Pangeran Harry Mengaku Tak Dapat Dukungan Emosional Usai Putri Diana Meninggal

31 Agustus 2023 18:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Putri Diana dan anak bungsunya, Pangeran Harry. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Putri Diana dan anak bungsunya, Pangeran Harry. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kematian tragis Putri Diana pada 31 Agustus 1997 silam meninggalkan luka mendalam bagi para penggemarnya, terlebih bagi anak-anaknya. Anak bungsu Putri Diana, Pangeran Harry, mengaku menghadapi waktu-waktu berat usai ditinggal sang ibu.
ADVERTISEMENT
Diketahui, Putri Diana meninggal dunia usai terlibat dalam kecelakaan mobil tunggal di terowongan Pont de l’Alma, Prancis. Saat itu, kecelakaan tersebut turut menewaskan kekasihnya, pengusaha asal Mesir Dodi Al-Fayed, serta sang sopir.
Dalam serial Netflix terbaru Pangeran Harry, Heart of Invictus, ia mengungkapkan bahwa pengalamannya saat bertugas di Afghanistan sebagai anggota Pasukan Bersenjata Inggris membuatnya terus teringat pada trauma kehilangan Putri Diana.
“Saya hanya bisa berbicara atas pengalaman pribadi. Usai tur militer Afghanistan saya pada 2012 menerbangkan Apaches, saya teringat [pada momen kehilangan sang ibu] dan pemicunya adalah momen saya kembali dari Afghanistan,” kata Pangeran Harry, sebagaimana dikutip dari People.
Pangeran Inggris Harry tiba untuk menghadiri upacara penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla Inggris di Westminster Abbey, di London, Inggris, Sabtu (6/5/2023). Foto: Gareth Cattermole/POOL/AFP
Pangeran Harry dan kakaknya, Pangeran William, sungguh dekat dengan Putri Diana. Itulah mengapa, kematian Diana meninggalkan luka mendalam baginya.
ADVERTISEMENT
“Ingatan yang keluar [di pikiran saya] adalah ingatan dari tahun 1997. Di usia 12 tahun, kehilangan ibu saya di usia yang begitu muda, trauma yang ternyata saya miliki tapi tak pernah saya sadari… Hal tersebut ternyata tidak pernah dibicarakan [oleh saya],” ungkap Harry.
Ia mengaku, saat itu, dirinya tidak terlalu membicarakan soal trauma tersebut. Harry, layaknya banyak remaja seusianya, cenderung memendam semua rasa sakit yang ia rasakan. Ketika menyadari bahwa rasa sakit itu ada, ia pun kebingungan.
Lebih lanjut, Pangeran Harry pun menyebut bahwa keluarga Kerajaan Inggris tidak pernah benar-benar memberikan dukungan emosional yang ia butuhkan saat ia masih kecil.
Pangeran Harry bertugas di Afghanistan. Foto: Getty Images
“Tantangan terberat saya adalah, saat itu, tidak ada orang di sekitar saya yang benar-benar membantu saya,” ungkap Harry, sebagaimana dikutip dari Page Six.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak terlalu memiliki struktur penopang, jejaring, atau nasihat dari ahli yang bisa membantu saya mengidentifikasi apa yang terjadi pada saya,” lanjutnya.
Harry mengatakan, ia baru bisa mengelola trauma kehilangan ibunya tersebut ketika ia berusia 28 tahun. Sebelumnya, Harry mengaku tidak bisa menangis ataupun merasakan emosi apa pun. Barulah ketika ia menyadari semua emosi dan traumanya, ia mencoba untuk menyembuhkan diri dan membuat perubahan.
Lokasi kejadian kecelakaan mobil Putri Diana yang terjadi pada 31 Agustus 1997. Foto: AFP/PIERRE BOUSSEL
Sebelumnya, dalam memoar Harry yang dirilis awal tahun ini, Harry mengeklaim, ketika ia mendengar kabar kematian Diana, sang ayah tidak memeluknya. Padahal, saat itu Harry merasa sangat syok.
“Pa (panggilan kepada Raja Charles III -red) tidak memeluk saya. Dalam situasi normal, ia memang tidak terlalu bisa menunjukkan emosinya dengan baik. Jadi, bagaimana bisa ia menunjukkan perasaannya dalam situasi penuh krisis seperti itu?” tulis Harry dalam memoar bertajuk Spare tersebut.
ADVERTISEMENT