Sebelum Lakukan Egg Freezing, Kenali Dulu Efek Samping dan Risikonya

20 Februari 2022 19:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi egg freezing. Foto: SmartBox/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi egg freezing. Foto: SmartBox/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Prosedur kesehatan egg freezing kian menjadi perbincangan belakangan ini. Maraknya pembahasan tentang pembekuan sel telur perempuan ini tidak terlepas dari pernyataan aktris Tanah Air, Luna Maya, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Luna Maya mengungkapkan bahwa dirinya telah melakukan egg freezing pada tahun 2021. Baginya, tindakan ini merupakan solusi atas menurunnya jumlah sel telur perempuan seiring bertambahnya usia.
Dalam video yang ia unggah ke kanal YouTube pribadinya, Luna menyatakan, “Ini adalah salah satu solusi terbaik buat perempuan-perempuan yang merasa khawatir. Karena bagaimanapun, perempuan itu, setiap bertambahnya umur, sel telur yang dihasilkan selalu berkurang.”
Egg freezing memang dapat menjadi alternatif bagi perempuan yang ingin menunda memiliki anak hingga usia tertentu. Beberapa perusahaan internasional bahkan memberikan proteksi asuransi egg freezing bagi karyawannya. Mengutip WebMD, beberapa perusahaan tersebut, yakni Facebook, Google, and Apple.
Meski demikian, bukan berarti egg freezing tidak memiliki risiko. Kepada kumparanWOMAN, dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Brawijaya Hospital Antasari, Jakarta Selatan, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, FFAG, mengatakan bahwa sama seperti tindakan medis lainnya, prosedur egg freezing juga memiliki potensi kegagalan.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa saja risiko atau efek samping di balik prosedur egg freezing. Berikut ini penjabarannya seperti kumparanWOMAN rangkum dari berbagai sumber.

1. Kegagalan stimulasi

Ilustrasi egg freezing. Foto: Elena Pavlovich/Shutterstock
Di tahap awal egg freezing, ada prosedur suntik stimulasi. Mengutip Mayo Clinic, digunakan hormon sintetis untuk merangsang indung telur menghasilkan banyak sel telur.
Dalam proses ini, dokter akan memantau kondisi pasien. Pasien juga akan menjalani tes darah untuk mengukur respons pasien terhadap obat perangsang ovarium. Setelah sekitar 10 hingga 14 hari, sel telur siap diambil.
Dinda pun mengatakan kegagalan tidak hanya terjadi saat pengambilan sel telur, tetapi juga ketika stimulasi.
“Gagal itu bukan saja pada saat ovum pick up, tetapi saat stimulasi, ada kemungkinan perempuan merespons atau tidak merespons terhadap obat-obat stimulasi. Mau dikasih berapa kali dosis, ada kemungkinan sel telur tidak akan membesar dan ini mungkin untuk terjadi,” ujar dalam wawancara khusus dengan kumparanWOMAN secara online, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT

2. Tidak menjamin keberhasilan kehamilan

Mengutip Mayo Clinic, egg freezing dapat memberikan harapan untuk kehamilan di masa depan, tetapi tidak ada jaminan keberhasilan.
Jika perempuan menggunakan sel telur yang sudah dibekukan untuk memiliki anak, ada risiko keguguran didasarkan pada usia perempuan saat menjalani egg freezing. Perempuan yang usianya lebih tua memiliki tingkat keguguran yang lebih tinggi, terutama karena memiliki sel telur yang lebih tua.
Dinda juga mengatakan bahwa egg freezing tidak menjamin kelahiran bayi tanpa kecacatan. Saat proses stimulasi, sel telur mungkin dapat berkembang dengan baik. Namun belum tentu sperma yang dikawinkan dengan sel telur dari hasil egg freezing berkualitas bagus.
“Tapi bisa jadi saat dikawinkan, belum tentu sperma yang bagus atau sel telur yang secara kromosom atau genetik itu dia bagus. Jadi itu nanti tidak menjamin saat menjadi bayi akhirnya menjadi embrio tidak ada kecacatan,” ungkap Dinda.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, mengutip Mayo Clinic, penelitian hingga saat ini belum menunjukkan peningkatan risiko cacat lahir pada bayi yang lahir dari sel telur yang dibekukan. Namun, penelitian lebih lanjut tetap diperlukan.

3. Kondisi yang berkaitan dengan obat kesuburan

Ilustrasi egg freezing. Foto: Mashmuh/Shutterstock
Saat melakukan egg freezing, pasien akan bersinggungan dengan obat-obat kesuburan, seperti hormon perangsang sel telur. Mengutip Mayo Clinic, meski jarang terjadi, penggunaan obat ini dapat menyebabkan ovarium bengkak dan nyeri setelah pengambilan sel telur.

4. Komplikasi saat pengambilan sel telur

Komplikasi juga dapat terjadi saat pengambilan sel telur dalam prosedur egg freezing. Mengutip Mayo Clinic, penggunaan jarum untuk mengambil telur bisa menyebabkan perdarahan, infeksi. Ini juga menyebabkan kerusakan pada usus, kandung kemih, atau pembuluh darah. Namun, komplikasi ini jarang terjadi.
ADVERTISEMENT