Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Role Model: Co-Founder Du Anyam Melia Winata, Berdayakan Perempuan Lewat Anyaman
9 Maret 2023 20:50 WIB
·
waktu baca 9 menitADVERTISEMENT
Melia Winata adalah salah satu pendiri Du Anyam, yakni sebuah kewirausahaan sosial yang bertujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui kerajinan anyaman. Ketertarikannya di bidang kesehatan manusia muncul sejak masa SMA.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, setelah lulus SMA ia mengenyam pendidikan di luar negeri, tepatnya di The University of Melbourne, Australia, dengan mengambil jurusan Biomedicine. Lulus kuliah, perempuan yang kerap disapa Melia ini berkumpul dengan teman SMA, saling sharing mengenai hal apa yang bisa dibawa ke Indonesia untuk melakukan perubahan.
Akhirnya, Melia Winata dan kedua temannya, Azalea Ayuningtyas dan Hanna Keraf, melakukan brainstorming. Saat itu, konsep social enterprise sedang booming di negara Barat, seperti Amerika Serikat. Pada 2014 berdirilah Du Anyam, perusahaan yang mengusung kearifan lokal dengan membawa misi pemberdayaan perempuan .
Kepada kumparanWOMAN, Melia secara eksklusif menceritakan pengalaman dan perjalanannya mendirikan social enterprise atau perusahaan yang mengutamakan dampak sosial bagi masyarakat. Simak selengkapnya dalam artikel Role Model kali ini yuk, Ladies!
ADVERTISEMENT
Dengan background di Bachelor of Medicine, apa yang melatarbelakangi Anda tertarik berkarier di industri kreatif dan social enterprise?
Lulus kuliah dan bertemu ketiga teman saya, kami mencoba untuk implementasikan konsep social enterprise di Indonesia. Kebetulan, salah satu partner saya kuliah di Amerika Serikat dan mengambil jurusan Kesehatan Masyarakat.
Lalu, partner saya satu lagi Hana, setelah lulus kuliah melanjutkan kariernya di Community Development. Jadi kami langsung melihat adanya permasalahan di pelosok Indonesia yang sepertinya bisa kita atasi. Selain background pendidikan, saya sejak kecil sudah bermimpi untuk memiliki usaha sendiri. Sebab, keluarga juga memiliki usaha sendiri. Jadi terinspirasi dari orang tua saya yang memiliki usaha.
Kenapa memilih wilayan Nusa Tenggara Timur untuk membangun bisnis?
Pertama, kita memang di awal memiliki tujuan untuk mengatasi masalah sosial ekonomi di balik isu kesehatan gizi buruk yang ada di pelosok Indonesia.
ADVERTISEMENT
Memang ketertarikan kita adalah daerah yang belum berkembang. Kita tahu wilayah Timur ini punya potensi yang luar biasa tapi kesempatan atau peluang yang bisa didapatkan oleh perempuan di wilayah sana masih sangat minim. Sementara kita menganggap itu sebagai sebuah kesempatan untuk mewujudkan atau mengaplikasikan konsep sociopreneurship.
Selain itu, salah satu partner pada saat itu sedang bekerja di NTT dan asli dari sana, jadi punya sedikit keterikatan pada daerah tersebut. Setidaknya kita bisa mulai dari daerah yang dekat dengan kita walaupun tidak kenal.
Apakah ada sosok yang menginspirasi Anda dalam berkarier di industri kreatif kerajinan Indonesia?
Kalau dari awal, saya sendiri melihatnya dari masalah sosial yang muncul di masyarakat. Ketika kita menjalankannya, mulai berinteraksi dengan para pengrajin, kita mulai dari delapan perempuan di satu desa. Delapan perempuan ini lah yang menginspirasi sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Du Anyam bekerja sama dengan lebih dari 1,6 ribu ibu-ibu di pelosok desa. Salah satu yang membantu kita berproses hingga mencapai angka tersebut juga karena adanya local ambassador. Dari mulut ke mulut, perempuan di desa yang kita berdayakan akan mempromosikan ke penduduk lainnya untuk ikut bekerja sama dengan Du Anyam.
Apa yang membuat Anda yakin untuk bersama-sama mendirikan Du Anyam? Bisa dibagikan visi dan misi atau pilar yang sampai saat ini masih dijalankan?
