Olfactory Training, Terapi untuk Atasi Hilangnya Indra Penciuman Akibat COVID-19

15 Agustus 2021 16:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anosmia. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anosmia. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kehilangan indra penciuman telah menjadi gejala paling umum saat seseorang terinfeksi COVID-19. Sekitar 86 persen pasien COVID-19 mengalami anosmia. Faktanya, menurut studi baru, mayoritas pasien yang kehilangan indra penciuman (55 persen) punya bentuk gejala yang lebih ringan.
ADVERTISEMENT
Anosmia sendiri merupakan gejala di mana seseorang mengalami kehilangan total daya penciumannya. Sedangkan kondisi pengurangan sebagian penciuman disebut dengan hiposmia.
Menurut dr. Lia Natalia Sp. T.H.T.K.L., spesialis THT yang berpraktik di Mayapada Hospital Modernland Tangerang dan Ciputra Hospital Citra Garden City Jakarta Barat, anosmia terjadi karena kegagalan stimulus ditangkap oleh reseptor pada sel‐sel b sensoris, sehingga stimulus terabaikan, dan tidak ada rangsang yang dilanjutkan ke otak.
Lebih lanjut, dr. Lia, mengatakan bahwa saat ini belum ada farmakoterapi yang terbukti bermanfaat mengatasi kehilangan indra penciuman. Oleh karena itu, Olfactory Training (OT) atau pelatihan olfaktorius atau yang juga dikenal dengan smell training muncul sebagai strategi pengobatan utama hilangnya penciuman akibat infeksi virus.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan bahwa proses pelatihan olfaktorius ini sama dengan terapi fisik setelah stroke atau fisioterapi neurologis lainnya. Dalam prosesnya, jalur saraf yang masih utuh akan diperkuat dan dilatih ulang untuk mengkompensasi jalur saraf yang rusak.
"OT dilakukan karena dianggap dapat melatih kembali otak dalam menafsirkan dengan benar sinyal neurologis karena bau menghasilkan impuls unik yang berjalan melalui saraf penciuman, bulbus olfaktorius, dan korteks olfaktorius," tambahnya.
Ilustrasi melakukan terapi penciuman. Foto: Shutterstock
Lalu, bagaimana cara melakukan pelatihan penciuman pasca terinfeksi virus seperti COVID-19? dr. Lia menjelaskan bahwa secara tradisional OT dilakukan menggunakan sesi pelatihan dua kali sehari yang melibatkan empat aroma yang dipilih secara khusus dari empat bahan kimia yang berbeda.
"Untuk setiap aroma atau bau, pasien menghirup melalui lubang hidung selama 15-20 detik. Lalu berkonsentrasi pada aroma atau bau bahan tersebut. Selanjutnya, ambil istirahat selama 10 detik. Setelah itu lakukan proses yang sama untuk semua jenis aroma. Durasi terapi biasanya minimal 12 minggu, baru nanti dievaluasi dan terapi akan dilanjutkan kalau ada kemajuan," katanya.
ADVERTISEMENT
dr. Lia menjelaskan kalau parfum bisa saja digunakan untuk melatih penciuman pasca terinfeksi virus. Namun, menurutnya kita harus memakai wewangian yang sudah biasa dikenal supaya lebih mengingatkan dan melatih saraf penciuman serta otak kita untuk meregenerasi sel-sel saraf yang rusak.
Eucalyptus menjadi salah satu aroma yang bisa membantu mengatasi anosmia karena COVID-19. Foto: Shutterstock
Pada bulan pertama, kita bisa melakukan terapi penciuman dengan empat aroma, seperti mawar, eucalyptus, lemon, dan cengkeh. Kalau penciuman mengalami kemajuan setelah melakukan pelatihan selama tiga bulan, dr. Lia mengatakan bahwa kita dapat berpindah pada set aroma baru.
Kita bisa melatih penciuman dengan aroma mentol, thyme, tangerine, dan melati. Latih penciuman dengan set tersebut selama tiga bulan. Setelah tiga bulan, kita bisa beralih ke rangkaian aroma baru lainnya. Ia menyarankan teh hijau, bergamot, rosemary, dan gardenia.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi aroma mawar. Foto: Shutterstock
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pelatihan Olfactory Training (OT) atau smell training ini, dr. Lia membagikan beberapa langkah penting yang bisa dilakukan. Simak pemaparannya berikut ini.
- Siapkan empat jenis aroma, yaitu mawar, eucalyptus, lemon, dan cengkeh.
- Pilih aroma pertama, yaitu mawar, untuk dicium selama kurang lebih 15-20 detik sambil mencoba mengingat aroma apa yang pertama kali tercium.
- Lakukan istirahat selama 10 detik.
- Ulangi langkah pada poin kedua untuk tiga aroma berikutnya. Dan jangan lupa untuk istirahat 10 detik sebelum berganti aroma.
- Lakukan pelatihan ini dua kali sehari setiap hari selama tiga bulan pertama.