Ringkasan Tren Musim Gugur/Dingin di Paris Fashion Week 2025
15 Mei 2025 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menitRingkasan Tren Musim Gugur/Dingin di Paris Fashion Week 2025
Pekan Mode Paris selalu menjadi gong peragaan seri empat kota mode terbesar. Bagaimana pun gaduhnya dunia, Paris menjawab dengan lantang haluan mode sepanjang musim ke depan. kumparanWOMAN



Paris Fashion Week selalu menjadi gong peragaan seri empat kota mode terbesar. Bagaimana pun gaduhnya dunia, Paris menjawab dengan lantang haluan mode sepanjang musim ke depan.
Berkat karya-karya desainernya, musim semi dan gugur tahun ini akan dipenuhi dengan estetika maksimalis yang menempatkan feminitas di platform teratas.
Berikut ringkasan dari Paris Fashion Week 2025 koleksi musim gugur/dingin:
Metamorfosis Dior
Orlando karya Virginia Woolf menjadi inspirasi Maria Grazia Chiuri. Karya klasik yang telah menginspirasi berbagai seniman itu berkisah tentang laki-laki anak bangsawan era Elizabeth I, secara misterius mengalami perubahan kelamin, awet muda dan terus hidup selama lebih dari 300 tahun ke depan.
Koleksi musim gugur/dingin dipenuhi jejak mode lima abad lalu. Jas dengan ekor, jaket mengikuti lekuk tubuh, kemeja berumbai di dada, kerah yang agung menyelingi kaos J’Adore Dior.
Miu Miu Mengevaluasi Feminitas
Selaras dengan show Prada yang bicara tentang definisi feminin, Miuccia Prada yang bekerja solo di Miumiu mengevaluasi apa itu feminitas.
Lambang-lambang kewanitaan seperti bros, gelang, kalung, jubah bulu, dan stola hadir berkali-kali memperkuat dandanan.
Rambut yang tertata rapi mengembang ala film 1960-an ditabrakkan dengan slip-dress satin katun, jaket bomber atau atau atasan bra yang mencuat ke atas. Koleksi kali ini adalah permainan tarik ulur antara keseriusan versus kesantaian.
Serba Besar Saint Laurent
Direktur kreatif Anthony Vaccarello mengambil ruang dengan bahu kebesaran dan rok bola raksasa.
Penuh dengan nostalgia, peragaan diawali dengan ledakan warna. Merah, ungu, oranye, warna-warna primer yang mencengkeram mata menambah kebesaran optik.
Rok pensil selutut, gaun mini yang mempertontonkan kaki, giwang emas ekstra besar, dan renda-renda Guipure bersama-sama menyuarakan kesan yang berani. Paduan rok bola raksasa yang siluetnya di bawah pinggul dan jaket kedodoran yang santai menjadi juara.
Valentino Privat atau Publik
Tidak ada yang lebih kontroversial dari membuat peragaan busana dengan latar dekor toilet publik. Mengenang perkataan filsuf Italia Mario Perniola dan Romano Màdera, direktur kreatif Alessandro Michele menjajakan gagasan privat atau publik.
Toilet publik menurutnya adalah sebuah area di mana keintiman dan dunia universal berada dalam garisnya yang tipis.
Para model keluar-masuk pintu toilet, mengaca pada cermin sebelum melangkahkan kaki untuk silam kembali. Bodysuit dari bahan renda sengaja tak dikancingkan di selangkangan.
Ikat kepala yang biasa dipakai saat mencuci muka jadi aksesori utama. Rumbai, renda, dan manik-manik yang gemerlap lalu menuntaskan tampilan di antara kilat lampu kelab malam.
Semangat Bepergian Louis Vuitton
Lokasi peragaan yang mengambil tempat di kantor pusat kereta api Prancis memberi bocoran tema koleksi. Nicolas Ghesquière menelusuri kembali semangat bepergian yang menjadi urat nadi Louis Vuitton.
Bising kereta dalam soundtrack mengiringi kesibukan langkah para model yang menenteng tas rias dan Speedy berbagai ukuran.
Anorak, jaket, parka, dan mantel menjadi tawaran utama dalam perjalanan. Tentu saja, rok bervolume yang merumbai dan gaun melambai dengan tali spageti yang seksi wajib dalam pengepakan.
Parade Lambang Chanel
Instalasi berupa pita hitam yang menjulang di tengah Grand Palais menjadi latar peragaan Chanel yang belum dikomandani oleh seorang direktur kreatif. Matthieu Blazy, mantan Bottega Veneta baru akan menggelar koleksinya September nanti.
Tim kreasi Chanel maka menampilkan kode-kode rumah mode yang menjadi lambing ikonik: pita, mutiara, jahit tindas, tweed, dan kancing emas. Keklasikan hitam-putih ala Gabrielle Chanel adalah resep kesuksesan siapapun yang menjadi juru raciknya.