Profesor di China Sarankan Perempuan Punya 2 Suami untuk Dorong Angka Kelahiran

11 Juni 2020 22:20 WIB
Ilustrasi pasangan satu istri dua suami. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan satu istri dua suami. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era modern ini, banyak perempuan telah memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dalam hidup mereka. Hal tersebut sudah banyak diraih oleh banyak perempuan di dunia, termasuk di China yang dulunya sangat diskriminatif terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Washington Post, banyak perempuan China yang kini ingin berkarier dan berusaha menunda pernikahan serta memiliki anak. Meski perempuan bisa melakukan dua peran sekaligus, yaitu menjadi perempuan karier dan seorang ibu, tetapi mereka lebih suka memilih salah satu. Dan saat ini para milenial lebih cenderung ingin berkarier.
Tak bisa dipungkiri, faktor tersebut menjadi salah satu penyebab semakin rendahnya angka kelahiran di China. Seperti yang sudah diketahui, China memang punya peraturan agar masyarakatnya hanya memiliki satu anak saja, kecuali buat penduduk yang tinggal di daerah terpencil atau jika anaknya adalah seorang difabel. Awalnya peraturan tersebut bertujuan untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan sekaligus standar kehidupan masyarakat di China. Namun sayangnya, aturan tersebut kini menciptakan masalah tersendiri.
Pasangan di China hanya boleh memiliki satu anak. Foto: Shuttertstock
Sudah beberapa tahun belakangan ini angka kelahiran di China sangat rendah. Meski jumlah pria lebih banyak daripada perempuan, namun angka pernikahan tetap rendah. Fakta tersebut dianggap bisa menciptakan sebuah krisis yang menghambat pertumbuhan ekonomi selama beberapa dekade ke depan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah China sendiri sudah melakukan berbagai upaya untuk mendorong angka kelahiran. Mulai dari meringankan iuran pajak dan biaya pendidikan, memberikan waktu cuti melahirkan lebih lama, hingga mempersulit proses aborsi dan perceraian. Namun tampaknya usaha tersebut belum membuahkan hasil.
Perempuan di China kebanyakan lebih memilih membangun karier dan menunda waktu menikah. Foto: Shutterstock
Permasalahan ini tentunya menarik perhatian berbagai ahli di China. Salah satunya adalah profesor ekonomi dari Universitas Fudan di Shanghai China, Yew-Kwang Ng. Profesor Yew-Kwang memberikan sebuah solusi yang sangat mengejutkan banyak pihak dan kini menjadi kontroversi, yaitu agar perempuan diperbolehkan untuk memiliki lebih dari satu suami supaya bisa melahirkan beberapa anak.
Tetapi solusi tersebut langsung menimbulkan kontroversi lantaran dianggap mendukung praktik poliandri. Menyadari bahwa usulannya tersebut akan menimbulkan kontroversi, profesor asal Malaysia ini pun menambahkan bahwa ia tidak mendukung poliandri, tapi pemerintah China harus memikirkan opsi solusi tersebut untuk mengatasi ketidakseimbangan gender.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian melanjutkan, jika dua laki-laki bersedia menikahi satu perempuan yang sama dan pihak perempuan juga setuju, berarti tidak akan ada masalah.
"Jika dua laki-laki mau menikahi satu perempuan yang sama dan pihak perempuan bersedia, apa yang membuat masyarakat melarang laki-laki untuk berbagi satu istri yang sama?" ungkapnya.
Profesor ekonomi tersebut kemudian mencontohkan sebuah kasus yang terjadi pada pekerja prostitusi. Menurutnya, perempuan yang selama ini bekerja sebagai prostitusi bisa melayani 10 laki-laki dalam sehari. Jadi menurutnya tidak ada salahnya kalau perempuan juga memasak atau melayani dua atau tiga suami sekaligus.
Pernyataan tersebut sontak menjadi viral dan dikritik oleh para perempuan di media sosial seperti Weibo, sebuah media sosial khusus yang digunakan oleh masyarakat di China.
ADVERTISEMENT
“(Pernyataan tersebut) ingin membuat saya muntah,” komentar seorang perempuan bernama Keely.
Beberapa perempuan lain juga turut berkomentar dan menyayangkan solusi yang diberikan oleh Yew-Kwang Ng.
Meski begitu, Profesor Yew-Kwang Ng sepertinya tidak peduli dengan komentar tersebut. Sebab ia mengatakan dalam artikel berikutnya ia akan membahas soal melegalkan rumah prostitusi sebagai solusi mengatasi ketidakseimbangan gender di China.