Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Perempuan Dianggap Lebih Ahli dalam Multitasking? Ini Faktanya
11 Desember 2022 13:53 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Istilah ‘perempuan bisa segala hal’ dan ‘lihai dalam multitasking ’ sudah jadi stereotip populer yang berkembang di masyarakat. Banyak wacana yang menjelaskan keunggulan perempuan dibandingkan laki-laki dalam hal ini. Perempuan dinilai sebagai multitasker yang lebih baik karena adanya klaim yang dilihat dari pengukuran aktivitas otak, respons dan tugas untuk menyelesaikan tugas kognitif bersamaan.
ADVERTISEMENT
Di balik itu semua, rupanya ada temuan yang tidak konsisten secara ilmiah. Ini karena sebagian besar peneliti mendalami perbedaan gender dengan laboratorium buatan yang tidak sesuai dengan kinerja multitasking yang kompleks dan menantang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bisa juga disebabkan karena adanya perbedaan definisi multitasking itu sendiri dari para peneliti.
Lantas, apakah sebenarnya fakta di balik mitos seputar perempuan yang lebih ahli dalam multitasking? Jadi mitos yang sudah terinternalisasi, berikut fakta selengkapnya telah kumparanWOMAN rangkum dari Harvard Business Review dan LinkedIn.
1. Perempuan melakukan banyak tugas karena keharusan, bukan pilihan
ADVERTISEMENT
Jadi hal yang dianggap wajar bila perempuan harus bisa mengerjakan semua hal, tetapi mengapa tidak ada ketentuan demikian yang ditujukan untuk laki-laki? Dapat dikatakan, perempuan lebih ahli multitasking hanyalah sebuah mitos belaka karena ini merupakan suatu kewajiban akibat tuntutan publik, bukan pilihan diri sendiri.
2. Multitasking bisa sebabkan kerusakan yang bercabang
Jadi perempuan yang multitasking memang terlihat menghemat waktu. Tapi fakta berdasarkan penelitian, multitasking bukanlah suatu kewajiban yang bisa diadopsi banyak orang untuk meningkatkan produktivitas. Sebab, orang yang multitasking cenderung beralih dari satu tugas ke tugas lainnya dan akhirnya akan membutuhkan waktu dua kali lipat lebih lama dari sebelumnya.
Bila terus menerus mengandalkan multitasking, cepat atau lambat maka kamu akan merasakan dampak yang merusak diri sendiri secara masif. Pasalnya, manusia memiliki kemampuan untuk yang terbatas (tidak bisa lebih dari satu) dalam memproses informasi. Hal ini justru mengakibatkan tuntutan yang datang bersamaan dari cara kerja tersebut.
ADVERTISEMENT
3. Berdampak pada kreativitas dan kualitas hidup
Tak bisa dipungkiri, kreativitas dan kualitas hidup juga jadi terganggu dengan kebiasaan multitasking. Peran multitasking dalam keseharian kamu hanya akan menguras kreativitas dan menyisakan sedikit waktu untuk diri sendiri. Maka akibatnya, kamu akan sulit mendapatkan inspirasi dan jadi orang yang kurang kreatif. Padahal, kreativitas dan inovasi terkini justru menjadi kunci kesuksesan dalam setiap hal yang kamu lakukan, termasuk karier di tempat kerja.
4. Menunjukkan kecerdasan emosional
Beban pekerjaan multitasking yang telah ada sebelum teknologi dan gadget semaju ini telah menambah beban saraf. Beban tersebut akan menjadi penyebab menurunnya kekuatan tubuh. Di samping itu, peran multitasking sebenarnya juga akan menunjukkan kecerdasan emosional seseorang yang sebenarnya. Misalnya, orang yang multitasking selama pertemuan atau acara berlangsung mengungkap value diri dan kesadaran sosial yang rendah. Sangat disayangkan, padahal dua keterampilan Emotional Quotient Intelligence (EQ) ini sangat dibutuhkan bagi kesuksesan dalam karier.
ADVERTISEMENT
Ladies perlu waspada, jangan sampai terlena bila dipuji bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu atau multitasking. Hindari kebiasaan multitasking agar kamu bisa berkembang tanpa merusak diri sendiri.