Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Kabar bahagia datang dari Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck dan Ratu Jetsun Pema dari Bhutan . Ratu Jetsun Pema baru saja melahirkan putra kedua pada Kamis (19/3) di Istana Lingkana, Thimphu, Bhutan.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, nama sang putra belum diumumkan dan mengingat pengalaman sebelumnya, Raja dan Ratu Bhutan ini tidak mengumumkan nama anak pertamanya hingga lebih dari dua bulan pasca kelahirannya.
Kisah cinta keduanya banyak menginspirasi pemuda di Bhutan. Hal ini disebabkan karena Raja Jigme tidak akan mengikuti jejak ayahnya, Raja Jigme Singye Wangchuck yang menikah empat kali. Ia justru menyatakan akan setia dengan Jetsun Pema dan tidak akan menikah lagi meski poligami dilegalkan di Bhutan.
ADVERTISEMENT
Layaknya Kate Middleton, Jetsun Pema juga berasal dari kalangan rakyat biasa. Lahir di Thimphu 4 Juni 1990, Jetsun Pema menjalani pendidikan di India dan lanjut berkuliah di Regent’s College di London.
Pasangan yang sudah menikah selama 9 tahun ini kabarnya pertama kali bertemu saat Jetsun Pema dan keluarganya melakukan piknik. Kala itu Pema masih berusia 7 tahun dan Jigme Khesar Namgyel Wangchuck berusia 17 tahun dan masih berstatus menjadi pangeran Bhutan. Jetsun pun kagum dengan ketampanan Jigme.
Kabarnya, dalam pertemuan tersebut Jigme mengatakan pada Jetsun bahwa saat sudah dewasa, Jigme akan menikahi Jetsun jika mereka bertemu lagi dan keduanya masih single dan saling jatuh cinta.
Pernikahan termegah sepanjang sejarah Kerajaan Bhutan
ADVERTISEMENT
14 tahun setelah pertemuan pertamanya dengan Jetsun Pema, Raja Jigme memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya Jetsun Pema. Ia mengumumkan kabar rencana pernikahannya pada Mei 2011 di sebuah acara kenegaraan.
Dalam pidato pengumumannya, Raja Jigme dengan bangga memperkenalkan Jetsun Pema sebagai calon ratu. Ia mengatakan bahwa banyak orang memiliki definisi masing-masing soal kriteria seorang ratu. Namun ia juga memiliki penilaian sendiri.
“Banyak orang memiliki pendapat sendiri tentang seperti apa seorang ratu seharusnya - bahwa dia harus cantik, cerdas, dan anggun secara unik. Saya pikir dengan pengalaman dan waktu, seseorang dapat tumbuh menjadi orang yang dinamis di setiap jalan kehidupan dengan upaya yang benar. Bagi sang Ratu, yang paling penting adalah bahwa setiap saat, sebagai individu ia harus menjadi manusia yang baik, dan sebagai Ratu, komitmennya tak boleh goyah untuk melayani rakyat dan negara,” ungkapnya seperti dikutip dari laman Facebook resmi Raja Jigme.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, “Dan untuk ratu saya, saya telah menemukan orang seperti itu. Namanya adalah Jetsun Pema. Saat dia muda, dia begitu hangat, baik hati, dan berkarakter. Kualitas ini nantinya akan berkembang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman sehingga ia bisa melayani bangsa dengan hebat,” tutupnya.
Dalam pengumuman tersebut, Raja Jigme juga mengatakan bahwa dia tak ingin pernikahan yang mewah. Ia hanya akan menikah sesuai dengan tradisi kuno Bhutan dan meminta berkah dari Guardian Deities.
“Saya meminta pemerintah untuk tidak membuat rencana untuk perayaan akbar. Kebahagiaan ayah saya tercinta dan berkat-berkat dari rakyat kita akan memberi saya sukacita dan kebahagiaan terbesar bagi saya,” ungkapnya.
Pada 13 Oktober 2011, Jetsun Pema dan Raja Jigme menikah dalam pernikahan adat Bhutan yang prosesnya memakan waktu lima jam. Keduanya mengenakan busana adat bernuansa gold dan kuning lengkap dengan atributnya. Puncak dari perayaan pernikahan itu adalah ketika sang raja memasangkan mahkota berbahan sutra di atas kepala Jetsun Pema dan memperkenalkannya sebagai Ratu Bhutan.
ADVERTISEMENT
Mahkota berbahan sutra tersebut dilengkapi dengan bordiran bergambar dua Ja Tsherings atau burung Phoenix yang memiliki makna hubungan bahagia untuk Raja dan Ratu.
Meski sang raja mengatakan pernikahannya tidak besar dan mewah, sejarah berkata lain. Pasalnya, Bhutan belum pernah mengadakan resepsi pernikahan sebelumnya. Dasho Kinley, Sekretaris Informasi dan Komunikasi Bhutan, mengatakan kepada para wartawan bahwa pernikahan tersebut merupakan acara media terbesar Bhutan dalam sejarah. “Kami benar-benar belum pernah melakukan ini sebelumnya ... Sebenarnya, ini adalah acara media internasional terbesar yang pernah kami buat di Bhutan,” ungkap Dasho Kinley seperti dikutip dari NBC News.
Total, ada sekitar 160 jurnalis asing yang hadir di Bhutan untuk meliput Royal Wedding ini. Tak hanya itu, masyarakat Bhutan juga sudah sangat menantikan pesta pernikahan ini dari sejak diumumkan pada empat bulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT