Potret Pemberdayaan Perempuan di SRC: Bentuk Komunitas hingga Support System

21 Juni 2022 15:44 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nonoy Yuhanah. salah satu perempuan yang bergabung dengan SRC. Dok.  PT HM Sampoerna Tbk.
zoom-in-whitePerbesar
Nonoy Yuhanah. salah satu perempuan yang bergabung dengan SRC. Dok. PT HM Sampoerna Tbk.
Di tengah isu kesetaraan gender dan emansipasi yang semakin digaungkan, hingga kini perempuan masih harus menghadapi berbagai stigma yang mengakar kuat di masyarakat. Ya, kemampuan perempuan dalam bekerja masih sering dipandang sebelah mata.
Padahal, kini sudah banyak perempuan yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di dunia kerja, serta menduduki posisi penting sebagai pemangku kebijakan. Itu artinya, perempuan punya peran penting dalam dunia profesional, termasuk menjadi penopang dan penggerak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
Hal itu juga bisa dilihat dari data Sampoerna Retail Community (SRC) — program yang membantu mitra ritel tradisional dalam meningkatkan pendapatan, mengembangkan usaha, dan daya saing mereka terhadap peritel modern. Dari 160.000 toko kelontong yang tergabung dalam SRC, 57 persen di antaranya adalah milik perempuan.
UMKM merupakan pilar utama dalam perekonomian Indonesia dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 61,07 persen dan memiliki kemampuan menyerap 97 persen dari total tenaga kerja.
Hal ini mendasari inisiatif PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) yang selalu memberi perhatian khusus terhadap UMKM. Oleh karena itu, payung program “Sampoerna Untuk Indonesia” hadir untuk secara konsisten membina UMKM guna memanfaatkan potensi daerah, meningkatkan daya saing, dan memberdayakan masyarakat sekitar. Salah satu program binaan UMKM Sampoerna adalah SRC.
Sampoerna memulai inisiatif peningkatan kapasitas UMKM peritel tradisional melalui program SRC. Dok. PT HM Sampoerna Tbk.
Pada 2008, Sampoerna memulai inisiatif peningkatan kapasitas UMKM peritel tradisional melalui program SRC dengan pembinaan yang mencakup edukasi penataan toko, manajemen keuangan, strategi pemasaran, literasi digital, hingga dukungan bagi UMKM di sekitar toko kelontong melalui Pojok Lokal.
Melalui SRC, Sampoerna membantu toko kelontong tradisional dalam mengembangkan usaha mereka dan menjawab kebutuhan toko maupun konsumen dengan mengembangkan ekosistem bisnis digital, yang pada akhirnya berdampak positif pada pendapatan toko kelontong. Hal ini dilakukan melalui pendampingan dan pelatihan berbagai keterampilan bisnis yang diberikan, termasuk manajemen stok serta keuangan, pengaturan toko, dan loyalitas konsumen.
SRC juga fokus mendorong pemberdayaan UMKM milik perempuan yang punya peran besar pada komunitas toko kelontong binaannya. Hal itu pun dirasakan oleh Nonoy Yuhanah.
Nonoy Yuhanah. salah satu perempuan yang bergabung dengan SRC. Dok. PT HM Sampoerna Tbk.
Perempuan asal Garut ini menceritakan awal mula bergabung dengan SRC. Pada 1995, ia keluar dari pekerjaannya sebagai tenaga administrasi di perusahaan tekstil karena kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dengan mengurus anak.
Namun, pendapatan suami saja ternyata tidak cukup untuk memenuhi kehidupan. Ia pun lantas membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan mendirikan toko kelontong di rumah dengan modal Rp 500 ribu.
Tahun 2013, Nonoy bertemu dengan karyawan penjualan Sampoerna. Saat itu ia diajak gabung SRC, namun awalnya Nonoy menolak lantaran tidak ingin warungnya dicat sesuai dengan persyaratan untuk dapat bergabung dengan SRC.
Meski sempat menolak, akhirnya Nonoy setuju dan ia mengikuti berbagai kegiatan SRC. Hingga pada 2016, toko kelontong Nonoy resmi bergabung dengan SRC.
Menurutnya, setelah bergabung dengan SRC, usaha kecilnya dibina agar pengelolaan bisnisnya lebih baik hingga berkembang seperti sekarang ini. Nonoy bisa melakukan pembukuan keuangan dengan lebih terstruktur, bahkan terintegrasi dalam aplikasi AYO SRC yang jadi salah satu dukungan digitalisasi untuk toko kelontong lewat fitur AYO Kasir.
Prosesnya lebih menghemat waktu dan hasilnya lebih baik ketimbang menulis transaksi satu-persatu setiap kali tutup toko. Dengan begitu, ia bisa menggunakan waktunya untuk beraktivitas bersama keluarga.
Selain itu, SRC juga memberikan pelatihan kepada Nonoy untuk bagaimana menata toko demi kenyamanan konsumen. Tokonya menjadi terang seperti supermarket. Ia pun menerima tawaran kerja sama dari berbagai produk. Termasuk menjadi agen perbankan hingga membantu penyaluran bantuan sosial (bansos).
Berkat hal tersebut omzetnya melonjak. Dari sebelumnya Rp 500 ribu per hari kini menjadi Rp 3 juta per hari. Ia pun berhasil merenovasi rumahnya menjadi lebih modern, menyesuaikan dengan desain tokonya. Nonoy pun berhasil melebarkan usaha ke kos-kosan. Kini ia telah memiliki rumah kos, dan sedang berencana memperluas rumah kos tersebut.
Terlepas dari berbagai pelatihannya, hal yang membuatnya bahagia juga adalah para mentor; orang-orang Sampoerna sabar mengajarinya mengenai dunia digital. Sampoerna dengan telaten mengajarkannya apa itu Pojok Bayar, bagaimana cara menjual pulsa, dan lainnya. Meski mereka tahu bahwa sangat sulit untuk mengajari ibu-ibu.
“Berkat SRC, saya bisa mengikuti zaman digital seperti sekarang,” kata Nonoy.

Selain modal dan pembekalan, SRC juga bentuk support system

Toko kelontong yang bergabung dengan SRC. Dok. PT HM Sampoerna Tbk.
Lebih lanjut Nonoy bercerita bahwa SRC bukan sekadar komunitas untuk pengembangan tokonya. Setelah resmi bergabung, Nonoy juga menemukan banyak sahabat baru yang lama kelamaan menjadi keluarga. Dalam komunitas yang isinya banyak ibu-ibu tersebut, mereka kerap saling menguatkan dan berbagi.
Nonoy memberi contoh, bagaimana ibu-ibu harus mengelola keuangan. Nonoy selalu memberitahu kepada anggota komunitas perempuan bahwa pedagang itu tidak memiliki dana pensiun, tetapi mendapatkan uang setiap hari. Maka itu, Nonoy mengajarkan kepada ibu-ibu lain agar membagi uang tersebut ke dalam beberapa pos, seperti tabungan anak, listrik, dan kebutuhan lainnya.
“Saya selalu berpesan, anak-anak harus kuliah. Walaupun orang tuanya pedagang, anak-anak harus kuliah. Walaupun nabung cuma Rp 1.000 per hari, tetap harus nabung untuk sekolah anak,” ungkap Nonoy.
Berkat kerja keras dan bantuan SRC, kelima anak Nonoy berhasil mengenyam pendidikan tinggi. Bahkan anak pertamanya sukses, menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung.
“Bukan hanya kita sebagai perempuan yang berdaya dalam mengembangkan usaha. Tapi kita juga harus mampu menyekolahkan anak-anak,” tutup Nonoy.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan PT HM Sampoerna Tbk.