Sejarah Warna Biru Muda Ikonis Tiffany & Co

19 Mei 2019 12:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tiffany Blue Box dan desain advertising pada media sosial Tiffany & Co. Foto: dok. @tiffanyandco/ Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Tiffany Blue Box dan desain advertising pada media sosial Tiffany & Co. Foto: dok. @tiffanyandco/ Instagram
ADVERTISEMENT
Jika berbicara soal perhiasan, nama Tiffany & Co. sepertinya menjadi rumah perhiasan yang paling mudah diingat dalam pikiran. Selain karena perhiasan yang dijual memiliki kualitas tinggi dengan desain yang klasik, Tiffany juga mudah diingat karena warna brand-nya yang begitu khas. Yaitu warna biru yang telah menjadi ciri khasnya sejak 175 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Warna yang dikenal dengan sebutan Tiffany Blue itu dipilih sendiri oleh sang pendiri Charles Lewis Tiffany. Awalnya untuk digunakan sebagai warna sampul Blue Book, sebuah buku atau katalog tahunan yang berisi koleksi berbagai model perhiasan buatan tangan milik Tiffany yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1845.
Sebelum disebut sebagai Tiffany Blue, warna ini dulunya disebut sebagai warna biru dari telur burung American robin (robin’s egg blue) atau warna biru dari bunga forget-me-not (forget-me-not blue).
Blue Book milik Tiffany & Co. Foto: dok. Tiffany & Co.
Meski Charles tak mengungkapkan secara langsung apa alasannya memilih warna biru itu sebagai warna dasar Tiffany & Co., namun menurut Andrea Davey, wakil presiden senior pemasaran global di Tiffany & Co. Tiffany mulai menggunakan warna tersebut dalam display saat mereka mengikuti pameran World’s Fair di Paris pada awal tahun 1889.
ADVERTISEMENT
“Kehadiran warna tersebut di pameran dapat menunjukkan bahwa saat memasuki pergantian abad ke-19, warna biru itu sudah dikaitkan dengan Tiffany & Co.,” ungkap Andrea Davey seperti dikutip dari CNN.
Mengutip dari situs resmi Tiffany & Co., ada kemungkinan warna khas ini dipilih karena popularitas batu permata turquoise yang dijadikan perhiasan pada abad ke-19.
Di tahun 1800-an, turquoise merupakan batu permata baru di Amerika. Para penambang menemukan batuan mineral tersebut di Barat dan Barat Daya Amerika. Sejak saat itu, batu turquoise menjadi sangat populer dan permintaan pasar mulai meningkat di seluruh negeri. Seiring berjalannya waktu, harganya pun ikut menanjak.
DisplayTiffany & Co. di pameran World's Fair di Paris tahun 1889. Foto: dok. Tiffany & Co.
Batu ini pun kemudian menjadi salah satu favorit dari bangsa Victoria dan sering digunakan untuk memberi hadiah berupa bros berbentuk merpati bagi para pelayan sebagai kenang-kenangan di hari pernikahan mereka.
ADVERTISEMENT
Selain bangsa Victoria, orang Mesir kuno juga menggunakan batu turquoise dalam jimat dan perhiasan emas mereka. Sementara masyarakat Aztec menggunakannya sebagai topeng ritual.
Meski awalnya Tiffany tidak pernah menggunakan batu tersebut dalam koleksinya, namun batu permata turquoise cukup memiliki andil dalam penentuan pilihan warna brand pada waktu itu. Tiffany awalnya hanya menggunakan warna tersebut sebagai desain toko dan kotak untuk perhiasan berbentuk bros bunga anggrek yang kini dimiliki oleh Metropolitan Museum of Art di New York.
Namun tak disangka, warna yang awalnya hanya digunakan sebagai warna untuk sampul buku dan dekorasi itu ternyata kini berhasil menjadi identitas dari Tiffany & Co. yang dengan sempurna bisa mengisyaratkan kemewahan.
Warna yang menggambarkan kemewahan
ADVERTISEMENT
Menurut Vice President dari Pantone Color Institute, Laurie Pressman, 80 persen pengalaman hidup manusia dibagikan melalui mata. Maka dari itu, bentuk visual merupakan hal terpenting dalam menyampaikan pesan. Dan warna menjadi salah satu aspek penting dalam proses visualisasi.
Warna adalah penanda, sebuah hal yang menarik perhatian, dan tentu saja bisa membantu sebuah perusahaan untuk membangun identitas brand yang dapat melekat dalam kehidupan setiap orang.
