Role Model kumparanWOMAN: Elvira Lianita, Direktur PT HM Sampoerna Tbk

31 Mei 2021 12:11 WIB
·
waktu baca 6 menit
clock
Diperbarui 10 Maret 2022 12:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Elvira Lianita. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Elvira Lianita. Foto: Dok. Pribadi
Ramah dan murah senyum. Itulah kesan pertama kumparanWOMAN saat bertemu secara virtual dengan Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Elvira Lianita. Perempuan 47 tahun ini memulai kariernya di PT Philip Morris Indonesia (PMID) pada 2001 lalu. Ketika Sampoerna menjadi anak perusahaan dari PMID pada 2005, Elvira pun bergabung di Sampoerna.
Sebagai Direktur Sampoerna, Elvira mengemban tanggung jawab penting dalam fungsi urusan eksternal (External Affairs). Sebelumnya, ia pernah mengurusi bidang regulasi dan kebijakan fiskal, mempererat hubungan dengan para pemangku kepentingan dari tingkat regional hingga nasional di perusahaan.
Kepada kumparanWOMAN, anak terakhir dari enam bersaudara ini menceritakan tentang banyak hal. Termasuk pula perjalanan kariernya yang mampu bertahan lebih dari 20 tahun di Sampoerna. Ia berbagi cerita soal prinsip kepemimpinan yang dipegang teguh, termasuk pula soal kebijakan perusahaan dalam memberdayakan para karyawan perempuan dan mendukung kesetaraan di tempat kerja.
Simak perbincangan kumparanWOMAN dengan Elvira Lianita dalam rubrik Role Model kumparanWOMAN berikut ini.
Pandemi mengubah cara hidup masyarakat secara luas. Apa perubahan yang Anda rasakan saat pandemi, terutama sebagai seorang ibu bekerja?
Dengan adanya pandemi dari awal 2020 lalu, aktivitas profesional saya berpindah ke rumah. Tentu, ada dinamika dan tantangan yang berbeda. Masa penyesuaian adalah masa paling sulit, mulai dari koneksi hingga tidak ada interaksi tatap muka dengan stakeholders. Seperti ada sesuatu yang hilang.
Tapi saya punya mindset untuk melihat hal dari sisi positif. Saya jadi punya waktu banyak dengan anak-anak, melihat mereka dari hari ke hari. Selain itu, saya juga melakukan adaptasi dan belajar bekerja dari rumah, terutama dalam membangun koneksi yang positif meski hanya dari layar saja.
Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Elvira Lianita. Foto: Dok. Pribadi
Anda telah bergabung di PT HM Sampoerna Tbk dan PT Philip Morris Indonesia selama lebih dari dua dekade. Apa yang membuat Anda bisa bertahan bekerja di perusahaan yang sama dalam jangka waktu yang panjang.
Memulai karier sebagai penyiar radio dan di bidang perhotelan, terus terang karier saya dulu hanya bertahan dua sampai tiga tahun saja di satu tempat. Saat pertama kali saya bergabung di Philip Morris Indonesia (PMID) pada 2001 lalu, saya pun sempat berpikir hal yang sama, bahwa karier saya hanya akan bertahan tiga tahun di tempat ini.
Tapi ternyata saat bekerja di sini, kultur kerja yang dibina oleh Philip Morris dan Sampoerna sangat cocok dengan gaya bekerja saja. Di sini, yang diusung adalah kesetaraan dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua karyawan. Semua karyawan dihargai atas hasil kinerjanya, kepedulian terhadap individu juga sangat tinggi.
Saya lihat komitmen perusahaan dalam pengembangan karyawan sangat baik. Bisa dilihat dari program yang sangat terstruktur sehingga bisa belajar secara optimal dan kesempatan meraih jenjang karier lebih tinggi terbuka bagi siapapun. Itulah mengapa saya bertahan sampai lebih dari 20 tahun. Dari yang tadinya saya berencana pindah kerja di tahun ketiga, tapi justru ini menjadi keputusan dari jalan karier saya.
Saat ditawarkan menjabat sebagai direktur, pernahkah merasa ragu dalam menerima posisi penting tersebut? Beberapa survei memperlihatkan banyak perempuan yang kadang merasa ragu ketika ditawarkan posisi lebih tinggi.
Sebenarnya ragu itu adalah perasaan manusiawi. Saya rasa, laki-laki juga akan mempunyai perasaan yang sama ketika menerima posisi penting. Itu terjadi pada saya ketika menerima tanggung jawab baru yang belum pernah saya lakukan. Nah, cara yang saya lakukan untuk menerimanya adalah dengan melihat kekurangan diri saya. Dari situlah saya bisa belajar semaksimal mungkin untuk melengkapi kekurangan saya.
Menurut saya, rasa takut atau ragu di awal itu wajar. Tetapi, berhenti mempertanyakan diri kamu sendiri karena itu tidak akan pernah menyelesaikan apa yang harus kita selesaikan. Sebaiknya, kita harus mengidentifikasi hal yang harus kita lakukan untuk mengemban tanggung jawab baru.
Apa saja prinsip yang Anda pegang dalam memimpin perusahaan hingga saat ini?
