Pentingnya Mencegah Kanker Serviks dengan Vaksin dan Melakukan Deteksi Dini
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Melihat hal tersebut, Kementerian Kesehatan bersama MSD Indonesia menggelar kegiatan edukasi tentang peningkatan pemahaman seputar kanker serviks pada Selasa (14/11), di The Hermitage Hotel, Jakarta Pusat.
Pada acara tersebut, disebutkan bahwa berdasarkan data Globocan 2020, terdapat 36.633 kasus baru kanker serviks, dengan kematian yang diperkirakan mencapai 21.003 perempuan. Tidak hanya itu, diketahui juga bahwa ternyata ada dua perempuan meninggal dunia setiap jam karena kanker serviks.
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (Human papillomavirus). Sayangnya, berbeda dengan kanker payudara yang gejalanya bisa dilihat, gejala infeksi virus penyebab kanker serviks ini tidak terlihat, Ladies.
“Gejala kanker serviks itu nggak terlihat. Jadi butuh 10-15 tahun untuk berubah jadi kanker. Jadi, pemeriksaan tetap harus dilakukan, karena kita nggak tahu kapan kita terinfeksinya,” ujar Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Keven Pratama Manas Tali, Sp. OG
ADVERTISEMENT
Sementara itu, menurut dr. Prima Yosephine, MKM., Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, imunisasi merupakan upaya pencegahan kanker serviks yang paling murah. Karena jika sudah terinfeksi. kanker serviks sudah pasti mahal biayanya. Untuk itu, Kemenkes terus melakukan perluasan imunisasi HPV secara nasional. Saat ini, imunisasi HPV tahun 2023 melalui program BIAS baru mencapai 65,5%. "Untuk mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks diperlukan capaian imunisasi HPV minimal 90%. Inilah mengapa, kesadaran bagi orang tua untuk memanfaatkan program imunisasi HPV nasional perlu terus diperkuat guna melindungi anak-anak dari risiko kanker serviks di masa depan,” jelasnya.
Vaksin HPV sangat baik untuk diberikan sejak dini, yaitu saat usia pra-remaja atau yang belum aktif secara seksual. Adapun pra-remaja tersebut adalah usia 11 tahun untuk mendapatkan dosis ke-1, dan 12 tahun untuk dosis ke-2. Alasannya, karena usia tersebut bisa mendapatkan perlindungan yang lebih tinggi.
“Meski demikian, bagi perempuan menikah yang belum terpapar HPV, imunisasi ini juga penting dilakukan, meski dengan dosis yang berbeda. Bagi perempuan usia subur 30–50 tahun, WHO juga merekomendasikan untuk melakukan skrining kanker serviks secara rutin, untuk mendeteksi infeksi HPV sebagai penyebab utama kanker serviks,” papar dr. Keven.
ADVERTISEMENT
Skrining kanker serviks bisa dilakukan dengan tes pap smear dan IVA (inspeksi visual dengan asam asetat). Jadi, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks.
“Memahami situasi ini, MSD bersama Kementerian Kesehatan Indonesia terus berupaya untuk melakukan sosialisasi dan edukasi seputar imunisasi HPV dan kanker serviks di Indonesia. Kami juga mengajak keterlibatan semua pihak untuk bersama-sama memberikan informasi yang tepat seputar isu ini,” ujar Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Mellisa Handoko Wiyono.