Pentingnya Skrining Kanker Serviks secara Rutin untuk Kesehatan Perempuan

19 Mei 2022 19:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kanker serviks. Foto: Siriluk ok/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker serviks. Foto: Siriluk ok/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kanker serviks menjadi salah satu penyakit yang banyak diderita oleh perempuan di Indonesia selain kanker payudara. Berdasarkan data dari GLOBOCAN pada tahun 2018 terdapat sebanyak 32.469 kasus (17.2 persen) kasus kanker serviks pada perempuan di Indonesia dengan angka kematian berkisar 18.279 (8.8 persen).
ADVERTISEMENT
Pada 2020, WHO juga mencatat sebanyak 21.003 kasus kematian perempuan di Indonesia karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi virus Human Pappilomavirus Genital (HPV).
Tingginya angka kanker serviks pada perempuan disebabkan oleh banyak faktor, termasuk minimnya edukasi terkait kanker serviks. Kanker serviks merupakan jenis kanker yang mematikan, tapi risikonya dapat dicegah dengan pemeriksaan sejak dini, khususnya bagi perempuan yang aktif secara seksual.
Prof. Dr. dr. Andrijono, SP.OG(K)-Onk, Konsultan Onkologi Ginekologi dan Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia menjelaskan bahwa perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual rentan terhadap risiko penularan virus HPV. Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah keterlambatan penanganan pada kanker serviks.
ADVERTISEMENT
"Infeksi HPV pada serviks bisa terjadi kalau ada hubungan seksual. Kalau tidak ada hubungan seksual sangat kecil kemungkinan terkena kanker serviks. Oleh karena itu, deteksi dini penting dilakukan bagi perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual," ujar Andrijono saat virtual media briefing, Kamis (19/5).
Ilustrasi kanker serviks. Foto: Emily frost/Shutterstock
Andrijono menjelaskan bahwa ada beberapa jenis pemeriksaan yang bisa mendeteksi kanker serviks, di antaranya paps smear, inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), dan HPV DNA.
Namun, sayangnya masih banyak perempuan yang merasa belum perlu melakukan skrining meski sudah aktif berhubungan seksual. Hal ini juga yang menjadi penyebab tingginya angka kanker serviks di Indonesia.
"Banyak perempuan yang tidak mau skrining karena merasa malu, enggan, dan belum merasa perlu karena tidak ada keluhan. Padahal kalau belum terjadi kanker itu tidak akan ada keluhan. Kenapa kanker serviks tinggi di Indonesia, karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya skrining masih rendah," kata Andrijono.
ADVERTISEMENT

Penting bagi perempuan untuk vaksin HPV

Tak hanya skrining, Andrijono juga mengimbau para perempuan untuk melakukan vaksin HPV sebagai langkah pencegahan kanker serviks. Ia juga mengingatkan untuk melakukan pola hidup sehat dan juga menghindari berhubungan seks dengan berganti-ganti pasangan.
Ilustrasi vaksin HPV. Foto: Komsan Loonprom/Shutterstock
"Vaksinasi bisa diberikan mulai dari umur 9 hingga 45 tahun, namun dengan dosis yang berbeda. Bagi anak umur 9 hingga 11 tahun dua dosis, sementara dewasa mendapatkan tiga dosis," tuturnya.
Bagi kamu yang sudah aktif berhubungan seksual, tapi belum melakukan vaksinasi, Andrijono menjelaskan bahwa vaksin HPV masih sama efektifnya dengan mereka yang mendapat vaksin ketika masih anak-anak.
"Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada penurunan antibodi vaksin HPV secara signifikan meski sudah berhubungan seksual," tutupnya.
ADVERTISEMENT