Penyintas Pemerkosaan Gisele Pelicot Jadi Simbol Perlawanan Perempuan Prancis

19 September 2024 18:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gisele Pelicot, korban dugaan pemerkosaan yang dilakukan suaminya, Dominique Pelicot, dan puluhan pria lainnya di Desa Mazan, Prancis. Foto: Manon Cruz/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Gisele Pelicot, korban dugaan pemerkosaan yang dilakukan suaminya, Dominique Pelicot, dan puluhan pria lainnya di Desa Mazan, Prancis. Foto: Manon Cruz/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kasus dugaan pemerkosaan yang dialami oleh Gisele Pelicot (72) menjadi sorotan dunia. Aksi keji tersebut diinisiasi oleh suaminya sendiri, Dominique Pelicot (71). Dominique mengundang puluhan pria dari internet untuk memerkosa Gisele, yang dibius menggunakan obat tidur.
ADVERTISEMENT
Dugaan pemerkosaan tersebut kabarnya sudah berlangsung selama hampir satu dekade. Insiden ini terjadi di Mazan, sebuah desa kecil di Prancis. Lebih dari 50 pria tak dikenal diundang oleh Dominique untuk memerkosa Gisele. Dominique mendokumentasikan aksi keji tersebut dan menyimpannya di komputer.
Saat pemerkosaan terjadi, Gisele dalam keadaan tidak sadar akibat dibius. Dilansir The Guardian, Dominique mengaku membius istrinya dengan obat penenang dan obat anticemas. Selama 2011–2020, Gisele mengaku sama sekali tidak tahu bahwa dirinya diperkosa. Ia baru tahu bahwa ia menjadi korban pemerkosaan saat diberitahu polisi.
Sketsa Dominique Pelicot (tengah) saat menjalani persidangan kasus dugaan pemerkosaan Gisele Pelicot di Kota Avignon, Prancis. Foto: ZZIIGG/REUTERS
Pada 2020, Dominique ditangkap polisi akibat merekam rok para pengunjung perempuan di supermarket. Dari situlah, polisi menemukan kumpulan foto dan video berisi dugaan pemerkosaan terhadap Gisele dalam komputer Dominique.
ADVERTISEMENT
Saat ini, persidangan sudah berlangsung di pengadilan Kota Avignon, Prancis. Dominique pun telah mengakui perbuatannya, pun dengan para pria yang melakukan pemerkosaan terhadap Gisele. Namun, ada yang menarik dari persidangan ini.
Menurut hukum yang berlaku di Prancis, korban kekerasan seksual memiliki hak untuk menyembunyikan identitasnya. Meski demikian, Gisele memilih untuk mengabaikan hak tersebut dan membuka identitasnya sebagai korban. Itulah mengapa, dalam pemberitaan, nama Gisele tak disamarkan, pun dengan wajah Gisele.
Gisele Pelicot, korban dugaan pemerkosaan yang dilakukan suaminya, Dominique Pelicot, dan puluhan pria lainnya di Desa Mazan, Prancis. Foto: Manon Cruz/REUTERS
Selain itu, Gisele juga meminta agar persidangan ini terbuka untuk publik. The Guardian melansir, lewat kasus dan persidangan ini, Gisele ingin mengangkat kesadaran masyarakat soal penggunaan obat-obatan dalam kekerasan seksual.
“Jadi, saat perempuan lainnya, jika mereka terbangun tanpa ingatan apa-apa, mereka mungkin akan mengingat testimoni oleh Nona Pelicot. Tak boleh ada satu perempuan pun yang menderita akibat dibius dan menjadi korban,” kata Gisele kepada surat kabar New York Times.
ADVERTISEMENT
Keberanian Gisele Pelicot untuk angkat suara pun diapresiasi dunia. Sejumlah media internasional menyebut Gisele Pelicot sebagai simbol perlawanan kekerasan seksual terhadap perempuan di Prancis. Para perempuan Prancis turun ke jalan melakukan unjuk rasa atas pemerkosaan terhadap Gisele, menuntut keadilan, serta menunjukkan dukungan bagi Gisele.
Gisele Pelicot, korban dugaan pemerkosaan yang dilakukan suaminya, Dominique Pelicot, dan puluhan pria lainnya di Desa Mazan, Prancis. Foto: Manon Cruz/REUTERS
Menurut Bailey Reid, CEO The Spark Strategy—sebuah organisasi pencegahan kekerasan seksual berbasis di Ottawa, keputusan Gisele Pelicot untuk buka suara ini mengirimkan pesan yang kuat soal kekerasan seksual.
“Ketika ia memilih untuk terbuka soal kasus ini, ini menunjukkan nilai penting bahwa perempuan tidak seharusnya merasa malu ketika menjadi korban kekerasan seksual. Kekerasan seksual tidak pernah merupakan kesalahan korban, dan mereka tidak seharusnya merasa bersalah,” kata Bailey, sebagaimana dikutip dari CBC News Canada.
ADVERTISEMENT
Kuasa hukum Gisele Pelicot, Stephane Babonneau, mengatakan bahwa Gisele ingin mengubah narasi stigma soal kekerasan seksual. Yang seharusnya merasakan malu adalah pelaku, bukan korban.