Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Dalam kebudayaan Jepang, ada banyak seni tradisional yang dilakukan oleh pelaku seni. Beberapa di antaranya adalah seni teater Kabuki, Bunraku, dan Geisha . Di antara semua itu, Geisha menjadi salah satu karakter khas dari Jepang yang dikenal luas.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, Geisha adalah perempuan yang dilatih untuk menghibur dengan berbagai macam keahlian yang dimilikinya. Misalnya saja, musik klasik Jepang, tarian, permainan untuk mencairkan suasana dan percakapan kepada para tamu pria.
Dalam bahasa Inggris, Geisha diartikan sebagai seniman atau performing artist. Sedangkan nama lain dari Geisha adalah Geiko yang biasanya menandakan Geisha dari wilayah barat Jepang. Geisha yang masih dilatih untuk melakukan pertunjukan disebut dengan Maiko.
Salah satu yang cukup menarik perhatian dari dulu tentang Geisha adalah riasan ikonis yang dikenakannya. Ya, Geisha identik dengan riasan wajah hingga leher berwarna putih dengan lipstik merah dan alis yang tipis serta rambut ditata ke belakang.
Riasan wajah para Geisha termasuk ke dalam riasan tradisional Jepang. Kunci utama riasan ini terletak pada alas bedak berwarna putih, lipstik merah, riasan mata dengan warna merah dan hitam serta alis tipis dan lancip.
ADVERTISEMENT
Asal mula riasan unik Geisha
Riasan tradisional yang unik ini awalnya muncul di China pada zaman Heian (749-1185 Masehi). Tidak mengherankan, karena pengaruh budaya China sangat kental di Jepang, termasuk pula tren kecantikannya.
Alasan Geisha mewarnai mukanya dengan warna putih adalah agar terlihat lebih jelas ketika disorot cahaya, terutama ketika mereka berada di atas panggung. Dulu saat belum ada listrik, Geisha tampil di panggung dengan diterangi oleh sinar lilin dan lampu minyak.
Warna putih yang dipulas ke wajah Geisha ini dulunya terbuat dari bubuk timbal berbahaya yang dicampurkan dengan tepung beras dan diaduk hingga berbentuk cat kental. Namun kini, hal itu sudah tidak dilakukan lagi.
Proses berdandan yang lama
Proses makeup dimulai dengan mengaplikasikan minyak bernama bintsuke-abura yang diikuti dengan pulasan cat wajah berwarna putih pada bagian wajah, leher hingga dada. Cat ini berupa bubuk pigmen yang dicampur dengan air dan diaplikasikan ke wajah menggunakan kuas bambu. Kini, bubuk putih yang digunakan tidak mengandung timbal dan tidak beracun seperti dulu.
ADVERTISEMENT
Setelah memulaskan wajah dengan cat putih, bagian selanjutnya adalah memulaskan lipstik. Dulu, riasan bibir yang dikenakan Geisha memiliki butiran-butiran gula yang telah mengkristal. Uniknya, hal ini memudahkan kita dalam mengidentifikasi pangkat Geisha.
Geisha atau Maiko tahun pertama hanya mewarnai bibirnya di bagian bawah. Sedangkan Geisha yang lebih senior akan mewarnai bibir bagian atas dan bawahnya dengan warna merah. Namun, bibir tidak diwarnai sepenuhnya, melainkan hanya setengah garis bibir untuk menciptakan ilusi bibir kecil seperti kuncup bunga.
Bagian terakhir dalam merias wajah Geisha adalah mewarnai gigi dengan campuran besi yang telah teroksidasi dan direndam di dalam campuran asam hingga berwarna hitam. Namun, hal ini hanya dilakukan pada zaman dulu. Saat ini, kebiasaan menghitamkan gigi ini tidak berlaku lagi dan hanya dilakukan oleh pemain kabuki dan Maiko pemula sebelum mereka menjadi Geisha.
Biasanya, Maiko atau Geisha tingkat pertama belum begitu mahir memulas wajahnya. Namun, setelah menjadi Geisha selama tiga tahun, mereka akan menjadi lebih terampil dalam memulaskan makeup sehingga terlihat lebih sempurna.
ADVERTISEMENT
Setelah seorang Geisha memasuki usia 30 tahun, ia tak perlu mengenakan riasan tradisional selama berjam-jam. Riasan ini hanya digunakan untuk acara formal atau pertunjukan khusus saja.