Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Sphere 2022, Fashion Show LaSalle College yang Gabungkan 3 Budaya Asli Indonesia
22 Agustus 2022 17:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Tahun 2022, LaSalle College kembali menggelar fashion show yang memamerkan busana-busana ciamik karya para siswa dan lulusannya. Bertepatan dengan perayaan 25 tahun dan gelaran wisuda LaSalle College pada Jumat (19/8), institusi pendidikan bidang kreatif ini menyelenggarakan fashion show bertajuk “Sphere Creative Show 2022: An Orb of Immense Creativities.”
ADVERTISEMENT
Digelar di The Hall, Senayan City, Jakarta, peragaan busana ini menyuguhkan 203 looks yang terbagi ke dalam lima tema atau sequence. Tema besar dari fashion show ini adalah Sphere yang dalam bahasa Indonesia bermakna gelembung. Tema ini, menurut Program Director Fashion Design LaSalle College Shinta Djiwatampu, diambil untuk merepresentasikan kondisi kehidupan yang dijalani selama pandemi COVID-19.
“Sudah hampir tiga tahun kita mengalami pandemi dan semua orang terpaksa hidup dalam confinement, isolasi, segala macam. Itu terjadi pada LaSalle; murid kita belajar dari rumah. Namun, walaupun dalam keadaan itu, mereka tetap berkarya. Ini adalah hasil akumulasi masa confinement. Kita ingin menunjukkan bahwa walaupun kita dalam pandemi, kreativitas tetap berjalan,” jelas Shinta di The Hall Senayan City pada Jumat (19/8).
ADVERTISEMENT
Menggabungkan tiga budaya lokal Indonesia
Tak seperti tahun-tahun lalu yang berfokus pada satu kebudayaan lokal, tahun ini LaSalle menggabungkan tiga budaya untuk Sphere. Tiga budaya tersebut adalah kain batik Gentongan Madura, tenun Watublapi Flores, dan tenun Pahikung Sumba. Ketiga kain ini menjadi bintang dari tiga sequence pertama yang dinamakan Industrial Project.
“Untuk industrial project, kami memang selalu berupaya memakai kain-kain tradisional Indonesia. Memang kalau dari koleksi-koleksi sebelumnya kita ada yang pakai tenun Dayak, ada yang pakai tenun Flores, jadi memang macam-macam. Kita berusaha menggali berbagai kebudayaan yang ada dan mengunjungi daerah-daerah berbeda untuk eksplor [budaya dan wastra],” papar Shinta ketika diwawancara.
Pada Industrial Project, para siswa merancang busana sesuai dengan tema yang sudah ditentukan per kelas. Sequence pertama memamerkan kreasi dari kain batik Gentongan Madura; sequence kedua berfokus pada menswear atau busana pria yang terbuat dari tenun Watublapi Flores; dan sequence ketiga merupakan interpretasi dari tenun Pahikung Sumba.
ADVERTISEMENT
Lima sequence, 203 looks
Pada tiga sequence pertama atau Industrial Project, sebanyak 45 siswa berkolaborasi dalam menciptakan looks yang kental dengan kebudayaan Indonesia.
Di sequence pertama dengan batik Gentongan Madura, busana berupa dress, outer, dan rok-rok model flare menjadi fokus utama koleksi ini. Kendati warna-warna earth tone batik mendominasi, para siswa tetap bereksperimen dengan memberikan sentuhan warna berani, seperti warna merah terang atau merah muda neon untuk outer.
Kemudian, pada sequence kedua yang bertajuk “The Pride of Watublapi”, koleksi menswear tenun Watublapi didominasi motif geometris. Warna-warna yang dipilih pun cenderung earth tone seperti biru, cokelat, kuning, terakota, dan putih. Sama seperti koleksi sequence pertama, busana di koleksi ini didominasi oleh outer dengan potongan oversized yang modern.
ADVERTISEMENT
Untuk sequence ketiga, para siswa berkreasi dengan kain tenun Pahikung Sumba dengan colour palette yang jauh lebih cerah dibandingkan dua koleksi sebelumnya. Di koleksi ini, para siswa merancang ready-to-wear womenswear yang didominasi oleh outer berpotongan oversized bermotif geometri.
Menurut Shinta, pemilihan colour palette yang cerah dan penuh warna ini didasari oleh perayaan dan kebahagiaan usai menjalani dua tahun yang berat akibat pandemi COVID-19.
“Kita tahun ini penginnya ceria, kita ingin selebrasi kreativitasnya kita; semuanya dibuat ceria saja. Kemarin, kan, masa yang kurang enak, ya. Jadi, kita ingin merayakan dengan lebih cerah, penuh harapan. Warna-warnanya pun memang lebih bright,” kata Shinta.
Sementara, sequence empat dan lima, yakni Final Capsule Collection, merupakan hasil karya 34 siswa dan lulusan dengan interpretasi dan imajinasi mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Busana di koleksi ini lebih modern dan kontemporer, meskipun mereka tetap memadukan busana rancangan mereka dengan sentuhan tradisional dari tiga wastra. Setiap siswa merancang lima busana; empat di antaranya diperagakan di fashion show, sedangkan satu rancangan dipamerkan di instalasi fashion presentation di lokasi.
Nah, buat Ladies yang penasaran dengan busana karya para siswa dan lulusan LaSalle College di Sphere Fashion Show ini, simak galeri foto di bawah ini.