Risiko Menggunakan Pembalut Berpewangi

14 Desember 2019 17:30 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembalut berpewangi  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembalut berpewangi Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketika datang menstruasi kita akan membutuhkan satu benda untuk ‘menyelamatkan’ keadaan, yaitu pembalut. Banyak sekali jenis pembalut di pasaran yang memenuhi kebutuhan setiap perempuan ketika datang menstruasi. Dari pembalut bersayap, ukuran panjang, ataupun yang tidak memiliki lapisan terlalu tebal.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya menyesuaikan pembalut dengan kebutuhan saja, tapi juga terdapat jenis pembalut yang perlu kita hindari, yaitu pembalut yang mengandung pewangi.
Menurut dr. Rinto Riantori SpOG yang berpraktik di Rumah Sakit Dinda, Tangerang, pembalut berpewangi biasanya dapat memicu munculnya alergi pada bagian kulit area vagina dan menyebabkan keputihan yang berbau.
“Itu membuat keseimbangan pH dan bakteri baik pada area vagina terganggu. Bila keseimbangan vagina flora (bakteri) terganggu, maka dapat menyebabkan keputihan yang biasanya berbau amis,” ucap dr. Rinto saat dihubungi kumparanWOMAN pada Jumat (13/12).
Ilustrasi pembalut berpewangi Foto: Shutterstock
Tidak hanya menimbulkan keputihan yang berbau, namun pembalut dengan pewangi biasanya juga menyebabkan gatal di area vagina. Parahnya, rasa gatal yang mengganggu di bagian vagina biasanya membuat kita menggaruknya sehingga bisa menyebabkan infeksi.
ADVERTISEMENT
Jadi kita perlu cermat dalam memilih pembalut ya, Ladies, demi kesehatan vagina. Perlu diingat juga untuk tidak memakai pembalut yang mengandung zat tambahan seperti klorin, karena ada risiko menyebabkan kanker.
dr. Rinto juga menyarankan untuk menghindari pembalut berdaya serap tinggi dan rutin mengganti pembalut ketika aliran darah menstruasi sedang deras.
“Ganti pembalut setiap 3-4 jam. Bila menstruasi sedang banyak, ganti 2-3 jam sekali. Hindari menggunakan pembalut dengan daya serap tinggi karena akan menyebabkan ‘malas ganti’ pembalut,” jelas dr. Rinto