Setiap warna memiliki pesan dan makna tersendiri. Apabila sudah memahami soal makna dan pesan yang disampaikan oleh setiap warna, semakin mudah pula seseorang bisa mengetahui kekuatan dari warna-warna tersebut.
Oleh karena itu, menentukan sebuah warna untuk brand atau produk merupakan momen terpenting bagi suatu perusahaan. Mereka harus memilih warna yang dapat merepresentasikan citra perusahaan dengan tepat.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, Tiffany & Co. berhasil menciptakan warna yang tidak hanya berhasil menarik perhatian dan membuat brand-nya mudah diingat, tetapi warna tersebut juga menjadi ikon dan bisa dijadikan sebagai referensi bagi salah satu shades warna biru.
“Tiffany telah mengubah warna khas mereka menjadi ikon dari elegan dan sophistication,” ungkap Laurie Pressman seperti dikutip dari situs resmi Pantone Color Institute.
Kotak perhiasan Tiffany & Co. di Metropolitan Museum of Art New York. Foto: dok. Metropolitan Museum of Art
Pada tahun 1998, Tiffany & Co. akhirnya mematenkan warna merek dagangnya. Tiga tahun kemudian, Tiffany bermitra dengan Pantone untuk memperkuat rona warna 1837 Blue yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Tiffany Blue. Kode warna 1837 Blue itu dipilih sesuai dengan tahun didirikannya Tiffany & Co..
“Kami pertama kali bekerja sama dengan Tiffany di tahun 2001 ketika mereka menghubungi kami untuk menstandarisasi warna ikonis mereka. Tujuannya untuk memastikan dimanapun Anda berada, tidak peduli dengan medium apa warna tersebut dibuat, warna tersebut akan mudah untuk dikenali,” jelas Laurie.
ADVERTISEMENT
Setelah menjadi bagian dari display, Tiffany Blue kemudian digunakan untuk warna pada tas belanja dan kotak perhiasan, serta dalam iklan dan bahan promosi lainnya. Menurut laporan dari The New York Sun pada tahun 1906, Tiffany Blue Box atau kotak perhiasan khas dari Tiffany berhasil menjadi ikon kemewahan dan eksklusivitas. Warna Tiffany Blue memberikan kesan yang sejuk dan segar, menunjukkan semangat dan pelarian. Secara instan siapapun yang melihat akan dibawa ke dunia yang penuh dengan kemewahan dan kegembiraan. Sangat sesuai dengan perhiasan-perhiasan yang ditawarkan oleh Tiffany & Co., mewah dan berkelas.
Menurut Andrea Davey, kotak tersebut menjadi kotak yang paling diakui, dikagumi, dan dicintai di seluruh dunia. Bahkan agensi iklan di New York, AdWeek, pernah mencatat bahwa kotak biru itu menjadi sebuah wadah ritel yang paling dikenal dan paling diinginkan dalam sejarah.
Butiran berlian cantik dipadu dengan batu tanzanite biru. Foto: dok. Stephanie Elia/kumparan
Karena itu, selama bertahun-tahun Tiffany sudah tidak perlu memperbarui strategi brandingnya untuk mempertahankan daya tariknya. “Kami berada dalam posisi yang langka dan patut ditiru, bahwa konsumen mengenali merek hanya dengan melihat warna - bahkan tanpa identitas lain,” ungkap Andrea Davey.
ADVERTISEMENT
Selain karena warna, Tiffany juga memastikan apapun yang mereka jual memiliki ikatan pribadi bagi pembeli dan sangat eksklusif. Tiffany bahkan tidak akan pernah menjual kotak perhiasan berwarna Tiffany Blue atau yang sekarang dikenal dengan Tiffany Blue Box secara terpisah. Tidak peduli seberapa besar uang yang dibayarkan, kotak tersebut hanya boleh keluar dari toko apabila pembeli membeli salah satu produk dari Tiffany & Co. Itu sudah menjadi aturan tetap dari sang pendiri yang sangat tidak boleh dilanggar.
Tidak ada warna merek dagang lainnya yang bisa memiliki kaitan yang begitu erat dengan brand-nya. Tiffany Blue merupakan sebuah warna yang lembut dan feminin yang bisa memberikan efek menyenangkan dan perasaan yang light.
Meskipun banyak perusahaan yang telah berhasil mengadaptasi objek dan simbol untuk brand mereka, namun tidak ada yang mengklaim sesuatu secara spesifik seperti Tiffany mengklaim warna 1837 Blue. Warna tersebut merupakan sebuah paradoks yang selaras sempurna dengan apa yang dijual oleh Tiffany, berbagai perhiasan berkualitas tinggi, mewah, elegan, dan penuh cinta.
ADVERTISEMENT