Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Sosok di Balik Alunjiva, Organisasi Sosial yang Berdayakan 55 Ribu Disabilitas
5 Mei 2025 11:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
Dukungan terhadap penyandang disabilitas semakin masif dilakukan. Tak hanya melalui pemerintah maupun swasta, berbagai gerakan pemberdayaan pun dihadirkan lewat inisiatif kelompok.
Alunjiva adalah salah satunya. Dibangun dengan sebuah misi untuk memberdayakan penyandang disabilitas dan kelompok marjinal, Alunjiva telah menjangkau 55 ribu penerima manfaat di lebih dari 100 kota/kabupaten se-Indonesia.
Melalui serangkaian kegiatan, Alunjiva menghadirkan pelatihan keterampilan, pengembangan UMKM yang inklusif, hingga kampanye advokasi untuk membuka ruang partisipasi yang setara.
Gerakan ini tentu tidak terjadi begitu saja. Alunjiva pertama kali diinisiasi oleh Nicky Clara. Dengan semangatnya memberdayakan teman disabilitas, perempuan yang juga menjadi salah satu mentor dalam program Every U Does Good Heroes gagasan Unilever Indonesia ini seolah jadi gambaran Kartini Masa Kini.
“Aku berpikir bahwa semua perempuan mampu berdaya, tapi bukan dalam arti mendominasi atau mengambil hak kaum laki-laki. (Pemberdayaan) ini adalah bagaimana caranya kita bisa berjalan berdampingan tanpa adanya bias antara hak laki-laki dan perempuan,” kata Nicky.
Ia pun mengaku, titik baliknya membangun Alunjiva justru hadir dari ucapan sang ibu. Ketika itu, Nicky yang masih bekerja di perusahaan multinasional memutuskan untuk ‘banting setir’ dan terjun ke dunia social enterprise usai menyelesaikan pendidikan S2.
“Titik balik aku adalah saat mamahku tanya ‘apa yang mau kamu lakukan untuk teman-teman disabilitas di Indonesia?’ dari situ aku akhirnya kepikiran buat bikin Tenoon pada 2017. Jadi awalnya bukan Alunjiva dulu, ada Tenoon di 2017, Berdaya Bareng di 2019, Seraya di 2021, baru Alunjiva di 2022,” kata Nicky saat diwawancara kumparan, Jumat (25/4).
Berfokus pada kesehatan mental, Alunjiva mengajak masyarakat marjinal dan penyandang disabilitas untuk menyadari pentingnya peningkatan kapasitas diri. Karena itulah, Alunjiva giat memberikan edukasi untuk mengasah soft skill dan hard skill para anggota komunitas.
Tak hanya itu, social enterprise yang berhasil mengantarkan lebih dari 200 teman disabilitas ke ranah profesional ini juga memiliki ragam pelatihan keterampilan, baik secara online maupun tatap muka.
Salah satunya adalah program Difablepreneur untuk Perempuan Indonesia Inklusif yang bekerja sama dengan berbagai perusahaan. Dalam pelatihan ini, sebanyak 20 peserta perempuan disabilitas mengikuti arahan berwirausaha selama 3 hari secara online.
Mereka juga diberikan modul pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan strategi usaha yang dibarengi dengan materi mengenai pentingnya kesehatan mental usaha, pemahaman bisnis, optimalisasi media media, desain dan media sosial usaha, teknik foto media sosial, legal usaha, literasi keuangan, dan branding produk.
Nicky menyadari, tidak semua teman disabilitas punya kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi mereka. Melalui pelatihan-pelatihan yang ada di Alunjiva, Nicky berharap ia dapat menjangkau lebih banyak komunitas disabilitas untuk sama-sama menemukan solusi atas permasalahan yang sedang mereka hadapi.
“Walaupun sudah riset, aku selalu bilang (ke tim) jangan pernah merasa bahwa kita tahu segalanya. Masalah datang dari komunitas dan solusinya pasti dari komunitas pula. Nah, peran Alunjiva adalah bagaimana membuat program yang tepat sasaran, sehingga (program tersebut) bisa berkelanjutan dan menciptakan peluang ekonomi di masyarakat,” ungkap Nicky.
Ia melanjutkan, program-program yang ada di Alunjiva berupa pelatihan kemampuan digital, wirausaha, barista, dan keterampilan-keterampilan lain terkait soft skill.
“Alunjiva juga mengadakan pameran wirausaha untuk teman-teman disabilitas, sehingga mereka punya kesempatan untuk mengenalkan produk-produk unggulan ke masyarakat yang lebih luas,” tambah Nicky.
Melalui Setara Berdaya, Nicky Clara Gandeng Penyandang Disabilitas, Perempuan, dan Pemuda
Tak hanya Alunjiva, Nicky juga telah membangun Setara Berdaya Group –sebuah ekosistem yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan kapabilitas untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Saat ini, Setara Berdaya Group membawahi 6 ekosistem lain, di antaranya Tenoon, Berdaya Bareng, Seraya, Alunjiva, Setara Entertainment, dan Sama Consulting. Keenamnya menerapkan konsep Pentahelix Collaboration atau model kolaborasi yang melibatkan pemerintah, akademisi, sektor privat, komunitas, dan media.
Dengan kolaborasi bersama kelima sektor tersebut, Setara Berdaya terus mengupayakan dampak berkelanjutan di masyarakat.
“Jadi Alunjiva ini merupakan bagian dari Setara Berdaya Group. Kami fokus pada Pentahelix Collaboration untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan, khususnya di bidang ekonomi, pendidikan, dan keterampilan kerja,” ucap Nicky.
Kemensos RI, British Embassy Jakarta, Unilever Indonesia, dan puluhan lembaga serta perusahaan lainnya telah menjadi partner Setara Berdaya. Hingga 2025, Setara Berdaya juga telah menjangkau 62,450 penerima manfaat di seluruh Indonesia.
Bersama Setara Berdaya, Nicky dan tim akan terus melanjutkan perjuangan ini. Karena menurutnya, perempuan yang berdaya adalah mereka yang bisa berdiri di kaki sendiri, entah itu di bidang pendidikan, pekerjaan, maupun bidang lainnya.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio