
NP: Kuncinya adalah melakukan komunikasi yang baik dengan anak-anak. Tapi saya menyadari bahwa ada kemungkinan anak-anak merasakan tekanan itu. Namun saya selalu sampaikan pada anak-anak bahwa saya sangat menghargai kerja keras dan tujuan yang mereka miliki. Jadi seperti Amanda yang sempat ganti jurusan, saya memperbolehkan yang penting dia tidak berubah pikiran tanpa tujuan.
Begitu juga dengan Sasha dan Kaira, saya tidak pernah memperlakukan anak-anak secara berbeda, semua sama rata. Saya melihat dan menghargai semua anak saya dan tidak pernah memiliki ekspektasi umum. Karena semua pasti memiliki keinginan yang berbeda. Tapi yang terpenting mereka mau berusaha, bekerja keras, disiplin, dan baik. Bagi saya, nilai-nilai itu penting, yang lain bisa dibangun seiring berjalannya waktu.
Sebagai ibu dan anak, apalagi semua perempuan, apakah kalian merasa memiliki sifat yang sama?
AM: Saya rasa kami semua perfeksionis ya. Jadi semua yang kami lakukan, harus dilakukan sebaik mungkin. Itu sepertinya satu sifat yang menurun dari Mama walaupun perfeksionisnya bukan yang ekstrim. Tapi sifat itu yang membantu kami selalu bekerja keras setiap melakukan segala sesuatu.
Untuk memperingati Hari Ibu, ada pesan yang ingin disampaikan dari anak-anak untuk Bu Noni?
AM: Selamat Hari Ibu Mama, I love you. Terima kasih sudah memberi saya semua kesempatan untuk melakukan apa yang saya suka dan ingin saya lakukan tanpa menghakimi. Terima kasih sudah selalu mendukung dengan penuh cinta, I love you.
SS: Terima kasih sudah selalu ada untuk saya. Meskipun saya jarang bilang, tapi Mama selalu tahu kalau saya sedang merasa down dan Mama selalu membantu saya. Apa yang Mama lakukan sangat berarti buat saya. Dan terima kasih sudah memberikan banyak kesempatan untuk saya.
KR: Terima kasih sudah merawat saya dan selalu peduli. Terima kasih juga atas kesempatan, perhatian, dan cinta yang sudah Mama berikan untuk kita semua.
Bu Noni apakah ada pesan yang ingin disampaikan untuk perempuan Indonesia di Hari Ibu ini?
NP: Untuk semua perempuan di Indonesia, yang paling penting kita harus selalu punya tujuan. Kita harus selalu yakin bahwa sebagai perempuan kita juga bisa memberikan perubahan yang signifikan kalau kita mau berusaha dengan baik.
Hindari kebiasaan untuk membatasi diri dan harus lebih percaya diri lagi. Percaya bahwa apapun yang kita lakukan dengan setulus hati, tujuan yang tepat, itu pasti akan memberikan kontribusi yang positif. Jangan selalu melihat kesulitan, tapi kita harus benar-benar mengambil langkah positif dalam segala hal dan itu bisa dimulai dari hal-hal kecil.
Selamat Hari Ibu untuk Ibu Noni Purnomo dan Anak-anak!