Studi: Anxiety Jadi Masalah Kesehatan Mental Paling Banyak Dialami Pekerja

11 Oktober 2024 12:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan stres saat bekerja. Foto: David Gyung/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan stres saat bekerja. Foto: David Gyung/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ladies, tahukah kamu bahwa belakangan ini, anxiety menjadi isu kesehatan mental yang paling banyak dirasakan oleh pekerja? Menurut sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat, anxiety atau kecemasan bahkan melampaui depresi sebagai masalah terbesar bagi para karyawan.
ADVERTISEMENT
Studi ini dilakukan oleh ComPsych, layanan kesehatan mental di AS, sepanjang 2023. Menurut data yang mereka analisis, 24 persen dari 300 ribu pekerja di Amerika Serikat yang datang untuk bantuan kesehatan mental ternyata mengalami kecemasan.
Dengan 72 ribu pekerja mengaku merasakan anxiety, ini menjadikan kecemasan sebagai masalah mental yang paling banyak dialami oleh karyawan AS. Ini melampaui lima masalah terbesar lainnya, yakni depresi, stres, masalah hubungan personal, masalah keluarga, adiksi, serta duka.
Dilansir situs resmi Society for Human Resource Management (SHRM), CEO ComPsych Richard Chaifetz mengatakan, peningkatan angka kecemasan pada pekerja ini tidak mengherankan. Sebab, saat ini, situasi dunia bisa dibilang cukup mencekam dan penuh tekanan.
“Mulai dari pandemi hingga konflik yang masih berlanjut di Gaza dan Ukraina, unjuk rasa, kondisi perekonomian yang tak terduga, hingga retorika politis yang terpolarisasi di sekeliling pemilu, terdapat perasaan khawatir dan cemas yang persisten,” kata Richard.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ComPsych juga meluncurkan laporan lainnya soal kesehatan mental pekerja. Menurut laporan tersebut, izin atau cuti terkait masalah kesehatan mental yang diambil oleh pekerja meningkat 33 persen pada 2023 dibanding 2022.
Sementara itu, peningkatan yang sangat tinggi terjadi antara 2017 dan 2023, yakni sebesar 300 persen. Cuti kesehatan mental ini didominasi oleh perempuan. Pada 2023, sebanyak 69 persen cuti tersebut diambil oleh perempuan, dengan 33 persennya adalah perempuan generasi milenial dan 30 persen oleh perempuan generasi X.

Kesehatan mental di lingkungan kerja jadi perhatian

Ilustrasi memikirkan gaji yang cepat habis. Foto: Shutterstock
Melihat tingginya angka kecemasan para pekerja, masalah kesehatan mental di lingkungan kerja menjadi semakin penting untuk disorot. Oleh sebab itu, di tahun ini, Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day 2024 mengusung tema Mental Health at Work.
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kondisi toksik di lingkungan kerja bisa menyebabkan risiko kesehatan mental memburuk, seperti stigma, diskriminasi, kondisi kerja yang buruk, hingga pelecehan dan kekerasan. Untuk itu, pemerintah, perusahaan, aliansi pekerja, dan para stakeholders dituntut untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi pekerja.
Masalah kesehatan mental seperti stres, burnout, kecemasan, sampai depresi bisa memengaruhi banyak aspek dalam hidup, mulai dari menurunkan produktivitas, kinerja, dan kualitas hidup.
“60 persen populasi dunia adalah pekerja, sehingga aksi yang mendesak sangat diperlukan untuk memastikan bahwa pekerjaan mencegah risiko terhadap kesehatan mental serta melindungi dan mendukung kesehatan mental di lingkungan kerja,” ungkap WHO dalam keterangan resminya, dikutip kumparanWOMAN pada Kamis (10/10).
ADVERTISEMENT