Pemerkosaan Dokter Residen Membuktikan India Tak Aman bagi Perempuan

22 Agustus 2024 13:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang dokter memegang spanduk saat protes menuntut keadilan menyusul pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter di sebuah rumah sakit di Kolkata, New Delhi, India, Senin (19/8/2024). Foto: Adnan Abidi/ REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang dokter memegang spanduk saat protes menuntut keadilan menyusul pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter di sebuah rumah sakit di Kolkata, New Delhi, India, Senin (19/8/2024). Foto: Adnan Abidi/ REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerkosaan dan pembunuhan dokter residen di sebuah aula milik RS dan Institut Kesehatan R.G. Kar di Kolkata, menambah daftar panjang kejahatan seksual yang terjadi di India.
ADVERTISEMENT
Pemerkosaan itu memicu protes besar-besaran dari para rekan sejawat korban. Akibat kasus yang terjadi pada 9 Agustus itu, dokter-dokter di India mogok nasional. Kasus ini juga menyulut kemarahan ribuan perempuan India yang kemudian turun ke jalanan untuk mendesak pemerintah dan aparat mengusut kasus tersebut.
Biro Catatan Kejahatan Nasional India pada 2022 melaporkan, ada 90 kasus pemerkosaan yang dilaporkan setiap harinya di negara tersebut. Angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, sebab banyak kejahatan serupa tidak dilaporkan oleh korban karena mereka takut pelaku melakukan pembalasan, masih adanya stigma di sekitar korban, dan kurangnya kepercayaan pada penyelidikan polisi.

Lemahnya penegakan hukum sebabkan pemerkosaan masih marak terjadi di India

Para profesional medis dan aktivis memegang poster dan lilin ketika mereka mengambil bagian dalam protes tengah malam untuk mengutuk pemerkosaan dan pembunuhan seorang petugas medis muda, di Kolkata pada tanggal 14 Agustus 2024. Foto: Dibyangshu SARKAR/AFP
Pemerkosaan merupakan kejahatan seksual yang terus meningkat tanpa henti di India. Pengacara sekaligus aktivis hak-hak perempuan India, Vrinda Grover, mengatakan maraknya kasus kekerasan seksual ini disebabkan lemahnya penegakan hukum atas kejahatan tersebut, meski telah dilakukan reformasi undang-undang dan pemerintah telah berjanji untuk menindak tegas. Sayangnya, reformasi hukum itu tak cukup kuat dan janji itu tak kunjung terealisasi.
ADVERTISEMENT
"Sangat disayangkan bahwa pemerintah dan lembaga terkait di India baru akan merespons setelah perempuan telanjur mengalami kekerasan seksual dan sering kali meninggal dalam insiden tersebut," ujar Grover, dilansir dari Al-Jazeera, Rabu (21/8). Ini artinya bahkan tidak ada upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah India untuk melindungi perempuan.

India jadi negara yang tidak aman bagi perempuan

Petugas medis melukis slogan-slogan di dalam kampus Kolkata Medical College dan Rumah Sakit yang mengutuk pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter di sebuah rumah sakit di Kolkata, India, Senin (19/8/2024). Foto: Sahiba Chawdhary/REUTERS
India masuk dalam kategori negara yang tak aman bagi perempuan. Menurut Indeks Perdamaian dan Keamanan Perempuan yang dirilis Georgetown Institute pada 2023, India mendapat skor 0,595 dari 1, menempatkan negara tersebut di peringkat 128 dari 177 negara yang dinilai dalam indeks itu.
Keamanan perempuan yang dimaksud dalam indeks tersebut cukup luas. Tidak hanya menganalisis insiden kekerasan terhadap perempuan dan prevalensi diskriminasi, tetapi juga memotret kemandirian perempuan, dengan mengambil pandangan bahwa perempuan yang berpendidikan, bekerja, dan mandiri jauh lebih aman dari kekerasan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, semua indikator tersebut gagal dipenuhi India. Tingginya jumlah kekerasan terhadap perempuan di India ternyata berbanding lurus dengan rendahnya akses pendidikan, pekerjaan, dan perwakilan parlemen untuk perempuan di negara tersebut. Meski demikian, India mengantongi skor tinggi dalam hal partisipasi finansial perempuan.

Akankah India berbenah untuk melindungi hak-hak perempuan?

Para profesional medis dan aktivis memegang poster dan lilin ketika mereka mengambil bagian dalam protes tengah malam untuk mengutuk pemerkosaan dan pembunuhan seorang petugas medis muda, di Kolkata pada tanggal 14 Agustus 2024. Foto: Dibyangshu SARKAR/AFP
Saat ini, semua mata sedang tertuju pada India terutama soal kasus pembunuhan dan pemerkosaan dokter residen tersebut. Semua pihak yang marah–termasuk protes besar-besaran dari para tenaga medis India–sejatinya merupakan bentuk desakan sekaligus harapan agar pemerintah India mau berbenah terutama soal perlindungan terhadap perempuan.
"Ini bukan cuma protes tapi seruan untuk kemanusiaan," kata pelajar perempuan berusia 23 tahun Sristi Haldar seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
"Kami marah! Ini mengenai keselamatan seluruh wanita di mana pun," sambung dia.
"Kami bertekad untuk tidak menyerah terhadap tekanan agar diam," kata salah seorang demonstran Shreya Shaw. "Demo akan terus berlanjut sampai kami mendapat keadilan," sambung dia.