Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pertunjukan Pembuka IDF 2024 Hadirkan Paduan Tari Jawa & Jepang nan Menghipnotis
13 November 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Indonesian Dance Festival (IDF) 2024 telah sukses digelar pada 2–6 November lalu. Meskipun telah sepekan usai, tetapi keindahan tari kontemporer pembuka IDF 2024 masih menyisakan kesan kuat yang menghantui hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
IDF 2024 merupakan festival tari kontemporer yang sudah berlangsung selama tiga dekade. Gelaran ini menjadi wadah bagi para pencinta seni tari untuk mengekspresikan diri dan menuangkan kreativitas mereka ke dalam tarian kontemporer baru nan memikat.
Mengusung tema “Liquid Ranah”, konsep IDF tahun ini mengajak para seniman dan penonton untuk menyelami kemungkinan-kemungkinan gerak yang cair. Ini sesuai dengan tajuk IDF 2024 yakni liquid yang dalam bahasa Indonesia bermakna cair.
Liquid Ranah merupakan ruang bagi para seniman dan penikmat seni tari untuk mengeksplorasi karya dalam isu seputar gender, pergaulan identitas, perjuangan atas ruang gerak, memori kolektif tubuh, hingga spiritualitas.
Rangkaian acara Liquid Ranah diselenggarakan di berbagai lokasi yang identik dengan ruang budaya Tanah Air, mulai dari Graha Bhakti Budaya di Taman Ismail Marzuki, Komunitas Salihara Art Center, Institut Kesenian Jakarta, serta Galeri Indonesia Kaya Mall Grand Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dari 12 karya tari kontemporer yang dibawakan, mulai penampilan pra-pembuka hingga penutup, satu yang masih membekas adalah pertunjukan tari kontemporer Bedhaya Hagoromo pada Sabtu (2/11) silam.
Ditampilkan di Graha Bhakti Budaya, tari kontemporer ini merupakan masterpiece dari maestro tari Indonesia, Didik Nini Thowok, dalam kolaborasi bersama seniman Noh Jepang, Akira Matsui dan Richard Emmert.
Mengulas Tari Bedhaya Hagoromo yang menghipnotis
Selama satu jam, para penonton dibuat takjub dengan aksi “magis” para penari di atas panggung. Tari kontemporer ini merupakan peleburan dari tari Bedhaya Klasik Yogyakarta, yang identik dengan gerakan lembut dan gemulai, dengan drama Noh Klasik asal Jepang yang menggetarkan hati.
Perkawinan dua seni klasik ini memiliki latar belakang yang menarik. Maestro Didik awalnya menemukan kesamaan cerita pada tari klasik Jawa dan Jepang, yakni pada legenda Jaka Tarub. Setelah menemukan “rumus” tersebut, Didik bersama Richard Emmert dan Akira Matsui menjahit unsur-unsur estetika dalam tari Bedhaya dan tari Noh.
ADVERTISEMENT
Tarian ini diawali dengan iringan musik gamelan Yogyakarta–Surakarta yang syahdu dan menyihir, seakan memindahkan penonton dari ruang pertunjukan ke tanah Jawa dalam sekejap.
Diiringi dengan musik gamelan yang lembut tetapi tegas, seorang penari Noh Jepang pun berjalan mengelilingi panggung dengan langkah ringan, membuatnya seakan melayang.
Sembilan penari Bedhaya pun memasuki panggung dengan gerakan tubuh yang lembut, gemulai, dan ringan. Melihat para penari menggerakkan tubuh mereka dengan gestur halus langsung mengingatkan penonton pada aliran sungai; mengalir tenang, menghipnotis siapa pun yang melihatnya.
Musik gamelan yang bersahut-sahutan pun bergantian dengan dengan iringan “mantra” lagu Noh yang memicu rasa penasaran, juga perasaan seperti dihantui.
Di bagian klimaks tari Bedhaya Hagoromo, penari utama berganti kostum ke dalam jubah dan topeng yang memberikan kesan misterius. Perpaduan kipas Noh dan kostum tari Bedhaya menghasilkan visual menarik yang berkawin mesra. Musik, gerakan tarian, dan kostum pada Bedhaya Hagoromo menimbulkan polarisasi perasaan yang saling bertolak belakang: rasa gelisah dan terkesima, nanar dan terpukau, kalut dan terpesona.
Tari kontemporer ini adalah refleksi dari bagaimana budaya gender direpresentasikan dan dinegosiasikan dalam konteks pertunjukan transnasional. Bedhaya Hagoromo juga mengelaborasi isu budaya yang lebih luas soal inovasi, perjuangan kelas identitas, hingga politik representasi.
ADVERTISEMENT
Bedhaya Hagoromo menjadi pilihan terbaik sebagai penampilan pembuka Indonesian Dance Festival 2024. Tarian yang menghanyutkan ini sukses meninggalkan jejak visual dan perasaan yang langgeng dalam benak pencinta seni tari kontemporer.