Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0

Ada yang istimewa dengan Paris Fashion Week musim gugur/dingin 2025 kali ini. Tiga rumah mode memperagakan koleksinya di bawah arahan direktur kreatif yang baru. Givenchy oleh Sarah Burton, desainer yang tadinya membawahi Alexander McQueen. Desainer Haider Ackermann memimpin Tom Ford serta Dries Van Noten dengan debut koleksi Julian Klausner.
Kali ini juga merupakan show Stella McCartney pertama setelah dirinya membeli kembali saham rumah modenya dari grup LVMH. Sedang direktur kreatif Pieter Mulier membawa brand Alaïa untuk pertama kalinya masuk ke dalam jadwal peragaan busana siap pakai Paris. Momen-momen mode yang menggairahkan!
Givenchy
Untung baginya dapat menemukan arsip pola-pola jahitan milik Hubert de Givenchy dengan cap 1952, tahun di mana rumah mode Givenchy berdiri.
Irama koleksinya menitikberatkan pada penjahitan, menggabungkan teknik yang maskulin ke dalam bentuk yang feminin. Bodysuit hadir dengan detail lipatan pada leher dan bahu yang menggembung.
Setelan dengan siluet kepompong merajalela dengan ketepatan jahitan yang penuh perhitungan. Gaun kemben kuning menyala yang terbuat dari 140 meter bahan tulle menutup show dengan romantisme yang berani.
Tom Ford
Tom Ford dan Haider Ackermann, kedua-duanya dikenal sebagai perancang mode yang membawa sensualitas dalam karya-karyanya. “Dia adalah kehidupan malam, aku adalah pagi setelahnya,” begitu Ackermann menjelaskan perbedaan dirinya dengan Tom Ford yang menjadi inspirasi utama koleksi perdana ini. Baginya sensualitas adalah perasaan akan keindahan.
Ini ia tuangkan lewat tampilan androgini dengan bibir merah menyala. Gaun-gaun warna pastel dengan garis bersih dan belahan terbuka.
Bahan kulit bermotif yang sangat Tom Ford banyak dihadirkan lewat atasan blus hingga gaun mantel merah terang. Peragaan ini mengalir seperti sebuah cerita, dengan kepercayaan diri seorang perancang yang tak perlu membuat puncak di tiap tampilan.
Dries Van Noten
Dries Van Noten pensiun tahun lalu setelah membangun namanya sejak 1986. Klausner yang bekerja di bawah kepemimpinan Dries enam tahun belakangan ini tahu kekuatan label ini adalah tentang keharmonian motif cetak, tekstur dan sulam.
Bertempat di Opera Garnier, Klausner menghidupkan kembali instingmodenya di masa kecil, bermain-main dengan kain, menyampirkannya ke dalam tubuh model, membentuk berbagai siluet. Muncullah gaun asimetris dan atasan halter yang sesekali dipadu dengan setelan jas dan celana yang maskulin.
Stella McCartney
Seiring kepemilikan saham yang kini kembali ke pangkuannya, Stella McCartney membuat peragaan dengan dekor ruangan kantor yang lengkap dengan kursi kerja, meja komputer, dan tiang tarian! Laptop to Lapdance, begitulah judul koleksi.
Diawali bunyi printer dan kegaduhan kantor, model bergaun jas dengan sepatu boot di atas paha yang berkilau jadi pembuka. Koleksi ini nyata-nyata terinspirasi dan ditujukan untuk wanita bekerja, dengan kesibukan siang dan malamnya.
Jas-jas berkancing ganda diselilingi gaun-gaun pendek dengan bahu pamer kekuatan. Konsisten dengan ikrar sustainability, semua bahan versi kulit ular piton dan burung unta yang mengesankan dibuat dari kulit alternatif miselium.
Alaïa
Tubuhmu adalah milikmu. Itulah pesan yang disampaikan desainer Pieter Mulier dalam peragaan koleksi siap pakai musim panas dan gugur 2025 (bukan gugur/dingin seperti label-label yang lain). Menurutnya, koleksi Alaïa ini dimulai dengan pemikiran tentang sejarah, geografi, seni pahat, dan selalu tentang wanita.
Show digelar di studio Alaïa dengan serangkaian kepala monolitik dari tanah liat karya seniman Belanda kontemporer Mark Manders. Mulier terinspirasi dengan ide Manders mengenai segala yang non-linear, baik dalam tempat maupun waktu.
Ia pun lalu menerjemahkan koleksi yang menjunjung individualitas yang di saat bersamaan sangat universal ini. Bodysuit dengan rok lipit yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, berbagai rompi dengan detail volume tiga dimensi, gaun-gaun dengan potongan di perut, dan bawahan menyerupai jamur. Sesuatu yang aneh sekaligus akrab di mata.
Penulis: Rifina Marie