Prinsip utama saya, perempuan dan laki-laki mempunyai kesetaraan yang sama dalam memberikan kontribusi terbaiknya. Kedua, sebagai pemimpin kita harus memiliki pandangan dan value terkait integritas, kejujuran, dedikasi tinggi dan punya komitmen untuk mengembangkan diri kita. Itu yang selalu saya terapkan pada diri sendiri dan saya juga sering berbagi inspirasi untuk anggota tim lainnya.
Bagaimana Anda melihat perusahaan mendorong pemberdayaan perempuan di tempat kerja?
Saya merasa beruntung bekerja di perusahaan yang sangat mendorong terjadinya kesetaraan dan menghargai adanya perbedaan. Saya tahu, hal itu bukan menjadi sesuatu yang dinikmati setiap orang di perusahaannya, tetapi saya cukup beruntung karena Sampoerna sangat mendukung kesetaraan dan perbedaan.
Selain itu, ada juga budaya untuk menyampaikan pendapat dari semua karyawan. Hal ini membuat mereka merasa dihargai dan saya merasa beruntung kerja di perusahaan di mana pengembangan karyawan dititikberatkan pada hasil kinerja, bukan pada senioritas. Tidak ada masalah senioritas di sini.
Seperti apa peran perusahaan dalam mendukung kesejahteraan karyawan perempuan?
Sampoerna melihat ada jarak yang cukup signifikan antara talenta perempuan maupun laki-laki. Sehingga saya berpikir bagaimana caranya agar jumlah karyawan perempuan setara dengan karyawan laki-laki dalam menduduki posisi penting di perusahaan.
Akhirnya, perusahaan mengambil langkah terstruktur untuk mengatasinya. Salah satunya adalah menyediakan daycare di lingkungan kantor yang dikhususkan untuk ibu bekerja dengan membawa anak. Sang anak bisa dititipkan sambil bermain, sedangkan ibu bisa bekerja dengan nyaman.
Kedua, Sampoerna sangat mendorong kesetaraan gender. Ketika ada posisi kosong yang harus diisi, kami memilih kandidat dengan jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan. Walaupun akhirnya, yang memenangkan kompetisi tersebut dilihat dari hasil tes kinerja yang dilakukan. Kami secara sadar melakukan langkah-langkah agar terjadi keseimbangan dalam proses tersebut.
Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Elvira Lianita. Foto: Dok. Pribadi
Pernahkah Anda mendapatkan stigma atau anggapan tertentu soal peran sebagai direktur perempuan?
Dari pertama kali berkarier, saya tidak pernah membedakan diri. Mungkin karena saya dibesarkan dalam keluarga, di mana saya tidak pernah dibedakan dengan saudara-saudara laki-laki saya. Saya punya kesempatan yang sama untuk meraih pendidikan dan dibebaskan untuk menentukan karier saya. Sehingga, ketika saya masuk ke lingkungan yang lebih besar lagi (perusahaan), saya tidak merasa berbeda dengan laki-laki.
Selain itu, perusahaan pun sangat mendorong kesetaraan gender dan buka kesempatan yang sama bagi individu yang berkontribusi mendorong kinerja perusahaan.
Di tengah kesibukan menjadi pemimpin perempuan, Anda juga berperan sebagai istri dan ibu di rumah. Bagaimana Anda menerapkan work life balance dalam kehidupan sehari-hari?
Saya menyebutnya work life integration. Jadi, bagaimana saya mengintegrasikan dunia profesional dan dunia personal. Tanggung jawab terhadap dunia profesional membutuhkan waktu yang panjang. Ketika ketika saya harus traveling atau sedang menyelesaikan krisis di perusahaan, saya harus memenuhi tanggung jawab saya sebagai karyawan dan pimpinan. Jadi, saya harus memberikan pemahaman kepada anak-anak saya.
Tetapi, ketika saya punya waktu luang saat bekerja, saya sering sekali pulang kerja jam 17.30 atau maksimal jam 18.00. Saya bukan tipe orang yang pulang tengah malam, saya ingin pulang ketika anak-anak saya sedang makan malam jadi masih bisa bertemu. Itu yang saya sebut sebagai work life integration.
Saya punya mindset, ketika saya mengerjakan sesuatu yang menjadi tanggung jawab saya, maka tidak ada beban dalam melakukan itu. Selain itu, kunci ketenangan diri saya adalah keluarga. Kedekatan saya dengan keluarga dan anak-anak yang memahami kesibukan saya merupakan suntikan semangat untuk saya, sehingga saya bisa bekerja lebih baik dan profesional.
Di sela-sela waktu istirahat, apakah Anda masih menjalani me-time? Seperti apa bentuk me-time yang Anda gemari saat ini?
Me-time saya membaca. Saya suka baca tokoh-tokoh inspiratif yang berhasil di bidangnya, mereka tidak hanya berbagi soal keberhasilan yang dilakukan tetapi juga kegagalan. Kedua, berhubung masih pandemi, saya dan anak-anak tidak bisa ke bioskop, jadi kami memilih untuk menonton film di rumah saja. Itu cara saya untuk lebih rileks.