Ada tiga pilar, yakni memberdayakan perempuan, meningkatkan kesejahteraan, dan mempromosikan budaya lokal. Fokus Du Anyam dari awal adalah perempuan karena kita percaya ketika perempuan itu berdaya, mereka akan menggunakan kemampuannya, menggunakan pendapatan yang dihasilkannya demi kepentingan anak-anak dan keluarga. Terutama dari segi nutrisi, pendidikan, dan juga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Kita percaya bahwa dengan meringankan perempuan, kita juga ikut memberdayakan keluarga dan anak-anaknya. Jadi, yang dilakukan Du Anyam adalah melihat masalah sosial ekonomi masyarakat tempat kita akan bekerja. Kemudian coba cari keterampilan yang dimiliki perempuan.
Secara holistik yang kita lakukan adalah melihat masalah sosial dahulu, lalu bagaimana cara mengatasinya melalui pemberdayaan perempuan dan memanfaatkan keterampilan yang mereka miliki. Lalu dari situ mereka bisa mendapatkan ekstra income untuk keluarga dan anak-anaknya. Baru kemudian uang yang didapatkan bisa peningkatan kesehatan gizi, nutrisi, dari berbagai aspek kehidupan.
Bagaimana cara Anda konsisten dalam mengembangkan Du Anyam yang telah berdiri sejak 2014? Apa yang memotivasi?
Sebagai social enterprise, jadi yang pertama adalah sisi sosialnya dulu. Kami rutin mengadakan seminar seputar kesehatan gizi sehingga ibu-ibu bisa mendapatkan informasi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, kami juga memberikan program beasiswa untuk anak-anak dan cucu para perempuan pengrajin kami. Hal ini juga didukung dengan ikut mengembangkan hard skill dan soft skill perempuan di Du Anyam.
Hard skill dari kemampuan menganyam. Sementara soft skill mengenai kemampuan para perempuan untuk dapat mengemukakan pendapat, berkarya, dan menumbuhkan rasa percaya diri dari dalam diri mereka.
Untuk bisa konsisten, Du Anyam pun selalu memperhatikan dari segi bisnis, yakni inovasi produk. Mulai dari desain produk yang sesuai permintaan pasar dan juga kualitas produk yang dikemas dengan cerita transparan.
Apa kesulitan yang dihadapi dalam mengembangkan Du Anyam? Khususnya sebagai perusahaan dengan misi memberdayakan pengrajin perempuan di Indonesia.
Di awal perjalanan, tantangannya terkait dengan bagaimana menumbuhkan rasa kepercayaan di antara pengrajin perempuan dan Du Anyam karena kita adalah organisasi baru yang masuk ke beberapa desa.
ADVERTISEMENT
Saat ini, tantangan yang dihadapi adalah dari riset dan pengembangan. Bagaimana kita berinovasi dari suatu keterampilan yang sangat tradisional yaitu menganyam dan dihubungkan ke lifestyle yang modern. Akhirnya, barang-barang ini bisa diapresiasi masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar di Indonesia, tapi juga di luar negeri.
Apa yang Anda dan para pengrajin perempuan lakukan sampai akhirnya bisa meluaskan pasar Du Anyam dengan ekspor ke luar negeri?
ADVERTISEMENT
Pasar di luar negeri memiliki taste atau permintaan yang berbeda-beda. Kita harus bangun reputasi dulu dengan melihat apa yang menjadi kekuatan kita, apa yang kita bawa. Dari segi desain, kualitas, dan sosial yang bisa kita berikan kepada pasar internasional.
Kemudian kita juga mempelajari pasar Eropa, Amerika Serikat dan Asia seperti apa karena berbeda-beda semua interest-nya. Sejak 2017, kita aktif mencoba untuk melakukan market testing. Dari situ kita mulai dapat feedback bahwa anyaman kita sangat unik.
ADVERTISEMENT
Jadi kita membawa warna baru ke pasar global terkait dengan anyaman motif segi enam atau motif kepitan dan ada ukiran tiga dimensinya di bagian luar anyaman. Respon sangat positif dari pasar. Dari situ yang memotivasi.
Tahun 2018, Du Anyam dipilih sebagai official merchandiser di acara besar kenegaraan Asian Games Indonesia, bagaimana prosesnya?
Du Anyam melihat acara internasional jadi ajang yang bisa mempromosikan produk Indonesia. Asian Games ini merupakan acara kenegaraan dan pastinya ada aspek unik yang harus ditampilkan. Sebagai tuan rumah, dari sisi merchandise kita harus bisa memperkenalkan kearifan lokal Indonesia agar orang-orang yang datang dan terlibat jadi mengenal budaya kita lebih dekat.
