Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Role Model: CTO WomenWorks Fransiska PW Bicara Perempuan di Bidang Teknologi
8 Maret 2023 20:18 WIB
·
waktu baca 7 menit
Tanggal 8 Maret diperingati sebagai International Women's Day (Hari Perempuan Internasional). Ini menjadi salah satu momen penting untuk mendorong semangat para perempuan agar bisa sukses meraih hak-haknya di berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam karier.
Saat ini sudah banyak perempuan sukses yang menjabat sebagai pemimpin dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah Fransiska Putri Wina Hadiwidjana yang memangku jabatan sebagai Cofounder & Chief Technology Officer (CTO) WomenWorks. WomenWorks merupakan platform yang ditujukan untuk memberdayakan perempuan dengan meningkatkan pola pikir agar sukses dalam dunia kerja.
Perjalanan kariernya di dunia teknologi pun menginspirasi banyak orang. Sebab ia bisa membuktikan bahwa perempuan juga bisa sukses berkarier di bidang teknologi yang saat ini masih didominasi oleh laki-laki.
Nah, untuk tahu lebih lanjut mengenai sosok Fransiska, simak obrolan singkat kami dalam program Role Model kumparanWOMAN berikut ini.
Bisa ceritakan sedikit tentang background Anda? Apa yang membuat Anda menyukai bidang teknologi yang didominasi oleh laki-laki, khususnya di Indonesia?
Fransiska (F): Tertarik dengan dunia teknologi berawal dari hobi bermain game di komputer. Ingin terjun ke engineering sejak duduk di bangku SMA. Menurut saya kayak seru aja sih dunia teknologi. Jadi kayak ngerasanya main game aja. Waktu di SMA ada tim programming dan saya merasa tertantang karena bisa mengasah problem solving skill. Sampai akhirnya, setelah lulus kuliah saya memilih jurusan informatika di Institut Teknologi Bandung untuk memperluas wawasan di dunia teknologi. Saya juga mengikuti berbagai kompetisi dan program internship.
Apakah benar saat ini teknologi masih menjadi bidang yang didominasi laki-laki?
F: Sebenarnya tergantung dari industri teknologinya itu sendiri sih. Maksudnya kayak startup in general itu kayaknya masih dominasi laki laki. Contohnya saya sempat jadi Head of Engineering di Mamikos itu untuk engineering timnya paling kayak 10 persen perempuan waktu saya dulu. Terus pas kuliah informatika kayak perempuannya cuma 20 persen sebagai representatif aja sih gitu. Tapi saya rasa masalahnya bukan cuma di dunia kerja aja sih. Memang ini dari awal pas kuliah lebih banyak komposisi laki-laki dibanding perempuan di bidang teknologi.
Apa saja challenge yang Anda hadapi sebagai perempuan di teknologi? Dan bagaimana Anda mengatasi itu?
F: Menurut saya salah satu tantangan yang saya hadapi, saya baru sadar selama saya membangun berkarir itu saya enggak punya mentor perempuan. Sejak saya kuliah di tahun 2012-an, mentor saya semuanya laki-laki. Sejak itu saya merasa sebenarnya sangat penting punya mentor yang bisa relevan dengan kehidupan kita sebagai perempuan. Karena selama ini mentor saya laki-laki, saya jadi merasa ada sesuatu gap dan tidak ada yang benar-benar mengerti proses seperti apa yang saya jalani.
Kadang juga masih ada aja stigma sebagai perempuan yang berkarier di dunia teknologi. Misalnya pertama-tama join handle tim engineering yang mayoritas masih laki-laki, awal-awal saya rasa ada kayak mungkin pertanyaan dari banyak orang. Tapi intinya sih, stigma akan selalu ada di mana pun.
Intinya how we handle it aja sih. Selama kita bisa perform dan itu akan membuktikan semuanya. Jangan fokus terhadap stigma, tapi fokus untuk membuktikan dan itu juga akan mengubah stigma yang ada kedepannya menjadi lebih baik.
Apa yang membuat kamu enjoy menjalani karier di industri ini?
F: Saya sukanya engineering karena kerjaannya penuh dengan problem solving. Saya rasa semua orang yang terjun ke dunia engineering hanya fokus untuk mengatasi permasalahan itu daripada mikirin stigma yang ada. It's just such a fun things to works on.
Terus serunya lagi di dunia engineering itu kayak building something dan saya sangat menikmati proses membangun hal-hal dari nol gitu. Menurut saya computer science itu engineering yang paling demokratis, in a way karena cuma perlu laptop dan kamu bisa melakukan banyak hal.
Bisa ceritakan bagaimana awal mula karier Anda hingga akhirnya bisa menjabat sebagai Head of Engineering at Mamikos dan menjadi pendiri dari WomenWorks?
