Surat-surat Kartini Masuk dalam Daftar Ingatan Kolektif Dunia UNESCO 2025

20 April 2025 16:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi R.A. Kartini. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi R.A. Kartini. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Surat-surat progresif yang ditulis oleh Raden Ajeng (RA) Kartini semasa hidup akhirnya mendapatkan pengakuan dunia. Warisan dokumenter Indonesia itu kini tercatat dalam daftar Ingatan Kolektif Dunia atau Memory of the World (MoW) oleh UNESCO.
ADVERTISEMENT
Pengumuman ini disampaikan dalam rilis pers UNESCO tertanggal Kamis (17/4). Surat Kartini masuk ke dalam register Memory of the World tersebut bersama dengan 73 entri berbeda yang diajukan oleh berbagai negara. Penetapan itu dilangsungkan pada Jumat (11/4) lalu dalam Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-221 di Paris, Prancis.
Dikutip dari Antara, surat-surat Kartini diajukan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dengan National Archives of Netherlands dari Leiden University Belanda.
Mengutip situs resmi UNESCO, Memory of the World merupakan program yang bertujuan untuk mendorong preservasi dan akses universal terhadap warisan dokumenter manusia. Warisan dokumenter merupakan warisan yang rentan dan berisiko hilang, sehingga harus dilindungi semaksimal mungkin.
Dalam daftar Register 2025, surat-surat Kartini digambarkan sebagai bentuk perjuangan dalam mencapai kesetaraan gender. Dokumen ini merupakan dasar pemahaman atas hidup dan ide-ide progresif RA Kartini semasa hidup.
ADVERTISEMENT
“Surat-surat Kartini, yang disimpan di institusi-institusi Belanda, hadir sebagai sumber dari pemikirannya, sementara dampak dari surat-surat itu terhadap pendidikan, emansipasi, dan perjuangan kesetaraan gender tercermin dalam arsip Kartini di Indonesia. Dari hidupnya yang singkat sampai hari ini, Kartini sudah menjadi sumber inspirasi dalam diskusi Indonesia dan internasional tentang pendidikan, feminisme, dan kesetaraan gender,” demikian deskripsi surat-surat Kartini, sebagaimana dikutip dari situs resmi UNESCO.
Di Indonesia sendiri, kumpulan surat Kartini telah dibukukan ke dalam buku bertajuk “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Antara melansir, surat-surat Kartini dikumpulkan oleh sahabat penanya, Jacques Henri (JH) Abendanon. Ia mengumpulkan surat sang emansipator yang berisi nilai emansipasi, kesetaraan gender, dan perlawanan akan penjajahan.
Museum R.A Kartini Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Selain surat-surat Kartini, ada empat warisan dokumenter Indonesia lainnya yang berhasil dicatatkan dalam Register 2025. Arsip-arsip tersebut adalah Arsip Tarian Khas Mangkunegaran periode 1861-1944; Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesia (SSKK); Karya-karya Hamzah Fansuri; serta Arsip Lahirnya ASEAN.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Instagram resmi Kedutaan Besar Indonesia di Paris @indonesiainparis, jumlah warisan dokumenter Indonesia yang sudah tercatat di daftar Ingatan Kolektif Dunia UNESCO kini berjumlah 16 warisan.