Perankan Sosok Hiperseksual, Scarlett Johansson Pernah Putus Asa dengan Karier

23 Oktober 2022 16:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Scarlett Johansson
 Foto: Robyn Beck / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Scarlett Johansson Foto: Robyn Beck / AFP
ADVERTISEMENT
Melihat akting Scarlett Johansson sebagai Natasha Romanoff alias Black Widow di jagat Marvel membuat kita yakin bahwa ia layak diperhitungkan sebagai salah satu aktor terbaik Hollywood.
ADVERTISEMENT
Namanya pun makin melambung dan diidolakan. Tapi bukan akting dalam film laga saja yang membuat nama Scarlett patut diperhitungkan.
Perannya sebagai Nicole Barber di film Marriage Story tak kalah apik. Berkat perannya itu, ia masuk nominasi aktris terbaik di Academy Awards atau Oscars pada 2020.
Meski begitu, dalam wawancara terbaru bersama Dax Shepard di podcast Armchair Expert, perempuan 37 tahun ini mengaku pernah khawatir kariernya gagal karena diminta secara eksklusif untuk memerankan karakter yang hiperseksual.
Di awal kariernya, Scarlett Johansson memang banyak membintangi film bergenre romantis atau komedi romantis. Dalam film Don Jon, sosok Barbara yang diperankan oleh Scarlett dikisahkan menjadi perempuan idaman Jon (Joseph Gordon-Levitt).
Dalam satu adegan, Jon diceritakan bisa orgasme hanya dengan melihat Barbara. Selain itu, dalam film He is Just Not That Into You, Scarlett Johansson berperan sebagai perempuan menjadi selingkuhan pria telah beristri.
ADVERTISEMENT
Ini mungkin menjadi beberapa film yang membuat Scarlett akhirnya disebut-sebut ‘ahli’ dalam memerankan karakter perempuan yang diasosiasikan dengan seks atau penggoda.
“Saya seperti menjadi objek dan merasa dijebloskan hingga saya merasa tidak bisa mendapatkan tawaran pekerjaan untuk hal-hal yang ingin saya lakukan,” ungkap Scarlett Johansson seperti dikutip dari Insider.
Scarlett Johansson. Foto: AFP/JEAN-BAPTISTE LACROIX
Secara tidak sadar, kondisi tersebut membuat pemeran film Lucy ini dijebak dan ia pun berpikir kariernya tak akan maju. Ia juga ketakutan tak bisa memaksimalkan kemampuan dalam dunia seni peran.
“Aku merasa karierku akan berakhir. Rasanya seperti: ‘Ini adalah karier yang kamu punya, itu adalah peran yang kamu mainkan. Dan aku pun merasa apa memang sudah begini saja?” tuturnya.
Saat itu, ibu dua anak ini juga merasa banyak orang menganggapnya sudah dewasa dan lama berkecimpung di industri film. Padahal dirinya masih berusia 20-an saat itu.
Scarlett Johansson sebagai Natasha Romanoff atau Black Widow di film 'Captain America: Civil War' (2016) Foto: Marvel/IMDb
"Karena aku merasa orang berpikir usiaku jauh lebih tua dan sudah akting dari lama, saya seperti terjebak dalam konsep hiperseksual yang aneh ini," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Tapi perannya sebagai Black Widow menantang semua penilaian hiperseksual itu. Scarlett Johansson pun jadi inspirasi bagi perempuan muda. Dari perempuan yang banyak memerankan karakter hiperseksual, menjadi heroine atau pahlawan perempuan.
Di era modern sekarang ini, Scarlett Johansson merasa beruntung. Perempuan muda sudah banyak yang berani bersuara, sehingga tak perlu melalui masa-masa menakutkan seperti yang pernah ia lewati.
Scarlett Johansson pun juga aktif mendukung gerakan Time’s Up yang memerangi pelecehan dan kekerasan seksual di industri perfilman.