Pameran Keliling Gucci Cosmos: 102 Tahun dalam Bergaya

8 Desember 2023 20:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ruang Eden di pameran Gucci Cosmos di London. Foto: Dok. Rifina Muhammad
zoom-in-whitePerbesar
Ruang Eden di pameran Gucci Cosmos di London. Foto: Dok. Rifina Muhammad
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pameran Gucci Cosmos tiba di London, memukau pengunjung tak hanya sebagai pameran mode, tapi juga sebuah karya seni konseptual yang berharga.
ADVERTISEMENT
Konsep dan desain digagas oleh seniman kontemporer ternama Es Devlin, bekerja sama dengan kritikus mode Maria Luisa Frisa sebagai kurator yang membongkar arsip rumah mode Gucci selama 102 terakhir.
Pengunjung dimanjakan dengan jajaran karya-karya desainer Gucci sepanjang masa, mulai dari keluarga Gucci sendiri hingga desainer nama besar seperti Tom Ford, Frida Giannini, Alessandro Michele.
Mengenal sejarah awal Gucci. Foto: Dok. Rifina Muhammad
Memasuki gedung pameran, pengunjung diajak bernostalgia. Ada ruangan serupa lobi hotel yang elegan dengan lampu emas dan lantai marmer kotak-kotak. Rupanya, ini merupakan reka ulang hotel The Savoy, London pada 1897 di mana Guccio Gucci, pendiri rumah mode Gucci, bekerja sebagai porter.
Tepat di tengah, terletak pintu masuk ke dalam lift yang mereka namakan The Ascending Room. Di sinilah cikal bakal rumah mode Italia itu berasal. Lift pertama di London ini tempat di mana Gucci mendapatkan inspirasi membuat koper bepergian.
ADVERTISEMENT
Di zaman itu, perlu waktu tujuh menit bagi lift untuk naik ke ketinggiannya. Selama itu para tamu disajikan minuman dan dihibur dengan musik. Gucci si porter muda pun mengamati pemandangan benda-benda indah yang dibawa para tamu kalangan atas. Tas, koper, peti, dan boks penyimpan topi. Pengalaman ini memupuk obsesinya terhadap koper. Ia bawa pulang ke Florence, membuka bengkel kerja dan mengawali bisnisnya.
Scarf Gucci Flora. Foto: Dok. Rifina Muhammad
Gucci Cosmos adalah pameran keliling yang pada musim semi lalu dipamerkan di Shanghai. Versi barunya kini hadir di 180 Studio London hingga 31 Desember 2023, memuat desain-desain dari arsip Gucci yang belum pernah dipertontonkan sebelumnya, disuguhkan sebagai karya seni konseptual garda depan. Pameran ini dibagi menjadi beberapa "dunia" yang dipisahkan oleh pintu berputar ala lobi hotel.
ADVERTISEMENT
Portals, ruang selanjutnya, adalah pintu masuk ke dunia Gucci. Berupa instalasi-instalasi, ruang ini menceritakan asal muasal rumah mode Gucci, dari kelahiran Guccio Gucci, profesinya sebagai porter di London, dan pembukaan toko pertamanya di Florence.
Instalasi lain juga menggemaskan mata, berupa conveyer belt (ban berjalan). Pengunjung seperti sedang berada di bandara menunggu pengambilan barang. Tampak koper piknik era 1960an lengkap dengan termos dan sendok garpu, koper gitar dari kulit berwarna merah, dan tentu saja tas-tas baju dengan motif bunga khas Gucci.
Instalasi ban berjalan di bandara di pameran Gucci Cosmos di London. Foto: Dok. Rifina Muhammad
Motif bunga-bunga memanglah salah satu ciri khas Gucci. Tak heran jika ia mendapatkan tempat khusus, yakni di Eden, ruang serba putih dengan cermin di antara pilar, dibubuhi serangga raksasa dan kelopak-kelopak bunga yang tergantung indah.
ADVERTISEMENT
Di sini pengunjung bisa melihat Gucci Flora—motif yang terdiri dari 43 spesies bunga, tumbuhan, dan serangga—pertama kali diciptakan dalam bentuk scarf sutera untuk Putri Grace dari Monaco.
Kekhasan lain dari rumah mode Gucci adalah berkuda. Horsebit atau kekang logam untuk kendali di mulut kuda, tak hanya identik tapi menjadi unggulan Gucci, terutama pada tas (horsebit bag) dan sepatu loafer. Zoetrope, sebuah instalasi ruang bundar terispirasi oleh fotografer Eadweard Muybridge di tahun 1878, merekam keindahan gerak kuda yang diselingi obyek-obyek seperti gaun, sepatu boots, pelana kuda, dan sanggurdi.
Dua raksasa mengenakan baju beludru era Tom Ford. Foto: Dok. Rifina Muhammad
Semakin lama, presentasi menjadi semakin terasa kental dengan seni konseptualnya. Di babak ke dua pameran, pengunjung dihadapkan dengan sosok dua raksasa terbujur. Seperti dalam imajinasi novel satir Gulliver’s Travels karya penulis Irlandia, Jonathan Swift, pengunjung terlihat mungil saat berjalan di antara tubuh raksasa. Labirin biru terang lalu menyambut pengunjung di babak Archivio.
ADVERTISEMENT
Tas, sebuah obyek yang telah bertransformasi sebagai subyek, menjadi tulang punggung kebanyakan rumah mode besar, mengisi ruangan ini. Jackie, Diana, Bamboe, Horsebit, Marmont, adalah selebritas, dan di ruangan ini pengunjung bisa tatap muka, membuka deretan laci untuk mengenal lebih dekat.
Konstelasi arsip-arsip Gucci semakin terpampang sebagai karya seni. Cabinets of Wonders, sebuah lemari dekoratif yang bergerak, membuka dan menutup, menawarkan suguhan baru yang memukau. Bagitu juga Carousel, display karya-karya runway para desainer Gucci sepanjang masa, berputar sejalan dengan ritme waktu.
Carousel panggung runway Gucci. Foto: Dok. Rifina Muhammad
Sebagai pamungkas, Gucci Ancora, adalah ruang merah dengan monolit bersemburat kata-kata, di mana direktur kreatif terbaru Gucci, Sabato de Sarno, mengejawantahkan manifestasinya. Sebuah catatan visual tentang kata, puisi, prosa, kadang dalam cuplikan.
ADVERTISEMENT
Kata De Sarno, “Ini bukanlah sesuatu yang telah hilang, ini sesuatu yang masih engkau miliki, tapi kau menginginkannya lebih karena ini membuatmu bahagia.”
Entah apa yang diinginkan De Sarno, yang jelas keseluruhan Gucci Cosmos ini tak hanya mampu mengaktifkan rasa ingin tahu pengunjung, tapi juga membuat mereka mendeklarasikan manifestonya sendiri.
Laporan: Rifina Muhammad