Di acara tersebut, kita tidak kenal siapa-siapa, tapi kita cari tahu sendiri ini siapa panitianya, kita lakukan pendekatan ke panitia dan menyampaikan bahwa kita harus berbeda sebagai tuan rumah. Ini jadi kesempatan kita untuk mempromosikan budaya ke mata internasional.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, tepatnya pada 2022, kita juga terlibat untuk pembuatan merchandise di acara besar kenegaraan G20 di Bali. Masih dengan konsep yang sama, acara tersebut memotivasi kami karena melibatkan banyak sekali pihak. Rangkaian acara dan acara utama G20 jadi salah satu kendaraan kita untuk bisa kembali memperkenalkan beragam budaya Indonesia.
Berkat kerja keras selama ini, Anda mendapat pengakuan dari Forbes sebagai salah satu dari ’30 under 30’ Social Entrepreneurs in Asia, apakah ada yang ingin disampaikan bagi perempuan yang ingin berkarier di industri kreatif seperti Anda?
Ini juga jadi salah satu penghargaan yang mungkin tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Pesan dan harapannya, terutama untuk perempuan-perempuan muda agar berani melakukan perubahan. Kalau kita mau melakukan perubahan, itu harus dari diri sendiri. Melihat dari potensi kita, kita mau untuk membagikan juga kemampuan yang dimiliki untuk banyak orang.
ADVERTISEMENT
Jadi, agar akhirnya bisa memberdayakan orang lain, kita harus bisa memberdayakan diri sendiri. Untuk perempuan di Indonesia maupun di luar, pesannya adalah harus mau terlibat dan setidaknya mulai terlibat dalam perubahan.
Anda bisa dibilang menjadi salah satu sosok Role Model dalam industri kreatif dan misi pemberdayaan perempuan. Bagaimana Anda ingin menginspirasi perempuan lebih jauh lagi?
Tentunya kalau dari perempuan sendiri, masih banyak asumsi atau bias terkait dengan keterbatasan yang dimiliki perempuan. Walaupun, semakin ke sini perempuan-perempuan ini semakin meningkat dari rasa kepercayaan dirinya, kemampuannya, dan semakin menyadari bahwa perempuan itu sebenarnya sama saja dengan laki-laki.
We have the same opportunity. Kesempatan itu baik dari pendidikan, pekerjaan, untuk sama-sama berhasil dan yang paling penting adalah sebagai seorang perempuan pastinya kita lebih memperhatikan keluarga dan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Tentunya, dengan adanya kebebasan untuk bisa mengatur pekerjaan dan keluarga itu satu hal kita sebagai perempuan perlu lebih apresiasi. Kita sebenarnya adalah multitasker yang sangat andal, mengerjakan banyak sekali hal dalam satu waktu.
Kita tetap bisa menunjukkan kemampuan kita bahwa kita bisa berhasil dalam pekerjaan, dalam keluarga dan itu menurutku modal yang paling penting bagi setiap perempuan. Penting untuk diingat bahwa semua perempuan memiliki kesempatan yang sama.
Bagaimana Anda memaknasi International Women’s Day yang dirayakan setiap 8 Maret?
Salah satu tema untuk IWD 2023 adalah “Embrace Equity.” Bagaimana Anda memaknai Equity atau keadilan bagi perempuan?
Keadilan untuk perempuan merupakan peran penting untuk menuju kesetaraan. Kita perlu memahami dan menghargai bahwa setiap perempuan memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda sehingga penting sekali untuk terus memotivasi dan mengembangkan diri untuk mencapai potensi keberhasilan yang ingin dituju.
ADVERTISEMENT
Menurut perspektif Anda, apakah tantangan yang dihadapi perempuan untuk mewujudkan kesetaraan?
Menurut saya, minimnya akses informasi kepada perempuan dan rasa kepercayaan diri akan potensi dan kemampuan yang dimiliki masih menjadi tantangan tersendiri bagi para perempuan untuk mencapai sebuah keberhasilan.
Mengapa dua isu untuk perempuan tadi penting bagi Anda?
Dua isu ini sangat penting karena perempuan yang selama ini kita berdayakan di Du Anyam mereka tinggal di daerah pelosok Indonesia di mana akses informasi sangat minim dan ibu-ibu mereka juga tidak memiliki rasa kepercayaan diri yang cukup atas keterampilan yang dimiliki.
Kami melihat adanya perubahan yang signifikan sejak delapan tahun terakhir melalui Du Anyam dalam mengembangkan potensi dan kemampuan dari para perempuan terutama dari keterampilan menganyam.
ADVERTISEMENT
Apa harapan Anda ke depannya untuk para perempuan di Indonesia maupun dunia di momen International Women’s Day ini?
ADVERTISEMENT
Pesan saya terus mengenal diri sendiri, mengasah keterampilan dan kemampuan yang dimiliki, dan libatkan diri untuk menciptakan dunia yang lebih beragam, adil, dan inklusif.