Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Promosikan Diet Ekstrem, Konten Skinny Influencer di TikTok Dinilai Berbahaya
23 Januari 2025 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Media sosial TikTok kembali diwarnai dengan fenomena meresahkan yaitu munculnya ‘skinny influencer ’, Liv Schmidt. Sebagai konten kreator, Liv rajin membagikan kesehariannya di akun TikTok pribadinya. Lewat video-video yang ia unggah, Liv dengan sengaja–dan bangga–mempromosikan tubuh kurus sebagai sesuatu yang positif dan estetik.
ADVERTISEMENT
Di TikTok, Liv memiliki 670.000 pengikut, sementara di Instagram ia diikuti oleh 136.000 pengguna dan di platform YouTube, ia tercatat memiliki 4.000 subscriber. Akun TikTok Liv sudah ditutup oleh platform tersebut beberapa waktu lalu karena dinilai melanggar pedoman komunitas mereka. Namun, dia kembali dengan akun baru yang kini telah diikuti oleh 70.000 pengguna.
Dilansir Cosmopolitan, perempuan 23 tahun yang tinggal di New York tersebut begitu gencar mempromosikan ‘skinny lifestyle’. Salah satu unggahan Liv yang paling populer adalah konten berjudul 'What I Eat in a Day to Stay Skinny' atau 'Apa yang Saya Makan dalam Sehari untuk Tetap Kurus'.
Postingan itu menampilkan foto-foto protein shake dan makanan ringan yang terdiri dari campuran kacang-kacangan dan biji-bijian. Semua foto tersebut terlihat sangat estetik. Di caption, Liv menuliskan dia hanya makan setengahnya. Selain tentang makanan, ia juga menampilkan gaya hidup glamour di Kota New York.
ADVERTISEMENT
Ahli sebut konten-konten Liv berbahaya, promosikan budaya diet toksik
Tak sedikit pengikut Liv yang memberikan dukungan positif terhadap konten-kontennya. Mereka berpendapat bahwa apa yang ditampilkan Liv merupakan sebuah kenyataan. Namun para ahli kesehatan mental berpendapat sebaliknya.
Dilansir dari USA Today, Associate Professor Lizzy Pope dari University of Vermont memperingatkan bahwa konten yang dibagikan Liv dapat berdampak buruk pada persepsi citra tubuh para perempuan muda. Lebih lanjut, paparan konten semacam itu juga dapat memicu kebiasaan makan yang tidak sehat.
Sayangnya, Liv tidak sendiri. Banyak pengguna TikTok yang mengunggah konten serupa, terindikasi merujuk pada anoreksia dan bulimia. Konten itu seringkali dibungkus dalam daily vlog bertajuk ‘apa yang saya makan dalam sehari’ yang menggambarkan asupan kalori tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Hal ini pun sejalan dengan studi Universitas Vermont tahun 2022 yang menganalisis 100 video teratas dari tagar populer terkait nutrisi, makanan, dan berat badan. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa konten yang paling banyak ditonton di TikTok adalah video tentang budaya diet toksik di kalangan remaja dan dewasa muda.
Para pengguna TikTok membingkai diet dan penurunan berat badan sebagai bagian dari gaya hidup sehat dan bugar. Banyak video secara terang-terangan berisi tentang apa saja yang dilakukan perempuan untuk menjadi kurus, termasuk diet ekstrem.
Konten skinny influencer dapat picu gangguan makan
Menurut Lizzy, generasi muda saat ini cenderung lebih mendengarkan saran dari konten kreator ketimbang para ahli. Apesnya, saran para influencer ini cenderung generalisasi, tidak memperhitungkan faktor unik seperti genetika setiap individu, dan sering kali didasarkan pada pemahaman yang salah tentang bagaimana gangguan makan berkembang.
ADVERTISEMENT
Gangguan makan, menurut Lizzy, muncul secara bertahap melalui pola-pola kecil yang terakumulasi dari waktu ke waktu, bukan karena perubahan mentalitas yang tiba-tiba. Hal ini menunjukkan bahwa konten-konten dari skinny influencer tidak hanya kurang tepat, tetapi juga dapat memperburuk masalah kesehatan pengguna sosmed.
Sejak pandemi, media sosial berkontribusi besar pada peningkatan gangguan makan di kalangan remaja. Banyak remaja perempuan terobsesi untuk menjadi kurus. Kondisi ini diperparah oleh kemunculan skinny influencer seperti Liv Schmidt.
Menurut Lizzy, konten yang dibuat oleh Liv tampak seperti godaan bagi perempuan yang merasa kurang percaya diri, seolah-olah diet yang ditunjukkan adalah solusi terbaik atau cara termudah untuk mencapai tubuh ideal. Namun, meniru perilaku tersebut dengan harapan mendapatkan hasil serupa dapat menyebabkan kekecewaan, terutama bagi para perempuan muda, atau bahkan memicu kebiasaan makan yang tidak teratur.
ADVERTISEMENT