Pendapatan Istri Lebih Tinggi, Suami Jadi Minder dan Tertekan?

24 November 2019 17:25 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi suami tertekan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi suami tertekan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Meski sudah banyak gerakan perubahan yang terjadi, masih ada beberapa hal yang masih dianggap tabu. Salah satunya soal perbandingan antara gaji suami dan istri. Sebagian besar kelompok masih berpegang teguh dengan prinsip bahwa laki-laki berperan sebagai pencari nafkah utama dengan pendapatan yang harus lebih tinggi dibandingkan pendapatan istri.
ADVERTISEMENT
Pemikiran yang menganggap bahwa pendapatan suami harus lebih tinggi biasanya cenderung mempengaruhi pikiran banyak laki-laki. Lebih jauh lagi, banyak laki-laki yang jadi minder ketika pendapatan istri lebih besar. Tidak hanya itu saja, beberapa riset menunjukkan adanya ancaman gangguan kesehatan bila gaji suami lebih kecil, bahkan bisa lebih buruk jika sampai harus bergantung pada istri.
Hal ini diperkuat oleh sebuah hasil penelitian dari University of Bath, Inggris. “Pemikiran konvensional tersebut dapat berpengaruh bagi kesehatan lelaki. Mereka juga menunjukkan seberapa kuat dan gigih norma-norma identitas gender,” tulis dr. Joanna Syrda, seorang ekonom dari Fakultas Manajemen University of Bath yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Selanjutnya, menurut Syrda, konsep ini juga akan membuat lelaki terus menerus merasa tertekan sehingga berbuntut pada masalah kesehatan. Masalah yang muncul bisa seperti penyakit fisik, emosional, masalah mental, serta tekanan sosial.
Ilustrasi suami tertekan. Foto: Shutter Stock
Bagi Syrda, bagaimanapun, maskulinitas erat kaitannya dengan pandangan konvensional yang menganggap pencari nafkah dalam rumah tangga merupakan tugas lelaki. Dan jika ada kondisi di mana laki-laki hanya menjadi pencari nafkah sekunder, maka kondisi tersebut bisa membuat laki-laki berpotensi mengalami tekanan psikologis.
ADVERTISEMENT
"Konsekuensi dari peran gender tradisional yang sudah berbalik dalam perkawinan terkait penghasilan istri yang lebih tinggi, bisa mencakup berbagai dimensi, termasuk kesehatan fisik dan mental, kepuasan hidup, kesetiaan dalam perkawinan, perceraian, dan tawar menawar dalam perkawinan," ujar Dr. Syrda, seperti dilaporkan Phys.org
Menurut Syrda, hal ini dapat menjadi implikasi dalam mengelola kesehatan mental lelaki terhadap pentingnya pemahaman masyarakat terhadap maskulinitas itu sendiri.
Bagaimana menurut Anda, Ladies? Apakah ini juga menjadi masalah jika terjadi dalam perkawinan Anda?