Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Stafsus Ayu Kartika Dewi Ungkap Tantangan saat Mengejar Karier Sebagai Perempuan
29 Januari 2022 17:50 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 12 Maret 2022 18:19 WIB
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak kenal dengan Ayu Kartika Dewi? Perempuan yang akrab disapa Ayu itu merupakan salah satu Staf Khusus (Stafsus) Milenial Presiden Joko Widodo . Tugas Ayu sendiri adalah membantu Presiden Jokowi di bidang sosial dan kampanye toleransi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Ayu hadir di acara perayaan 5 tahun kumparan bertajuk Super5stars. Dalam acara tersebut, Ayu banyak bercerita mengenai kehidupan pribadi dan kariernya. Salah satu yang ia bahas dalam acara itu adalah mengenai hambatan dan tantangan yang ia hadapi saat berkarier, terutama saat mengejar karier sebagai perempuan .
“Jadi ada dua aspek yang jadi hambatan saat berkarier. Aspek pertama datang dari luar dan aspek kedua datang dari dalam diri sendiri,” ungkap Ayu dalam sesi Podcast Bareng ‘Perempuan Berani Bikin Perubahan’, pada Sabtu (29/1).
Untuk hambatan dari luar, Ayu menyebut bahwa terkadang masih banyak orang yang berbicara, melarang, bahkan menyuruh dengan kata-kata ‘Kamu kan perempuan’. Sebagai contoh, ‘Kamu jangan sekolah tinggi-tinggi, kamu kan perempuan’ atau ‘Kamu jangan tinggal di luar kota, kamu kan perempuan’. Menurut Ayu, kata–kata seperti itulah yang kerap menghambat dirinya bahkan perempuan lain saat mengejar karier .
ADVERTISEMENT
“Sebetulnya, baik itu perempuan dan laki-laki itu harus bisa melakukan segala hal. Soalnya kan ada peran biologis dan peran kultural. Kalau peran biologis itu sesuatu yang berhubungan dengan badan atau organ tubuh; seperti memproduksi asi, hamil hingga melahirkan, Sisanya itu adalah peran kultural; memasak, menyetir, memberi makan anak, sekolah tinggi, hingga pemimpin. Sayangnya, terkadang orang itu melarang atau menyuruh berdasarkan sesuatu yang sebenarnya adalah peran kultural. Dan itu yang terkadang masih aku temui,” papar Ayu.
Ketika menghadapi hal itu, Ayu menyebut bahwa ia biasanya akan merefleksikan atau bahkan mengevaluasi dirinya sendiri. “Terus ketika orang ngomong, itu tidak semuanya harus di-iyakan. Kita harus punya pagar di dalam diri dan memfilter apa saja yang masuk. Kalau misalnya relevan, ya dilakukan, tapi kalau tidak relevan jangan dilakukan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Tantangan dari dalam diri
Sementara itu, dari dalam diri, Ayu menyebut bahwa tantangan terbesarnya adalah perihal keberanian. “Karena terkadang, perempuan itu tidak diajarkan untuk menjadi berani. Soalnya dari kecil, kita itu lebih diajarkan untuk menjadi perempuan yang baik dan penurut,” tegas Ayu.
Menurut Ayu, keberanian sebaiknya harus dilatih dengan baik. Karena, keberanian itu tidak akan datang dengan sendirinya. Untuk bisa tampil berani, Ayu pun memberikan beberapa tips.
“Salah satu tips untuk melatih keberanian adalah memberanikan diri untuk bertanya dan memberikan opini. Selain keberanian, hal lain yang harus dilatih adalah soal kharisma,” tutup Ayu.