Putri Eugenie Akan Rilis Podcast untuk Yayasan Amal Anti-Perbudakan Miliknya

18 Januari 2022 9:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Royal Wedding Putri Eugenie dan Jack Brooksbank Foto: Alastair Grant/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Royal Wedding Putri Eugenie dan Jack Brooksbank Foto: Alastair Grant/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak 2017, salah satu anggota keluarga Kerajaan Inggris, Putri Eugenie telah mendirikan yayasan amal The Anti-Slavery Collective bersama teman dekatnya, Julia de Boinville. Kini, cucu Ratu Elizabeth II tersebut juga akan meluncurkan podcast untuk yayasan amalnya itu.
ADVERTISEMENT
Hal ini merujuk pada sebuah unggahan dari akun Twitter penggemar kerajaan Gert’s Royals (@Gertsroyals). Di situ, tampak foto Putri Eugenie bersama Julia duduk berhadapan dengan mikrofon di hadapan mereka masing-masing. Mereka sedang merekam sebuah episode podcast di kediaman Putri Eugenie, Frogmore Cottage.
“Putri Eugenie & Jules mengungkapkan bahwa mereka merekam podcast untuk The Anti-Slavery Collective @TASC_org, sebuah badan amal yang mereka dirikan bersama untuk mengakhiri perdagangan manusia. Rekaman dimulai pada tahun 2021 di rumah Putri Eugenie, dan akan dirlis di akhir tahun ini,” tulis akun Twitter @Gertsroyals pada Sabtu (15/1).
Mengutip Hello Magazine, Putri Eugenie dan Julia juga mengungkapkan hal tersebut dalam buletin bulanan The Anti-Slavery Collective yang membahas beberapa pekerjaan yang dilakukan mulai tahun 2021. Keduanya mengatakan, “Kami sangat bersemangat untuk mulai merekam podcast yang telah lama ditunggu-tunggu, yang akan dirilis pada 2022, jadi nantikan terus!”
ADVERTISEMENT
Pada Oktober 2021, Putri Eugenie dan Julia juga membagikan cerita tentang inisiatif tersebut melalui sebuah unggahan di akun Instagram resmi The Anti-Slavery Collective (@the_anti_slavery_collective).
“Pada 2012, kami melakukan perjalan ke Kolkata, India. Di situ, kami mengunjungi sebuah organisasi bernama Women's Interlink Foundation dan pertama kali menyadari perbudakan modern. Aloka Mitra, pendiri Women's Interlink, menyelamatkan gadis-gadis dari perbudakan modern, memberi mereka rumah dan mengajari mereka keterampilan sederhana—percetakan kain,” demikian keterangan dalam unggahan tersebut.
Pengalaman inilah yang membuat Putri Eugenie dan Julia memahami bahwa praktik perbudakan masih ada. “Faktanya, ada lebih banyak orang yang diperbudak saat ini daripada di titik lain mana pun dalam sejarah, dan pada satu waktu, seseorang diperdagangkan dalam jarak satu mil dari tempat Anda tinggal. Kita sering mengaitkan perbudakan dengan rantai dan belenggu, tapi perbudakan modern adalah kejahatan tersembunyi yang sering kali sulit dideteksi,” imbuh keterangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah menghabiskan lima tahun untuk mengedukasi diri dan memperluas pengetahuan lewat kunjungan ke lembaga hukum, lembaga swadaya masyarakat (LSM), akademisi, pekerja sosial, pembuat kebijakan, dan lainnya, Putri Eugenie dan Julia akhirnya meluncurkan The Anti-Slavery Collective pada tahun 2017.