Sekitar 120 Miliar Unit Produk Kosmetik Global Limbahnya Tak Didaur Ulang

4 November 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi limbah produk kosmetik. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi limbah produk kosmetik. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Produk kecantikan memang menjadi salah satu kebutuhan primer banyak orang di masa ini. Bagi beberapa orang, membeli minimal satu produk kecantikan setiap bulan telah menjadi rutinitas yang wajar.
ADVERTISEMENT
Sementara dari fenomena itu, masih banyak yang tidak tahu bahwa rangkaian produk perawatan pribadi itu bisa menjadi limbah yang mencemari lingkungan karena tak bisa terurai secara alami. Mayoritas kemasan produk tersebut harus melewati proses daur ulang agar limbahnya tidak mencemari bumi.
Keberadaan limbah produk kosmetik sangat mengancam bumi, pasalnya menurut laporan lembaga filantropi asal Australia, Minderoo Foundation, ada sekitar 120 miliar unit produk kosmetik global yang sebagian besar limbahnya tidak didaur ulang.
Kenyataan ini tentu sangat mengkhawatirkan karena akan semakin memperburuk kondisi lingkungan setiap harinya. Ditambah lagi adanya fakta bahwa banyak produk kosmetik yang mengandung zat-zat kimia yang bersifat merusak lingkungan.

Grant Thornton dukung keberlanjutan lingkungan lewat kampanye #WhatRemains

Ilustrasi produk skin care. Foto: Shutter Stock
Perusahaan yang bergerak di bidang akuntan publik, Grant Thornton Indonesia juga menjadi salah satu pihak yang peduli akan isu keberlanjutan lingkungan. Untuk itu, Grant Thornton melalui kegiatan CSR-nya menggalakkan kampanye bertajuk #WhatRemains untuk mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam melakukan konsumsi harian, terutama yang terkait dengan produk perawatan pribadi dan kecantikan.
ADVERTISEMENT
Head of Support Services Grant Thornton Indonesia, Mul Halimwidjaya, menyebut bahwa inisiatif #WhatRemains juga akan berfokus pada pengelolaan limbah produk kosmetik dengan mitra yang terpercaya, Kertabumi Recycling Center.
“Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan CSR Day 2024, kami mendorong partisipasi aktif dari teman-teman karyawan Grant Thornton Indonesia, yaitu GT-Zens dengan aktivitas pengumpulan kemasan produk kecantikan dan perawatan kulit yang akan dikelola bersama mitra kolaboratif kami,” ujar Mul dalam sesi peluncuran kampanye #WhatRemains yang dilakukan secara daring pada Selasa (29/10).
Rangkaian acara kegiatan CSR Day 2024 ini akan berlangsung selama satu bulan di mana masyarakat bisa ikut berpartisipasi mengumpulkan limbah kosmetik yang akan dikelola oleh Grant Thornton. Bila tertarik, kamu bisa mencari tahu informasi lebih lanjut di laman media sosial Grant Thornton, ya.
ADVERTISEMENT

Perempuan lebih peduli terhadap isu lingkungan

Ilustrasi mengirim sampah skin care ke bank sampah. Foto: Shutter Stock
Salah satu rangkaian acara CSR Day 2024 ini adalah talkshow dengan topik pentingnya konsumsi bijak dan pengelolaan limbah bersama Jessica Halim, yakni Co-Founder Demibumi yang merupakan brand yang bergerak di bidang sustainable living dan juga Santi Novianti, Co-Founder & PR Director Kertabumi, yaitu layanan pengelolaan limbah.
Di momen itu, Jessica menyoroti pentingnya kebiasaan ramah lingkungan yang seharusnya sudah terbangun dari rumah namun sering kali terabaikan. Menurutnya, sangat penting bagi seluruh anggota keluarga untuk terlibat dan konsisten mengedepankan pengelolaan sampah domestik.
“Saya punya lima tempat sampah khusus di rumah untuk memilah jenis sampah berbeda. Sistem ini butuh komitmen tinggi, dan salah satu tantangan utamanya adalah memastikan keluarga tetap konsisten. Ini bukanlah perkara mudah, namun dengan adanya kesadaran dan toleransi, kebiasaan ini lama-kelamaan bisa menjadi hal alami,” tutur Jessica.
ADVERTISEMENT
Kerja sama dalam pengelolaan sampah rumah tangga secara konsisten memang sangat dibutuhkan. Namun menurut Santi, perempuan memang cenderung lebih peduli dengan isu lingkungan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari mereka.
“Memang tidak ada perbedaan besar antara laki-laki dan perempuan dalam kesadaran lingkungan, tapi perempuan itu memang cenderung lebih peduli terhadap sampah rumah tangga sehari-hari,” pungkas Santi.
Nah, kebiasaan kecil para perempuan yang melek dengan isu keberlanjutan ini sangat penting untuk didukung dari sekitarnya. Caranya, tentu dengan saling berkolaborasi untuk mulai mengelola limbah rumah tangga dan menerapkan konsumsi sehari-hari secara lebih bijak.