Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
#SHEMOVES: Cara Influencer Andrea Gunawan Atasi Kegagalan dalam Karier
19 Maret 2020 13:20 WIB
Diperbarui 20 Maret 2020 11:20 WIB
ADVERTISEMENT
Bagi Anda yang aktif bermain media sosial tentu akrab dengan influencer Andrea Gunawan atau yang lebih dikenal dengan nama akun Instagramnya, @catwomanizer. Selain menjadi influencer, perempuan 30 tahun ini juga menjalani profesi sebagai Image Consultant dan Dating Coach serta Sexual Health Activist. Oleh karena itu, tak heran jika di media sosial ia kerap membahas seputar cinta, hubungan asmara, dan seks.
ADVERTISEMENT
Namun sebagian dari Anda mungkin tidak banyak yang tahu bahwa sebelum menjadi influencer, Andrea dulunya pernah menjalani karier di dunia profesional. Ia pernah menjalani karier sebagai account executive di sebuah televisi swasta, menjadi head of partnership & content, hingga Image Consultant & Dating Coach di sebuah perusahaan kencan online.
Setelah kurang lebih lima tahun bergelut di industri profesional, perjalanan karier Andrea tidak selalu berjalan dengan mulus. Ia pun pernah mengalami kegagalan, yaitu dipecat dari perusahaan yang menaunginya.
Bagi Andrea, dipecat merupakan sebuah kejadian yang tak bisa ia kontrol. Jadi meski sempat merasa down, ia tetap harus bangkit dan melanjutkan perjalanan. “Dipecat itu merupakan sebuah hal yang tidak bisa saya kontrol. Tapi ada hal lain yang bisa saya kontrol, yaitu perjalanan saya selanjutnya. Mulai dari saya mau jadi apa dan mau melakukan apa, itu semua bisa saya tentukan sendiri. Karena menurut saya, daripada stres dan pusing lebih baik saya mencari hal lain,” tutur Andrea Gunawan kepada kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana cara Andrea menghadapi kegagalan, tantangan apa saja yang ia lalui selama bekerja secara independen, dan seberapa penting peran personal branding dalam perjalanan kariernya. Simak obrolan singkat kumparanWOMAN bersama Andrea Gunawan dalam program #SHEMOVES berikut ini.
Memulai karier sebagai Account Executive dan tidak memiliki background di dunia psikologi atau percintaan, bagaimana awal mula Andrea aktif membicarakan soal relationship dan seks? Boleh diceritakan dari awal.
Simply karena di Indonesia masih sangat patriarki. Banyak yang menganggap kalau perempuan sudah menyerahkan segalanya ke pasangan termasuk dalam hal seksual, itu seperti dijadikan jaminan kalau pasangan kita enggak akan meninggalkan kita. Padahal kan itu bukan jaminan, oleh karena itu saya ingin supaya orang-orang lebih melek soal healthy dan toxic relationship.
ADVERTISEMENT
Dulu Andrea pernah dipecat dari perusahaan. Bagaimana peristiwa tersebut mempengaruhi Andrea dalam berkarier?
Saya dulu dipecat pada Desember 2017. Dipecat itu merupakan sebuah hal yang tidak bisa saya kontrol. Tapi ada hal lain yang bisa saya kontrol, yaitu perjalanan saya selanjutnya. Mulai dari saya mau jadi apa dan mau melakukan apa, itu semua bisa saya tentukan sendiri. Karena menurut saya, daripada stres dan pusing lebih baik saya mencari hal lain.
Setelah dipecat itu saya berusaha mencari pekerjaan lagi sampai awal 2018 tapi tidak bisa menemukan yang cocok. Akhirnya saya memutuskan untuk bekerja sendiri, I will do my own things.
Pada saat itu pilihannya yang paling mudah ya mencari uang dari Instagram, makanya saya memilih jadi influencer. Awalnya ya tentu enggak langsung besar. Saya benar-benar mulai dari nol dengan menerima endorse kecil-kecilan di Instagram. Tapi saya memang sangat determine untuk menghasilkan uang dari Instagram, jadi ya semua harus saya jalani.
Saat ini di profil Andrea tertulis beberapa profesi, yaitu Independent Image Consultant & Date Coach dan Sexual Health Activist. Boleh dijelaskan soal peran Anda?
ADVERTISEMENT
Selain menjadi influencer, saya juga menjadi Independent Image Consultant & Dating Coach. Peran saya adalah membantu mereka yang mau memberikan kesan baik saat kencan dan melamar pekerjaan. Karena selama ini menurut saya belum banyak orang yang tahu bagaimana cara membawa dirinya sendiri, mulai dari segi penampilan hingga komunikasi. Jadi saya mengedukasi mereka seputar hal itu. Dulu saya sempat membuka privat khusus untuk profesi ini, tapi sekarang sudah enggak.
