Potensi KDRT Bisa Dideteksi sejak Pacaran, Ini Ciri-cirinya

10 Januari 2023 18:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengenali pasangan secara mendalam adalah hal yang wajib dilakukan sebelum melanjutkan hubungan ke arah yang lebih serius. Tujuannya untuk menghindarkan kita dari hubungan yang merugikan dan menyiksa, termasuk tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
ADVERTISEMENT
Saat kekerasan dalam hubungan pacaran atau pernikahan terjadi, ciri-cirinya cukup mudah untuk dikenali. Apalagi, jika kekerasan tersebut meninggalkan bekas yang kasat mata seperti memar di kulit. Namun, mendeteksi seseorang yang berpotensi menjadi pelaku KDRT tidak semudah yang dibayangkan.
Menjalani hubungan dengan seseorang yang tak segan melakukan kekerasan pada pasangan biasanya tidak langsung diawali dengan konflik terus-menerus. Seringkali, seseorang menjumpai satu atau dua perilaku pasangannya yang tidak masuk akal, namun diabaikan sampai mereka baru mendapati luka fisik.
Ilustrasi KDRT. Foto: Africa Studio/Shutterstock
“Kami biasanya menyebutnya pink flag,” kata ahli neuropsikolog klinis dan penulis buku Stop Self-Sabotage: Six Steps to Unlock Your True Motivation, Judy Ho, kepada Good Housekeeping.
“Ciri-cirinya bisa lebih samar dan bisa jadi awalnya tidak berbahaya, tetapi para pelaku benar-benar mengisolasi dan menanamkan rasa takut sehingga orang tersebut (pasangannya) merasa tidak punya tempat untuk meminta bantuan.”
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana cara mengenali pasangan yang berpotensi melakukan KDRT? Simak penjelasan detailnya dalam artikel berikut ini. Pastikan kamu membacanya sampai habis, ya.

Ciri-ciri pasangan yang kasar dan berpotensi melakukan KDRT

1. Kerap berperilaku bertolak belakang

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Tirachard Kumtanom/Shutterstock
Menurut psikolog klinis asal Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), Jaime Zuckerman, Psy.D, perilaku yang sangat berbeda saat berada di depan publik dan saat berdua saja dengan pasangan merupakan salah satu pink flag yang perlu diwaspadai.
"Mereka biasanya tampil memikat di sekitar orang lain untuk membuat orang berpikir bahwa mereka adalah orang yang sangat baik, namun lain ceritanya kalau di belakang,” jelas Jaime.
Perilaku yang bertolak belakang juga bisa berwujud love bombing setelah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan kepada pasangan. Mereka akan bersikap luar biasa manis, romantis, atau bahkan meminta maaf sambil meneteskan air mata. Kendati demikian, perbuatan tidak menyenangkannya bakal terjadi kembali dan siklus yang sama akan terus berulang.
ADVERTISEMENT
Selain menunjukkan sikap tanpa cela kepada orang-orang sekitar, mereka juga berusaha tampil sebagai sosok laki-laki atau perempuan yang sempurna untuk meyakinkan pasangan. "Pada hubungan yang meningkat ke kekerasan fisik, awalnya sering terasa seperti romansa seindah dongeng," ungkap Judy.

2. Manipulatif

Ilustrasi pasangan. Foto: Shutter Stock
Manipulasi adalah ‘senjata’ andalan pelaku KDRT untuk membuat pasangannya tak berdaya. Perilaku ini biasanya sudah menampakkan diri sejak awal hubungan, meskipun belum intens.
Salah satu bentuk manipulasi yang kerap dilakukan sejak awal hubungan adalah gaslighting. Gaslighting adalah ciri-ciri umum dalam hubungan tak sehat, di mana pelakunya memutarbalikkan fakta—saat mereka berbuat salah—untuk membuat pihak lain merasa bersalah.
“Pelaku KDRT sering menyalahkan Anda untuk hal-hal yang tidak berjalan sesuai keinginannya atau menyalahkan Anda untuk perilaku kasar mereka sendiri," lanjut Judy.
ADVERTISEMENT

3. Membatasi hubungan sosial

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Shutterstock
Korban yang mengalami kekerasan dalam hubungan kerap merasa jauh dari teman-teman atau keluarga sejak berhubungan dengan pasangan mereka. Bisa jadi pasangan sering menjelek-jelekkan sahabat atau orang tua mereka dan menyarankan untuk mengurangi interaksi dengan orang-orang tersebut.
Waspada, Ladies, ini adalah upaya mengisolasi pasangan dari lingkungan terdekat. Tujuannya adalah mendominasi hidup pasangan sepenuhnya.
"Mereka mungkin berkata hal-hal seperti, 'Kalau sayang aku, kamu nggak bakal berteman dengan dia,' atau berusaha meyakinkan Anda bahwa orang-orang terdekat Anda tidak menginginkan yang terbaik untuk Anda sehingga Anda merasa pasangan adalah satu-satunya yang peduli dan mendukung Anda," tambah Judy.

4. Meminta untuk berbagi segalanya, termasuk privasi

Ilustrasi pasangan posesif Foto: Shutterstock
Berbagi banyak hal dengan pasangan adalah hal yang wajar dalam sebuah hubungan. Bahkan memiliki rekening bersama pun bisa menjadi hal positif untuk rencana masa depan bersama.
ADVERTISEMENT
Tapi, ketika pasangan melakukan pemaksaan untuk berbagi hal-hal yang bersifat pribadi, seperti akses ke handphone, email, dan media sosial, ini adalah suatu bentuk kendali terhadap pasangan. Hal tersebut bisa menjadi cara untuk melanggar privasi dan merenggut kebebasan pasangan, juga memonitor pasangan setiap waktu.
"Mereka mungkin beralasan demi 'kemudahan' atau alasan finansial, tapi sebenarnya ini adalah bentuk kontrol," kata Judy.

5. Cemburu yang berlebihan

Ilustrasi cemburu kepada pasangan. Foto: Shutter Stock
Cemburu bisa diartikan sebagai tanda cinta, tetapi cemburu yang berlebihan bukanlah hal yang wajar. Pasangan yang menelepon setiap saat, selalu curiga terhadap apa pun yang kita lakukan, bertanya ke mana, dengan siapa secara posesif dan ekstrem adalah tindakan yang perlu kamu waspadai.
Ladies, itulah ciri-ciri pasangan yang berpotensi lakukan KDRT. Jika ciri-ciri di atas terjadi berulang kali atau bahkan sudah di tahap menyakiti, tinggalkanlah dia karena kamu berhak untuk bahagia.
ADVERTISEMENT