Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pameran Sejauh Mata Memandang & Greenpeace, Bahas Kepunahan Bahan Pangan
9 Desember 2023 15:08 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Tahukah kamu, tujuh bahan makanan yang biasa tersedia di meja makan kita terancam punah ?
ADVERTISEMENT
Ya, informasi ini yang menjadi fokus utama Sejauh Mata Memandang (SMM) dan Greenpeace Indonesia dalam pameran bertajuk Kedai Kita. Didukung oleh Plaza Indonesia, pameran tersebut berlangsung pada 1—10 Desember di lantai basement Plaza Indonesia.
Pameran ke-16 dari SMM ini menyoroti krisis iklim yang berdampak buruk terhadap hasil panen di beberapa wilayah Indonesia, menimbulkan risiko tinggi terhadap kegagalan panen dan tanam yang dialami petani serta petambak.
Kopi di Banjarnegara (Jawa Barat), beras di Gunung Kidul (Jawa Tengah), ikan bandeng di Gresik (Jawa Timur), hingga cengkeh dan pala di Maluku akan jadi beberapa bahan pangan yang kena dampak krisis iklim. Tak main-main, menurut data dari Greenpeace Indonesia, 60 persen spesies kopi liar, termasuk arabika dan robusta, terancam punah di 2050. Krisis iklim juga memicu gagal panen massal yang mengurangi hingga 30 persen produksi padi Ciherang (Jawa Barat) pada 20 tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Sejak mendirikan SMM, Chitra Subyakto tak ingin brand miliknya hanya sekadar eksis. Mereka punya misi besar yang cukup konsisten dalam membantu menekan krisis iklim. Oleh sebab itu, Chitra meyakini, niat besarnya bersama SMM bisa terlaksana jika bekerja sama dengan berbagai pihak.
"Sejauh Mata Memandang melihat pentingnya berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam berkontribusi menyelesaikan krisis iklim. Kali ini kami berkolaborasi dengan Greenpeace Indonesia dan didukung oleh Plaza Indonesia dalam menghadirkan sebuah karya seni dan edukasi Kedai Kita, dengan harapan semakin banyak pihak yang terlibat, maka akan semakin terdengar suara kita dan timbul kesadaran kolektif serta aksi nyata dalam menyelamatkan bumi,” ungkap Chitra.
Kedai Kita ini juga jadi sesuatu yang baru bagi Greenpeace Indonesia. Sebab, sebelumnya, dalam menjalani kampanye, Greenpeace Indonesia belum pernah membalut aksi mereka dengan seni.
"Ini juga jadi cara Greenpeace Indonesia agar kampanye yang kita jalani bisa menarik perhatian kalangan yang lebih luas, seperti generasi muda, pencinta seni, desain, hingga fashion dan yang lainnya. Adanya kerja sama dengan SMM seperti ini membuat aksi kami berbeda, jadi lebih menarik, tidak terlalu menakutkan, tapi tetap tak mengurangi urgensi yang ingin disampaikan," jelas Adila Isfandiari, Climate and Energy Campaigner Greenpeace Indonesia, kepada kumparanWOMAN belum lama ini.
ADVERTISEMENT
Pameran Kedai Kita juga menjadi bagian dari rangkaian acara Berhenti Basa Basi Buat Bumi, yang merupakan respons untuk mendorong pemerintah agar mengambil tindakan nyata terkait krisis iklim. Kegiatan ini diadakan sejalan dengan konferensi iklim tahunan global COP 28 di Dubai, di mana para pemimpin dari seluruh dunia berkumpul membahas upaya penyelamatan dunia dari krisis iklim.
Namun, aksi yang ditempuh oleh pemerintah dianggap belum efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengendalikan kenaikan suhu global, sehingga terkesan hanya basa-basi buat bumi. Selain itu, Kedai Kita juga bertujuan untuk terus memotivasi adanya langkah-langkah nyata dari masyarakat agar mau melibatkan diri dalam perubahan positif.
Terdapat tiga area di Pameran Kedai Kita
Berbeda dengan pameran Sejauh Mata Memandang sebelumnya, Kedai Kita memang terkesan seperti mini exhibition karena ini termasuk awal mula dari aksi yang akan lebih besar nantinya.
ADVERTISEMENT
Terdapat tiga area utama yang bisa dikunjungi di Kedai Kita. Sebut saja Kopi Tinggal Kenangan, Warung Nasib Kita di Masa Depan (WarNas), dan Warung Sejauh Mata Memandang yang dirancang oleh Keluarga Sejauh, Felix Tjahyadi.
Rancangan kali ini menggunakan 90 persen material guna ulang (reuse), seperti panel kayu bangunan dari kegiatan SMM sebelumnya, serta kain perca dari sisa produksi SMM yang didaur naik (upcycle), memberikan sentuhan rancangan yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Di kedai Kopi Tinggal Kenangan kamu bisa melihat langsung perbedaan biji kopi yang masih berkualitas bagus dan yang sudah rusak karena krisis iklim. Ladies juga bisa mengetahui data serta informasi penting tentang mengapa, dalam 10 tahun ke depan, kita terancam tak bisa menikmati kopi dengan kualitas terbaik.
Sementara itu, di WarNas, kamu bisa melihat bahan-bahan makanan, seperti beras, garam, buah, sayur, ikan, hingga cabai, juga terkena dampak buruk dari krisis iklim. Kamu juga bisa membaca cerita dari para petani.
ADVERTISEMENT
Lalu, di Warung Sejauh Mata Memandang, Ladies bisa berbelanja berbagai koleksi pakaian hingga pernak-pernik unik hasil dari kreasi daur naik (upcycle) kain-kain perca motif khas SMM. Berbeda dengan Kopi Tinggal Kenangan dan WarNas yang akan berakhir pada 10 Desember 2023, khusus untuk Warung Sejauh Mata Memandang akan beroperasi hingga 11 Januari 2024.