Kemudian sebagai Sexual Health Activist, saya lebih ingin mendorong banyak orang untuk bisa berperilaku seksual secara bertanggung jawab. Selain itu juga karena di Indonesia masih sangat patriarki. Saya ingin orang-orang, terutama perempuan, tahu bahwa melakukan hubungan seksual itu karena mereka benar-benar sudah siap dan karena pilihannya sendiri, bukan sebagai jaminan pada pasangan agar mereka tidak ditinggal.
ADVERTISEMENT
Andrea juga kerap membuka sesi diskusi dengan judul Real Talk by Andrea. Apakah ini juga jadi salah satu bisnis baru? Boleh diceritakan soal latar belakang berdirinya Real Talk by Andrea dan peran yang Anda lakukan?
Jadi Real Talk by Andrea ini adalah sebuah platform yang tujuannya adalah discuss, support, dan empower. Sistemnya adalah saya akan sharing bersama dengan followers saya mengenai satu topik dari berbagai perspektif.
Kemudian dari hasil diskusi dan sharing itu kami saling memberikan dukungan. Misalnya saya bicara soal selingkuh, yang ikut berdiskusi dan sharing dengan saya tidak hanya yang diselingkuhi saja. Tapi juga mereka yang selingkuh, atau jadi selingkuhan, dan ada juga anak-anak yang jadi korban perselingkuhan orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Jadi tujuan saya membuat ini adalah supaya kita bisa saling support dan membicarakan banyak hal dari berbagai perspektif. Tidak ada yang judging, melainkan kami saling menguatkan satu sama lain. Saya juga tidak hanya bahas soal relationship dan seks saja, tapi juga finansial dan beberapa topik lain.
Tidak memiliki latar belakang di bidang psikologi dan financial, bagaimana cara Anda meyakinkan follower soal topik yang sedang dibahas?
Jadi untuk melakukan ini saya banyak bekerja sama dengan perusahaan, saya juga punya banyak rekan dokter dan psikolog yang membantu kalau mau bahas soal psikologi atau biologis, kemudian saya juga banyak baca dan dialog dengan ahli dan NGO. Seperti NGO Linkages yang selalu mendorong saya untuk bikin topik pemeriksaan kesehatan reproduksi terkait HIV.
ADVERTISEMENT
Biasanya kalau kerja sama dengan perusahaan finance atau asuransi, mereka akan memberikan sponsor dan meminta saya membahas topik yang sesuai dengan kampanye mereka, tetapi juga tetap bermanfaat buat saya dan pengikut saya juga. Mereka juga memberikan pelatihan untuk saya.
Misalnya saya waktu itu bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia, saya jadi belajar dan dilatih soal saham dan keuangan, biar saya juga bisa mengajak pengikut saya untuk melek dengan pengetahuan seputar saham dan investasi, tahu juga soal menabung saham itu apa dan kenapa penting menabung saham demi dana pensiun meskipun kita masih berusia 20-an.
Selama membangun karier secara independen, apa saja tantangan yang Anda hadapi?
Dulu waktu awal-awal saya memang belum punya kemampuan mengatur keuangan dan tidak punya tabungan. Karena dipecat, jadi saya harus bertahan hidup dengan gaji bulan itu saja. Lalu saat itu saya juga masih punya utang kartu kredit. Itu sudah jadi tantangan tersendiri. Tapi semua hal itu adalah hal yang tidak bisa saya kontrol.
ADVERTISEMENT
Jadi untuk mengembalikan kontrol atas diri saya sendiri, saya berusaha untuk fokus dengan apa yang saya bisa dan determine untuk bisa menghasilkan uang dari Instagram. Untungnya saya sejak dulu sudah terbiasa mencari uang dari media sosial karena sebelum main di Instagram, saya dulu sudah jadi buzzer sejak lama di Twitter. Dengan begitu, saya di bulan kedua sudah dapat uang sekitar Rp 3.5 jutaan dari Instagram. Itu sudah sangat membantu sekali.
Sebagai pekerja independen, seberapa penting personal branding dalam karier Anda?
Tentu saja personal branding sangat penting bagi saya. Sebab lewat personal branding itu orang bisa mengenal saya tanpa harus tahu banyak hal tentang saya. Pencitraan tentu ada, tapi tidak berlebihan.
ADVERTISEMENT
Secara personal branding, saya sendiri ingin terlihat mahal tanpa harus pakai barang mahal. Jadi saya ingin menunjukkan pada followers kalau memang ingin tampil classy ya mereka bisa saja tanpa harus memakai barang-barang yang mahal tentunya. Tinggal mix and match saja busana yang dimiliki, tidak peduli brand-nya apa. Karena kalau kita percaya diri, orang juga tidak akan meragukan penampilan kita atau citra diri kita sendiri.