Petra De Sutter, Transgender Pertama yang Jadi Wakil Perdana Menteri Belgia

20 Oktober 2020 16:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petra De Sutter, Transgender Pertama yang Jadi Wakil Perdana Menteri Belgia. Foto: Twitter/@pdsutter
zoom-in-whitePerbesar
Petra De Sutter, Transgender Pertama yang Jadi Wakil Perdana Menteri Belgia. Foto: Twitter/@pdsutter
ADVERTISEMENT
Seorang transgender asal Belgia bernama Petra De Sutter baru saja membuat sejarah. Pada awal Oktober lalu, ia berhasil menjadi transgender perempuan pertama yang menjabat sebagai wakil perdana menteri Belgia. Pencapaian ini membuatnya menjadi transgender pertama yang menjadi pejabat negara dengan tingkat tertinggi di Eropa.
ADVERTISEMENT
Bagi Anda belum banyak mengenal Petra De Sutter, ia adalah transgender berusia 57 tahun ini merupakan seorang ginekolog dan ahli kesuburan yang juga terjun ke dunia politik. Sejak 2014, ia sudah mencalonkan diri dalam pemilihan Parlemen Eropa, namun baru tahun lalu ia memenangkan kursi dan menduduki posisi sebagai wakil perdana menteri di 2020 ini. Prestasi Petra ini dipercaya sebagai pembuka jalan baru untuk komunitas transgender di Uni Eropa dalam bidang politik.
"Kami kehilangan salah satu mitra terkuat kami di Parlemen Eropa, tetapi kami sangat berbesar hati karena tahu bahwa pejuang kesetaraan dan keadilan sosial yang sangat berkomitmen memiliki peran penting di pemerintahan Belgia," ungkap Katrin Hugendubel, direktur advokasi kelompok hak-hak LGBTQ di ILGA-Eropa seperti dikutip dari Politico.
Petra de Sutter. Foto: Twitter/@pdsutter
Petra sendiri selama ini sangat menginginkan agar publik maupun pejabat negara menilai dirinya berdasarkan apa yang sudah ia lakukan, bukan dari penampilan, status, atau masa lalunya sebagai transgender.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak ingin didiskriminasi karena statusku sebagai transgender di masa lalu, itu hanya salah satu bagian dari identitas saya saja. Saya punya banyak hal. Saya ingin orang membicarakan saya karena apa yang sudah saya lakukan, karena aksi politik yang sudah saya ambil," ungkap Petra De Sutter tahun lalu saat sedang melakukan kampanye pemilihan Parlemen Eropa.

Memutuskan untuk menjadi transgender sepenuhnya di usia 40 tahun

Lahir di Oudenaarde, Belgia pada 10 Juni 1963, Petra De Sutter juga bekerja sebagai profesor ginekologi di Universitas Ghent dan menjadi kepala Departemen Pengobatan Reproduksi di Rumah Sakit Universitas Ghent (UZ Gent). Dengan latar belakang tersebut, Petra pun cukup lantang membela hak trans dan hak reproduksi. Ia juga sangat terbuka mengenai pengalamannya sendiri sebagai perempuan transgender.
ADVERTISEMENT
"Saya berusia 40 tahun ketika memutuskan untuk sepenuhnya menjadi perempuan. Karena keputusan ini saya kehilangan rekan kerja, teman, hingg orang-orang di sekeliling saya," ungkapnya dalam sebuah wawancara yang diterbitkan dalam situs resminya sendiri.
Sebelum itu, Petra mengaku sudah merasa bahwa dirinya berbeda sejak masih kecil. Namun ia tak mengerti apa yang membuatnya berbeda karena ia belum tahu mengenai pencarian jati diri. Petra ingat dulu ia tak mau memainkan permainan anak laki-laki.
"Saya tidak ingin main permainan anak laki-laki yang macho. Saya juga tidak suka membicarakan apa yang mereka bicarakan sehari-hari. Di masa itu, saya mulai mengisolasi diri dan menemukan cara untuk menghadapi perbedaan tersebut," ceritanya.
Dalam masa-masa itu, Petra fokus dan belajar. Usahanya itu berhasil membuatnya mendapat nilai bagus dan ia pun berhasil meraih impian dalam hal sekolah maupun karier.
ADVERTISEMENT
Petra mengaku dirinya sangat beruntung karena bisa melewati berbagai tantangan untuk menemukan jati diri. Meski sempat didiskriminasi sepanjang hidup, tapi ia berhasil mendapat kesempatan bisa bekerja di lingkungan yang begitu terbuka dan menerima dirinya apa adanya. Hal ini juga yang membuatnya merasa perlu melakukan sesuatu untuk menghadirkan perubahan, terutama bagi kelompok transgender seperti dirinya.
Menurut Petra, ia sangat peduli dengan keadilan dan ia merasa sudah cukup banyak orang yang menderita hanya karena mereka ingin menjadi diri mereka sendiri.