Pameran Rebel: 30 Years of London Fashion

24 November 2023 14:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pameran Rebel: 30 Years of London Fashion. Foto: dok. Rifina Muhammad
zoom-in-whitePerbesar
Pameran Rebel: 30 Years of London Fashion. Foto: dok. Rifina Muhammad
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
The Design Museum London menggelar pameran yang merangkum 30 tahun terakhir perjalanan mode Inggris dan kontribusinya pada mode dunia. Rebel, tajuk pameran ini, dikurasi oleh Sarah Mower MBE (duta British Fashion Council) dan Rebecca Lewin (kurator senior The Design Museum).
ADVERTISEMENT
Pameran ini memuat kisah ratusan desainer muda tak kenal takut yang telah mengubah lanskap mode dan karya-karya yang bersemangat, radikal, dan penuh pembangkangan.
London memanglah pusat mode yang terkenal akan kreativitas desainer-desainernya yang melawan arus. Reputasinya dalam melahirkan bintang-bintang penuh perlawanan, menarik talenta-talenta muda dari penjuru dunia untuk datang, sekolah, dan menempa bakat.
Namun tiga dekade lalu, Inggris berada di tengah resesi yang mendalam. London Fashion Week terpangkas, hanya segelintir nama yang masuk jadwal. Talenta-talenta muda tidak bersinonim dengan finansial yang kuat—untuk membuat karya apalagi menampilkannya dalam show.
Ledakan Warna sebagai bagian pembuangan pameran Rebel: 30 Years of London Fashion. Foto: dok. Rifina Muhammad
London kekurangan nafas baru, pekan modenya tak bergairah. Sebuah inisiatif lalu diluncurkan oleh British Fashion Council pada 1993, New Generation (Newgen).
Program ini bertujuan mendukung desainer-desainer yang memiliki bakat istimewa dan memerlukan bantuan dana. Harapannya, napas segar dari bibit-bibit baru akan menarik kembali perhatian para buyer dan jurnalis ke London. Siasat ini berbuah.
ADVERTISEMENT
Lee Alexander McQueen adalah salah satu dari kelompok pertama. Selama 30 tahun, tak kurang dari 300 desainer lahir dan menyuarakan arahan mode yang sangat London: Bergairah dan membangkang.
Maka pameran diawali dengan ledakan warna. Menolak apa yang ditawarkan era sebelumnya; punk pada 1970an, 1980an dengan minimalisnya lalu grunge, generasi kini mendefinisikan wajah London yang baru: Ledakan motif dan warna nan menyolok. Di ruang ini, karya Mary Katrantzou, Richard Quinn, Feben, mengusir masa-masa suram dengan pendekatan artistiknya yang penuh warna.
Pameran yang disponsori oleh rumah mode Alexander McQueen ini tidak beralur kronologis. Sang kurator membaginya dalam bab yang masing-masing jadi faktor pendorong inovasi sekaligus menjawab pertanyaan besar, mengapa kota ini tak hentinya melahirkan desainer-desainer papan atas?
ADVERTISEMENT
Peran sekolah mode dikisahkan lewat studio besar yang menampung buku-buku, pola jahitan, mood board yang belum pernah terpamerkan sebelumnya. Di sudut ruang, tergantung gaun biru raksasa karya Molly Godard yang pernah dikenakan Rihanna.
Ruang yang didekasikan untuk Alexander McQueen beserta cerita koleksi perdana Taxi Driver. Foto: dok. Rifina Muhammad
Sebuah ruang didedikasikan untuk sang legenda, Lee Alexander McQueen, nama yang menghidupkan kembali kejayaan mode London. Taxi Driver, koleksi pertama McQueen mendapat sambutan luar biasa dari jurnalis dan buyer, membuat khalayak ingin melihat lebih banyak apa yang ditawarkan kota ini.
Kehidupan klub malam sangat berkaitan dengan mode Inggris. Begitu pentingnya, sebuah ruang didekor seperti klub malam, lengkap dengan antrian yang mengular di depan. Yang berjejer, karya-karya ikonik seperti gaun angsa yang secara kontroversial dikenakan oleh Björk pada Oscar 2001 rancangan Marjan Pejoski, setelan lateks gelembung karya Harri yang dikenakan penyanyi Sam Smith di Brits
ADVERTISEMENT
Award 2003, koleksi pertama desainer Gareth Pugh, pakaian bersosok anjing pudel hitam dengan telinga raksasa, serta karya Kim Jones yang kini menjadi direktur artistic Dior Men dan Fendi.
Menyerupai panggung runway dengan koleksi debut Christopher Kane. Foto: dok. Rifina Muhammad
Nama-nama terkenal terus bermunculan di babak selanjutnya. Belakang panggung yang jadi ajang komuntas kreatif dalam merealisasikan visi desainer pun menggemakan dirinya. Seperti perancang sepatu Sophia Webster, Nicholas Kirkwood, dan Rosh Mahtani lewat label perhiasannya Alighieri.
Koleksi peragaan perdana Christopher Kane berupa gaun perban super pendek dalam nuansa neon menjadi pembuka show desainer-desainer papan atas yang memukau. Pengunjung seperti diingatkan kembali, begitu banyak deretan nama-nama tersohor mode berasal dari sini: Roksanda, David Koma, Jonathan Saunders, Louis Gray, Erdem, Clements Ribeiro, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Rahasia kecemerlangan kota London dalam menelurkan talenta besar terungkap di babak akhir. Ternyata spirit membuat perubahan yang radikal menjadi intisari mode London.
Secara kolektif, para desainer di London menjadi penjaga semangat ini, memastikan bakat muda bersuara, sambil terus menantang apa arti menjadi desainer di masa depan. Mode tidaklah pernah hanya soal pakaian. Di babak terpenting ini pameran Rebel menggadang isu representasi dan politik identitas, tanggung-jawab etik dan lingkungan, serta kegalauan pada sistem fashion itu sendiri.
Penulis: Rifina Muhammad