F: Awalnya saya bekerja di Bukalapak. Kemudian salah satu VP marketingnya itu mulai membangun Mamikos dan mengontak saya untuk join di Mamikos. Saat itu saya merasa tertarik karena itu sangat relevan banget waktu saya kuliah juga saya sempat ngekos. Jadi menurut saya itu bisa membantu mahasiswa menemukan kosan. Saya juga tertarik karena timnya very nice dan fun to work with. Jadinya saya ngerasa saya bisa berkontribusi untuk menciptakan tim yang lebih baik.
Kemudian untuk WomenWorks, intinya saya join on the first call gitu sih. Dari pertama kali dikontak sama teman yang sudah saya kenal sejak 10 tahun lalu, kemudian saya tertarik untuk join. Latar belakangnya karena saya menyadari betapa pentingnya punya mentor perempuan. Ini akan sangat membantu dan punya banyak manfaat untuk karier. Bisa membantu kita menavigasi dan mungkin just to relate apa yang sedang kita hadapi. Tanpa mentor kita akan figure out everything by ourself. Mentor juga sangat bagus untuk relasi dan itu bisa juga jadi human source, misalnya jadi sponsor.
Boleh diceritakan lebih jauh mengenai misi dari Women Works
F: Intinya visi dari WomenWorks to fill the world with bad-ass, connected, and financially-independent women, delivering impact on many fronts. Jadi intinya kita bisa sukses dengan mentoring, terutama bagi perempuan. Banyak hal-hal kecil yang kita hadapi mungkin akan lebih kompleks dibandingkan dengan rekan kita yang laki laki. Dengan mentorship kita juga bisa membuat dunia semakin lebih cepat untuk maju.
Mentorship is our first product. Harapannya perempuan juga bisa sehebat bahkan melebihi para laki-laki.
Menurut Anda, apa yang harus dimiliki oleh perempuan agar bisa berkembang dan percaya diri dalam berkarier? Terutama di bidang-bidang yang masih didominasi laki-laki
F: Pertama, having self confidence. Ketika kamu percaya dengan dirimu sendiri, itu pasti akan membuat orang lain sulit untuk menjatuhkan kita dan membuat kita merasa tidak percaya diri. Kemudian, find something that you are really passionate about and enjoy doing it.
Semakin tinggi pohon maka akan semakin kencang anginnya. Pasti akan ada saja orang yang meremehkan kita, tapi jangan sampai terpengaruh dengan hal itu. Jangan takut untuk untuk melakukan hal-hal yang kamu percaya karena ketika kita merasa aman dengan diri kita sendiri maka kita bisa bahagia dalam menjalani berbagai pekerjaan. Kalau kita sudah punya kepercayaan diri terhadap diri sendiri, kita tidak akan repot untuk minta validasi ekstra dari orang lain.
Penting juga untuk punya lingkungan yang suportif. Memang proses mengenal diri sendiri sangat panjang dan harus bisa menyeimbangkan jangan terlalu percaya diri sampai ke level halu.
Bisa dibilang saat ini Anda juga jadi salah satu perempuan yang jadi panutan atau role model di industri teknologi. Bagaimana Anda memandang hal itu?
F: Role model jadi term yang agak sensitif. Karena rasanya I’m still going there. Cuma I’m glad if I can help other, terutama female engineer di Indonesia. Saya sangat senang kalau saya bisa bantu banyak orang. Bisa membantu perempuan meyakini bahwa tidak ada hal yang bisa melimitasi kita untuk menjadi apa pun yang kita inginkan.
Tanggal 8 Maret setiap tahunnya dirayakan sebagai International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional. Bagaimana Anda memaknai hari peringatan ini dan seberapa penting merayakan IWD?
F: International Women's Day penting dirayakan karena ini baik untuk kehidupan perempuan. Untuk refleksi diri dan melihat sejarah perjalanan panjang para perempuan hingga akhirnya bisa sampai di titik seperti sekarang ini. Meskipun di dunia engineer, perempuan masih minoritas, tapi saat ini perempuan jauh lebih gampang berkarier.
It's a continuous process and keep pushing forward gitu. Sebagai perempuan kita harus bergandengan tangan untuk berkontribusi melanjutkan proses panjang ini. Karena kedepannya kita masih punya challenge, misalnya mengatasi gender gap atau bias terhadap perempuan. There is still a lot of fight for us to overcome and it's gonna take years.
Di momen International Women’s Day ini, apa harapan dan pesan Anda ke depannya untuk para perempuan di Indonesia maupun dunia?
F: Perempuan harus menyadari bahwa kamu tidak sendiri. Sudah banyak sosok perempuan sukses dalam karier, termasuk di dunia engineer.
Kamu juga harus percaya bahwa perempuan bisa melakukan hal apapun yang diinginkan. Sadari bahwa tidak ada hal yang bisa melimitasi kamu. Selama kamu punya kepercayaan pada dirimu sendiri, dan merasa aman dengan dirimu, kamu bisa mencapai segala hal yang kamu inginkan dan tentunya dengan kerja keras.